OCHO

261 40 17
                                    

Hargai seorang penulis dengan cara vote dan komen ceritanya yaa:)

*

Kina dan Naupal sekarang sudah sampai di rumah pemiliknya. Bergegas Kina berlari memasuki rumahnya. Ia tidak sabar ingin bertemu dengan sahabat lamanya.

Pintu ia buka perlahan seraya mengintip ke dalan.

"Dorong langsung aj--"

"RYAAAN!" Kina menghambur pelukan rindu pada seorang cowok jangkung yang bernama Ryan.

Naupal terjengkal ke belakang. "Buset. Kaget gue," batinnya serta memusut dadanya.

Terharu. Naupal hampir saja meneteskan air matanya, tapi dengan cepat langsung ia sela. Ia berjalan menuju Ryan yang masih dipeluk Kina lali ber-tos ria ala laki-laki.

Sekarang mereka bertiga sudah duduh bersama disofa panjang dengan posisi Kina yang berada di tengah-tengah mereka.

"Apa kabar, Bro?" tanya Naupal dan dibalas dengan senyum manis khas Ryan.

"Baik gue, lo sama Kina baik-baik aja kan, ya?"

"Seperti yang lo lihat." Ucapan dengan hatinya saat ini sedang tidak sinkron, sebenarnya Naupal pengin menjawab, "Tapi Kina gak seperti yang lo lihat. Dia makin rapuh." Namun apalah daya ia tidak berani mengucapkannya.

"Ryan, kok bisa tiba-tiba ada di dalam rumah sih? Kan rumahnya gue kunci?" tanya Kina dengan wajah lugunya.

Ryan terkekeh lalu menunjukkan sebuah kunci pada Kina. "Gue masih nyimpan." Kina mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu Ryan pun mengacak rambutnya gemas.

"Sesuai janji gue waktu itu ...."

"Kapan lo janji?" celetuk Naupal. Kina langsung menoleh ke arah Naupal.

"Bacot lo, ah! Orang Ryan lagi ngomong sama gue," sembur Kina dengan kata-kata pedasnya.

Naupal langsung memegang dadanya seolah terkejut. "Sakit hati loh gue, Kin, lo ngomong kek gitu."

"Cih! Baperan lo." Ryan tertawa melihat perdebadan itu, ternyata Kina masih sama cerewetnya seperti dulu, bahkan kata-kata menusuknya pun masih lengket di lidahnya.

Ryan membiarkan mereka berdebat, hal sepele. Cowok itu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makanan, juga jus alpukat kesukaan sahabat karibnya itu.

"Tuh, kan! Ryannya kabur. Elo sih, Pal, sewot amat hidup lo," ujar Kina meledak-ledak.

Pasalnya Kina dam Ryan tidak terlalu dekat dibanding Kina dan Naupal, tapi yang namanya rindu tentu bisa menyatukan, bukan? Ya itulah Kina, ia sangat rindu dengan Ryan, rindu teguran halusnya serta perhatian lembutnya. Dibanding Ryan, Naupal selalu menegur dengan intonasi yang tinggi. Didikan Naupal sejak kecil ... ya seperti inilah hasilnya.

"Kok, lo malah nempel terus sih sama Ryan? Cemburu nih gue!"

"Kita itu sesama cewek gak boleh saling cemburu, tau!"

"Enak aja lo kira gue cewek!"

"Emang. Elo kan--"

"SSTOOOOOP!!!" Mereka berdua langsung kicep mendengar teriakan Ryan yang seperti ngaungan raja hutan. "Udah diem. Nih, Na, jus alpukat buat lo."

Kina langsung menyeruput jusnya. Ryan dan Naupal tersenyum, kemudian ....

"Pal, ikut gue bentar gih." Naupal bangkit setelah Ryan.

"Lo makan yang anteng ya, Kin, jan sambil kayang gak baik buat jantung terus juga entar setan insecure lihat kayang lo lebih aesthetic dari die." Setelah mendapat tatapan dari Kina, Naupal pun terkekeh lalu berjalan lebih cepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

QUININETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang