"Kak! Bangun woi! Kak Ara!"
"Kak Ara! Bangun ditungguin dibawah!"
"KAK ARA!" Teriak Gino kesal.
Ara mengerjapkan matanya dan melihat sekeliling tempat ini. Kamarnya. Berarti tadi itu mimpi? Hah? Mimpi?
"Kak!" Ucap Gino dengan kesal.
Ara kemudian duduk diatas ranjang dan menyandarkan dirinya pada sandaran ranjang. Ia menatap Gino yang melihat nya aneh.
"Tadi gue mimpi? Tapi kok? Ah udah lah!," Gumam Ara.
"Tuh dibawah ada Bang Galang! Daritadi aku bangunin nggak bangun bangun! Dibawah pada lagi makan!" Ucap Gino ketus kemudian berjalan meninggalkan Ara.
Ara bingung, sepertinya ini nyata. Tetapi Ia juga tak bisa mengelaknya.
"Tapi gue keren sih tadi," Ucap nya kemudian tersenyum tipis. Ia lalu berjalan menuju cermin untuk melihat keadaannya.
"Jelek banget gila. Lo siapa?" Ucap Ara ketika melihat dirinya dari pantulan cermin. Mata yang merah, rambut yang acak acakan, dan mata panda yang hitam akibat terus terusan begadang untuk marathon.
Ia menghela nafas lelah dan kembali mendudukkan dirinya di pinggiran ranjang. Ia masih tak percaya dengan mimpi yang baru saja dialaminya. Tapi Ia juga memuji keberaniaannya disana.
"Apa gue turun aja yah? Tapi kalo gue turun entar bakalan diajak keluar terus debat sama Galang,"
"Au ah gelap,"
Ara melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya yang kusut. Ia lalu mengambil handuk kecil lalu berjalan keluar dan duduk di meja belajarnya.
Tok...tok...tok...
Pintu yang memang tidak terkunci pun dibuka dari luar. Ara dapat melirik orang yang sedang berjalan kearahnya adalah Rasti. Rasti menghampiri Ara dengan wajah tengil yang disengajakannya.
"Woe! Ada suami tuh di bawah," Ucap Rasti menggoda seraya menyentil kening Ara.
Ara mendengus.
"Apaan sih!" Ucap Ara ketus.
Rasti menarik salah satu kursi dan duduk disamping Ara yang kini tengah menatap lampu belajarnya.
"Lo marahan sama Galang?" Tanya Rasti.
Mereka memang seringkali berkata Lo-gue jika bersama. Tetapi jika didepan orang tua, mereka berbicara Aku-kamu untuk menambah kesopanan.
"Kepo lo!" Ucap Ara tanpa menatap Rasti.
"Tapi dia udah nungguin lo daritadi tau!" Timpal Rasti yang tengah bersedekap dada.
"Hah?" Ara menatap Rasti dengan dahi berkerut.
"Yoi, gue serius. Cuman udah pulang, tadinya sih dia pengen nunggu lo sampe bangun eh lo nya nggak bangun bangun," Ucap Rasti.
"Terus kenapa Gino bilang dia masih ada dibawah?"
"Ya mana gue tempe," Ucap Rasti, sedetik setelah Ia tersenyum geli menatap Ara,
"Lo bangun itu karena Gino bilang ada Galang ya?"
Ara melotot kaget dan melempar kan satu bolpoin kepada Rasti.
"Eh apa apaan sih! Kan gue cuman nanya yaudah sih nggak usah ngegas!" Ucap Rasti kesal seraya mengelus kening yang tadinya teraniaya.
"Gue mau mandi."
"Terus?"
"Keluar lo."
"CERITANYMpppht," Ara dengan cepat membekap mulut Rasti yang akan nyerocos tidak jelas. Ia lalu menyeret Rasti ke ambang pintu dan melepaskan tangannya dari mulut Rasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARA
Ficção AdolescenteTentang seorang Gadis cantik yang kuat dalam mempertahankan hubungan. Tentangnya yang menunjukkan senyuman dikala hatinya memaksakan. Dan tentang Dia yang melupakannya karena jabatan yang sangat penting menurutnya. Tentang kekeluargaan yang harmoni...