DOS

496 77 72
                                    

Hargai seorang penulis dengan cara vote dan komen ceritanya yaa:)

*


Jam pelajaran pertama sudah usai sejak beberapa menit lalu, kelas sudah sepi karena rata-rata murid pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka. Namun, beda halnya dengan Kina. Gadis itu memilih untuk tetap tinggal di kelas seraya membaca novel bergenre thriller.

Tak.

Kina terkejut saat melihat sebuah minuman kesukaannya hadir di depan mata. Gadis itu mendongak menatap sang pemberi ‘jus alpukat’.

Gavin.

“Makasih,” ucap Kina seadanya.

Gavin duduk di sebelah Kina sambil memainkan handphonenya dan meminum jus alpukat Kina. Kina menoleh lalu mendengus. Kebiasaan.

“Itu kan punya gue, Gavin!” tegurnya kesal. Dirinya saja belum meminumnya, masa sudah tersisa setengah saja. Gavin menoleh sekilas.

Kina menghela. “Kalau udah gak ada kepentingan mending pergi dah, lo.” Gavin tidak menghiraukannya.

“Serah deh!” Kina pasrah. Jus alpukatnya pun sudah habis diminum Gavin.
Kina kembali fokus pada novelnya.

Tak.

Lagi dan lagi. Ada jus alpukat dan cireng. Kali ini ... Naupal yang memberikannya. Kina tersenyum. “Makasih.”

“Selalu kalau buat lo, mah, apa aja gue kasih.”

Gavin menatap Naupal tajam.

“Em ... maaf. Bisa anda pindah tempat? Saya mau duduk,” ucap Naupal dengan nada sok sopan.

Gavin berpindah ke tempat duduk Pio, di depan Kina.

“Makan, Kin! Mati mampos lo!”

“Udah jelek, galak, hidup lagi!” sahut Kina sengit.

Naupal menyuapkan cireng pada Kina. Kina menerimanya. Sedangkan Gavin ... wajahnya merah padam, menahan marah karena rasa cemburunya. Naupal keterlaluan!

Selagi Naupal menyuapinya, Kina tetap memfokuskan diri pada novelnya. Mereka tidak menghiraukan Gavin.

Sebenarnya yang pacaran siapa sih?!

“Cukup, Pal!” Kina menghentikan tangan Naupal yang hendak menyuapinya lagi. Dengan mata yang masih fokus pada deretan kalimat Kina bersuara, “Ada yang cemburu. Gue baru sadar. Mukanya udah merah banget kayak setan ke cebur lava panas.”

Naupal tertawa. Memang ini yang Naupal inginkan, membuat Gavin -pacar sahabatnya- itu cemburu. Siapa suruh jadi manusia dingin banget. Cemburu, gak bisa berbuat apa-apa, enak gak?

Gavin berdiri. Meletakkan handphonenya di meja Kina lalu pergi.

“Kan, dia merajuk,” ujarnya seraya menyimpan handphone pacarnya ke dalam saku.

“Kenapa hpnya lo simpan?” tanya Naupal heran.

“Woy!” Terkejut. Naupal dan Kina terlonjak kaget karena suara cempreng dari Pio. “Berdua aja lo, entar yang ketiganya setan loh.”

“Elo setannya!”

Eh? Kurang ajar!

“Kok gue?” Pio menunjuk dirinya sendiri.

“Kita berdua terus lo datang. Nah lo yang keberapa?” Naupal menyahut.

“Tiga,” beo Pio.

QUININETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang