CUATRO

342 60 60
                                    

Hargai seorang penulis dengan cara vote dan komen ceritanya yaa:)

*

Kina merebahkan tubuhnya di kasur. Merenggangkan otot-ototnya yang lelah karena sudah berjalan hampir satu kilometer sebelum ia menemukan angkot.

Tadinya gadis itu sempat memikirkan keadaan sahabatnya, Naupal, tapi sekarang sudah ia buyarkan.

“Maap, Pal. Mungkin, mulai sekarang ... lo bisa benci gue. Selamanya.”

••••

“Mana?” tanya cowok berbadan jangkung dengan tangan sedang memegang coklat.

Devan menggeleng, “Dia gak mau.”
Cowok itu Naupal. Sedang duduk di sebuah kafe tempat langganannya nongkrong dengan Kina dan ... para sahabatnya.

“Apa katanya?”

“Dia bilang ... ‘Biarin aja dia. Mati juga gak masalah. Mungkin itu karma, suruh siapa gak bolehin gue nebeng lagi. Lagian dosa dia tuh juga udah numpuk dan minta dipertanggungjawabkan. Tuhan murka, dia di suruh tobat tapi gak mau’ gitu deh,” ujar Devan mengikuti nada bicara Kina yang terkesan songong.

Naupal mendecih. “Tuh bocah mau dibaikin juga, malah ngesumpahin gue.”

Devan menyesap minumannya, dan sedetik kemudian ....

“Aduh! Apa-apaan sih lo, Kak?” kesal Naupal seraya mengusap ubun-ubunnya.

Devan memukul dengan sendok ke kepala Naupal. “Bucin lo sudah overdosis. Cara yang lo pakai buat bujuk Kina tadi juga salah!”

Naupal menggidikkan bahunya kemudian melanjutkan makannya.

Naupal berbohong. Cowok itu tidak kecelakaan, tergores sedikit pun tidak ada. Ia hanya ingin mengambil perhatian sahabatnya, Kina, sekaligus untuk meminta maaf atas ucapannya di kelas tadi.

“Lagian ngapain juga lo ngejar-ngejar si Kina, dia kan udah punya Gavin.” Devan menghentikan aktivitas makannya dan menatap adiknya serius. “Gini nih, gak ada yang namanya sahabat antara cewek dan cowok kalau gak ujung-ujungnya di salah satunya ada yang naruh perasaan. Lo juga mikir harusnya, kalau lo pacaran sama Kina ... udah deh beres. Persahabatan yang kalian jalin selama tujuh tahun bakal hancur, dan gimana perasaan Ryan kalau tahu semuanya?”

“Ryan juga betah di sana, dia juga gak bakal tahu masalahnya.”

“Keegoisan lu bisa bikin semuanya hancur!”

Naupal terdiam. Apa yang diucapkan Devan memang benar. Karena nila setitik hancur susu sebelanga. Selama tujuh tahun mereka menjalin persahabatan, Dirinya, Ryan, Kina. Suka dan duka pun sudah mereka rasakan bersama, tapi hanya dengan egoisnya ... semua hancur.

Soal perasaan memang tidak ada yang tahu. Rasa itu ... muncul dengan tiba-tiba. Diungkapkan akan membuat semua berakhir dan jika dipendam akan membuatnya sakit.

Jika dirinya, Naupal, memang merasa ganteng dan pintar ... maka ia harus menghilangkan egonya dan tetap mempertahankan persahabatan mereka. Harusnya memang begitu.

“Tapi kadang gue kasihan lihat Kina yang kayak enggak diperdulikan gitu sama Gavin,” ucap Naupal sendu.

Devan tersenyum tipis. “Biarin aja dulu. Anggap aja itu bagian dari ujian yang mereka dapat selama menjalin hubungan. Tapi, kalau Gavin sudah mulai kelewat batas dan sudah sangat menyakiti Kina, lo boleh bertindak.”

Naupal menatap kakaknya lalu tersenyum tenang. Beruntung ia memiliki kakak seorang Devan, seorang cowok yang terlihat bobrok dan tidak punya akhlak, tapi ia sangat perhatian dan sayang akan keluarga.

QUININETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang