TRES

380 63 58
                                    

Hargai seorang penulis dengan cara vote dan komen ceritanya yaa:)

*

Sekarang Kina tahu, bahwa di dunia ini semua palsu. Kasih sayang orang tua, sahabat, teman semua tidak ada yang tulus abadi.

Baginya, kasih sayang dan cinta yang abadi itu hanya dari Tuhan.

Kina berjalan menyusuri koridor dengan tatapan kosong. Entah kenapa dirinya sangat kesal, apalagi dengan Naupal. Dari dulu cowok itu memang agak posesif dengannya, tapi ... kata-katanya yang seperti tadi tidak pernah keluar sedikit pun dari mulutnya.

Langkah Kina terhenti ketika sudah memasuki kantin.

“Hey, Kina!” Sapa Gero seraya menyejajarkan dirinya dengan gadis itu.

Kina balas menatapnya sinis. “Santai aja kali tatapannya.”

“Gue kalau kesal bisa bikin pembuluh darah orang Pecah loh.”

Gero menggidik ngeri, “Idih sadis amat.”

“Woy Ger!” Gero terlonjak saat ada yang memukul pundaknya keras. Ia menoleh.

“Gila lo! Sakit banget pundak gue.”

“Cupu bat jadi cowok!” sindir Kina pelan.

“Ngapain lo ke sini? Malas banget gue ketemu cosplay dakjal kaya lo.” Gero sedikit menjaga jarak dengan Devan.
Devan tertawa pelan. Kalau dilihat-lihat cowok itu sangat manis jika tertawa, tapi sayangnya manis-manis begitu jomlo karatan.

“Bosan gue di kelas. Prima main di kelas Gladis.”

“Gladis?” Kina membeo seraya menelengkan kepala. Devan mengangguk.

Nama itu ... nama yang sangat familiar di telinga Kina. “Siapa nama lengkapnya?” tanya Kina sekali lagi untuk memastikan.

“Gladisa Putri Atmaja.”

••••

“Oke, anak-anak, hari ini kita ulangan mendadak.”

“HAAA?!” Seisi kelas 11 MIPA-2 memekik.

“Kok mendadak banget sih, Bu?” tanya Dimas tidak terima.

“Ya, kan, namanya aja ulangan mendadak, ya mesti mendadak lah,” sahut Bu Yanti seraya membagikan kertas ulangan Matematika.

Mendengus. Kesal. Menggerutu. Menyumpah. Semua murid tentunya sangat tidak suka yang namanya dadakan, kecuali tahu bulat. Ulangan mendadak ini sangat merepotkan. Repot memikirkan jawaban karena belum membuat contekkan salah satunya.

Namun, mereka hanya bisa pasrah dan berserah diri pada yang di Atas. Kelas mulai hening. Mereka tampak serius mengerjakan soal.

“Psst! Psst! Kin, bagi jawaban dong.”

“Jangan berisik! Kerjakan masing-masing!” teguran Bu Yanti menggema di ruangan. Pio mendengus kesal.

Kina. Gadis itu terlihat sangat santai ketika mengerjakan, seperti tidak ada beban dalam hidupnya.

“Huh! Lihat soal MTK berasa lihat dosa sendiri, bawaannya pingin istigfar mulu.” Kali ini Naupal menggumam pelan, tapi tetap saja bisa di dengar Kina.

QUININETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang