GARA Four

126 16 0
                                    

U K S,
Disinilah Ara berada. Ia sedang duduk di salah satu brankar dan diobati oleh salah satu anak PMR. Sesekali ia meringis ketika lukanya agak ditekan apabila ingin diberikan obat atau rasa peredah.

"Udah nih kak," Ucap Salsa, Anak PMR yang mengobati Ara.

"Makasih yah," Salsa mengangguk kemudian membereskan alat alat serta obat obatan yang tadinya Ia pakai untuk mengobati Ara.

Ara mulai bangkit dan berjalan pelan pelan ketempat Laras menunggunya. Laras yang melihat Ara yang tengah berusaha berjalan pun dengan cepat berlari kecil dan merangkul Ara dengan satu lengannya. Sedangkan lengan yang satunya ia gunakan untuk memegang tas mereka.

"Lo udah nggak papa kan, Ra?" Tanya Laras kepada Ara ketika mereka telah sampai di parkiran.

"Udah kok cuman masih agak perih sih tapi lo nggak usah khawatir," Ucap Ara, lengannya ia ulurkan kemudian mengambil tas miliknya dari genggaman Laras.

"Lo mau balik sendiri?"

"Yaiyalah terus mobil gue dikemanain kalo gue nggak bawa balik bego kok dipiara," Ucap Ara geram pada sahabatnya satu ini. Masa mobilnya harus ditinggal disini, bagaimana jika ada yang mengambilnya? Kan berabe urusannya.

Laras menepuk jidatnya kemudian menggeleng kepala tak habis fikir dengan sahabatnya satu ini. Kan banyak cara lain.

"Ara, Ara lo nggak bisa mikir atau gimana sih? Eh gue ingetin yah kalo lo yang naik mobil sendiri emangnya lo bisa nancep gasnya? Kaki lo pasti masih kaku kaku gitu. Kalo lo pikir mobil lo bakal ditinggalin disini lo yang harusnya jangan melihara bego. Ya kali mobil lo disimpen disini. Inget ya gue tuh punya supir, lo bisa pulang naik mobil gue dianterin supir gue dan mobil lo biar gue yang bawa pulang. Aduh Ara bego kok dipiara," Jelas Laras kemudian terkekeh kecil diakhir kalimatnya.

Eh? Bener juga sih tapi masa gue ngeiyain? Gue dong yang bego? Dih gengsi dong. Batin Ara

"Ya...ya...Gue bi-bisa kok lo tenang aja gue bakal selamat sampe tujuan," Ara lalu melangkah dengan hati hati dan membuka pintu mobilnya. Ia meninggalkan Laras yang sudah kesal kepadanya karena sangat keras kepala.

Sebenarnya kakinya memang agak kaku tetapi ia bisa mengontrolnya agar dapat seperti semula. Sebelum ia benar benar meninggalkan Laras di parkiran, Ara menurunkan kaca mobil bagian depan kemudian menjulurkan lidahnya, meledek sahabatnya.

"Wlee, gue duluan bye. Oh iya lo bego kok dipiara, yahhhah anjay mabar. Selamat tinggal Laras sayang," Setelah mengucapkan candaan nya Ara menaikkan kembali kaca mobilnya kemudian meninggalkan Laras yang tengah menyumpah serapahi dirinya. Ia juga sedikit melupakan kesedihannya karena sahabatnya itu.

Sesampainya Ara dirumah ia disambut oleh pemandangan ibu dan saudara nya yang sedang bercengkrama di ruang tamu. Jika kalian bertanya kemana ayahnya? Ayahnya sedang berjuang untuk mencari nafkah hehe ;)).

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," Ucap mereka serempak serta menoleh ke asal suara.

"Eh dek baru pulang?" Tanya Ibu Ara kemudian menghampiri putri nya dengan tatapan heran. Tidak biasanya Ara pulang sesore ini dari kampus.

"Iya bun soalnya tadi rapatnya agak lama," Jawab Ara bohong. Ia tak ingin mengatakan bahwa dirinya terjatuh dan menyebabkan luka di kakinya. Pasti ibunya akan lebay, alay, rese seperti si Laras itu.

"Oh yaudah istirahat gih terus mandi dan jangan lupa sholat," Seru Tina dan diangguki Ara. Tangan Tina terulur untuk mengelus sayang pucuk kepala sang putri.

"Dih manja kamu dek," Sindir Rasti kemudian menatap Ara sinis.

"Iya bener tuh kak, kak Ara manja banget sama ibu udah tua juga masih manja," Sindir Gino kemudian.

GARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang