UNO

1.1K 106 148
                                    

Hargai seorang penulis dengan cara vote dan komen ceritanya yaa:)

*


Seorang gadis berseragam putih abu-abu yang memiliki siluet tajam berjalan beriringan dengan seorang cowok berseragam sama dengannya.

Setiap orang yang mereka lewati menatap mereka dengan tatapan kagum, terpesona dengan karismanya.

"Bangga banget gue terlahir jadi orang ganteng," ucap cowok itu dengan percaya diri. Naupal.

Sedangkan Kina, gadis di sebelahnya, menatapnya tidak peduli. Mau dibantah sekeras apa pun juga cowok itu akan tetap keukeuh dengan ucapannya.

"Lo juga harus bangga, Kin, bisa dekat sama gue."

"Gue lebih bangga kalau bisa bunuh lo." Kina mempercepat laju langkahnya, meninggalkan Naupal yang masih terpaku.

"Dari dulu tuh bocah mulutnya tajem banget emang." Naupal menyusul Kina.

Setelah kurang dari lima menit Naupal menyusuri koridor akhirnya ia sampai di dalam kelasnya. Pandangannya tidak lepas dari gadis berwajah lugu di bangku sebelahnya, siapa lagi kalau bukan Kina.

"Pio, mending lo berhenti ngomong sebelum mulutnya berbusa."

"Gue lagi cerita!" ujarnya sengit. Pio teman dekat Kina waktu baru masuk SMA. Ya walaupun gak dekat-dekat banget tapi Pio betah berteman dengan Kina, seorang gadis berwajah lugu namun memiliki tatapan tajam dan mulut yang tidak kalah tajamnya.

Naupal menghela, lalu duduk. Pusing sebenarnya mendengar ocehan Pio yang tidak ada respons sama sekali dari lawan bicaranya. Entah Kina hanya menyimak atau memang tidak dihiraukan. Naupal tidak peduli.

"Kin, cerita juga dong, gimana waktu lo ditembak sama Kak Gavin. Penasaran gue," ujar Pio membujuk. Naupal pun ikut menatap Kina seolah juga penasaran dengan ceritanya.

Kina menatap mereka bergantian, lalu menghela napas kasar seraya memutar bola matanya jengah. "Cerita gue sama dia gak ada menariknya sama sekali."

"Ya cerita aja kali, Kin!"

Lagi-lagi Kina menghela napasnya.

"Seperti yang kalian tahu, Gavin itu sebuah balok es besar yang berkamuflase menjadi manusia." Pio dan Naupal mengangguk-angguk, ekspresi mereka tampak serius. "Waktu dia nembak gue ... dia gak ada ngomong sama sekali."

"HAH?!" Terkejut. Kemudian ... mereka tertawa kencang. Kina memutar bola matanya malas.

"Gewlaseh! Ya kali gak ngomong? Gimana mau tau coba kalau dia nembak elu," celetuk Naupal yang masih tertawa terpingkal seraya memegangi perutnya.

"Ada temannya yang buat gue paham."

Mereka terdiam. "Gimana?"

"Halo, Kina!" sapa seorang cowok. Kina menoleh padanya, menatapnya dengan saksama. Ya! Itu Gero, kakak kelasnya.

Kina menaikkan sebelah alisnya bermaksud membalas sapaan Gero. Gero menunjuk ke arah belakang Kina dan Kina pun kembali membalikkan badannya.

Keningnya berkerut. Gavin dan ... siapa itu? Ah Kina lupa namanya. Kina terpaku saat Gavin mulai melangkah ke arahnya, sedangkan ketiga teman Gavin yang berada di belakang sangat heboh.

Gavin ....

"Ngapain lo? Mau bunuh gue?!"

Ya! Gavin menodongkan pistol tepat di depan dada Kina. Ketiga teman Gavin menepuk keningnya dengan serempak.

QUININETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang