GARA Seven

122 13 2
                                    

Kini Ara dan Gino telah tiba di sekolah Gino. Gino yang tadinya duduk disamping Ara sudah terlebih dahulu meninggalkan Ara untuk menghampiri kawan kawannya. Dan tinggal lah Ara seorang diri dimeja kantin sambil sesekali bersenandung kecil tanpa suara. Ia menunggu acara pengambilan Raport Gino yang akan diadakan sepuluh menit lagi.

Ara memasuki Aula tempat dilaksankannya acara pengembalian raport Gino. Ia duduk dikursi yang tak jauh dari panggung. Setelah posisinya telah nyaman, Ara merasakan seseorang menyentuh pundaknya dari belakang. Mau tak mau Ara menolah sedikit dan betapa terkejutnya Ia yang mendapati orang itu ialah Aulia.

Dia lagi? Apa jangan jangan gue jodoh ya? Lah? Nggak mungkin sih. Batin Ara.

Aulia Tersenyum dan dibalas senyuman tipis oleh Ara.

"Hai, Ra. Sendirian aja?" Tanya Aulia masih dengan senyumannya.

Ara menaikkan kedua alisnya kemudian mengangguk dengan senyum tipisnya.

"Emm kamu ngambil raport siapa disini?" Tanya Aulia masih dengan senyumannya. Entah mengapa Ara merasakan bahwa Orang yang duduk dibelakangnya ini sedang sangat bahagia.

"Gino kak," Timpal Ara cuek.

Aulia mengerutkan alisnya.

"Gino?"

Ara mengangguk kecil. Aulia yang melihat itupun hanya beroria. Ara mengubah kembali posisinya. Sebelum Ia benar benar mengalihkan pandangannya. Netranya tak sengaja melihat seseorang yang membuatnya bernostalgia semalaman. Ia terus saja memperhatikan orang itu sampai berada di hadapannya. Ara tercengang, kemudian dengan cepat Ia mengalihkan pandangannya  kembali ke arah panggung. Ara menggeleng kecil dan kembali menoleh. Matanya membola ketika melihat orang itu menatapnya datar.

"K-kak Galang?" Ucap Ara terkejut dengan satu tangan yang menutupi mulutnya.

Galang menaikkan salah satu alisnya. Apakah ada yang aneh? Ada apa?

Aulia yang tadinya sibuk bermain ponsel kini beralih menatap seorang lelaki yang sudah duduk tenang di sampingnya. Ia tersenyum kemudian beralih menatap Ara.

"Ra? Kok kaget gitu sih?. Oh iya jadi akutuh datengnya bareng Galang buat ngambil raport adek aku. Syila," Ucap Aulia kepada Ara yang masih menunjukkan wajah terkejutnya.

Ara mengalihkan pandangan nya ke Aulia. Ia lalu kembali menetralkan wajahnya dan mengeluarkan senyum canggung. Ia lalu kembali menoleh kearah panggung dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi seraya menghela nafas.

Gue kok bisa gini yah? Cowok gue jalan sama cewek lain. Lah gue? Boro boro jalan, teleponan aja jarang banget. Lang, aku rindu sama kamu.   Batinnya.

Kini Ara sudah menuju parkiran tempat mobilnya ia parkir. Sebelum memasuki mobilnya lagi lagi matanya memanas melihat pemandangan didepannya. Disana terlihat seorang lelaki dan seorang perempuan sedang berfoto dengan raut yang sulit diartikan. Dimana si perempuan dengan senyum lebarnya dan lelaki yang memasang wajah datar ke arah kamera.

Ara menghapus air matanya kasar. Ia kemudian masuk kedalam mobilnya karena takut mereka menyadari tatapannya. Ara memukul stir mobilnya keras.

"KENAPA SIH LANG? HAH! KAMU UDAH BERUBAH BANGET SAMA AKU,"

"DULU KAMU SERING BANGET NGAJAK AKU JALAN, MAKAN, DAN SENANG SENANG LANG! TAPI SEKARANG?," Ara menggeleng kecil. Matanya tak sanggup lagi menahan buih air mata yang ingin luruh. Ia menghela nafas dan kembali menatap dua orang tadi yang sedang asik berfoto. Tidak ada. Kedua orang itu telah meninggalkan sekolah bersama seorang gadis seumuran Gino.
.

.

.

.

.
Galang turun dari mobil miliknya dan berjalan masuk kedalam rumahnya. Ia membuka pintu kamar nya dan kembali menutup nya dengan agak kasar. Galang menjambak rambutnya frustasi. Tadinya Galang tak sengaja melihat orang yang ia sangat cintai mengeluarkan air mata karena dirinya.

"Brengsek lo Lang! Brengsek!" Teriak nya racau.

"Maafin aku, Ra. Ini demi masa depan aku. Maafin aku karena nggak bisa lagi bareng bareng terus sama kamu," Ucapnya kemudian menghempaskan tubuhnya diatas kingsizenya. Rasanya hari ini Ia memerlukan istirahat yang cukup.
.

.

.

.

.

Pagi ini Ara bangun dengan keadaan yang bisa dibilang acak acakan. Matanya yang sembab menandakan bahwa dirinya telah mengelurkan air mata. Ia berjalan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Kini Ara telah berpakaian santai untuk menuju kampusnya. Sudah menjadi identitas seorang Ara memakai baju santai menuju kampus. Baju kaos yang kebesaran di tubuhnya menambahkan kesan imut pada dirinya. Ara menyisir rambutnya perlahan.

"Lo harus kuat, Ra. Jalanin aja. Tuhan pasti nentuin rencana kapan lo bakalan bahagia," Ucapnya menyemangati dirinya.

Setelah dirasa dirinya sudah baik. Ia lalu melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Tibanya Ara diruang makan Ia disuguhkan dengan pemandangan keluarga harmonis yang bisa membuatnya bahagia sesaat. Ara mengerutkan dahinya ketika melihat seorang perempuan tengah memasak dibantu oleh Mama dan mbak ayu. Bukan Rasti tetapi

"KAK RINA?," Teriak Ara membuat Gino tersedak makanan yang baru saja menyumpal bibirnya. Sebelum Gino berprotes, Ara malah melemparkan Tasnya kepada Gino yang sialnya mendarat keras dijidat Sang Adik.

"KAK ARAAAAAAAAA," Murka Gino yang tak diperdulikan Sang Pelaku.

Ara berlari kearah Rina dan memeluk erat kakaknya itu. Beberapa kali ia mengeluarkan kata kangen kepada saudara kesangannya itu. Rina yang gemas hanya mengusap pelan bahu Sang adik. Sedangkan orang tua mereka hanya menggeleng ketika melihat tingkah laku anak mereka. Jika kalian bertanya mengenai Rasti? Rasti sudah pergi bekerja sejak tadi. Sepertinya ada rapat dadakan.

Setelah menguraikan pelukannya Ara menarik kursi dan duduk di hadapan Gino yang sedang menatapnya seolah ingin memakannya hidup hidup.

"Apaan sih Gino?" Tanya Ara dengan muka polos yang dibuat buatnya.

Gino yang melihat itu pun geram kemudian bangkit dari duduknya.

"Gino pamit, Assalamualaikum." Ucap Gino dan berlalu meninggal kan ruang makan.

Ara terkekeh kecil dan bersiap melahap sarapan yang ada dihadapannya.

"Mata kamu kenapa dek? Kok sembab?" Tanya Aldo ketika telah menghabiskan roti bakarnya. Otomatis Ara menahan suapannya dan beralih menatap Sang Ayah. Semua orang yang berada di dapur juga melihat kearah mata Ara yang memang bengkak sebab menangis terlalu lama.

"Iya, kok sembab dek?" Timpal Tina sambil berjalan menghampiri Ara.

"Berantem lagi kamu sama Galang?" Tanya Rina yang membuat Ayah dan Mamanya menatapnya.

"Galang?" Ucap Tina dan Aldo serempak.

Rina mengangguk tanpa menoleh karena sedang membakar roti untuk kedua anak dan suaminya yang masih terlelap.

Aldo beralih menatap Ara yang kini telah menundukkan kepalanya. Begitupun dengan Tina yang mengerutkan dahinya.

"Memangnya kalian pernah berantem?" Ucap Aldo yabg masih menatap Ara dengan tatapan bingung. Rasanya Ia tak percaya jika hubungan kedua anaknya ada perkelahian. Karena selama ini hubungan mereka sangat dekat.

"Iya yah, mereka itu sering berantem. Bukan Ara yang mulai tapi si Galang itu," Ucap Rina kesal masih dengan aktifitasnya.

"Lah? Setau mama, Galang itukan anak baik baik. Dia juga mama liat cinta banget sama adek kamu, Rin." Sarkas Tina yang juga tidak percaya.

Sebelum pembicaraan ini masih berlanjut, Ara dengan cepat bangkit dan pamit kepada orang tuanya. Ia belum siap jika dihadapkan dengan pertanyaan seperti tadi. Ara menghela nafas lega kemudian berjalan menuju garasi untuk mengambil mobilnya dan mengemudikannya ke kampus.
.

.

.

.

.
HAI GUYS. PART KALI INI SAMPAI SINI DULU.🤗🙏💖

Jangan lupa vote, komen, and follow🦋💕

SEEYOUU.

GARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang