Bab 9:undangan

25 12 6
                                    

   Gara-gara kesibukanku di kampus, aku tidak tau siapa pemesanan gaun tersebut. Saat aku tanya kepada Aulia, dia bilang bahwa pemesanan gaun tersebut sudah pulang.

   Kini moodku serasa berubah saat tidak mengetahui siapa pemesan gaun tersebut.

"Memangnya kenapa? Kok kamu jadi nggak mood gitu saat tau bahwa si pemesan sudah pulang? "

"Hehe nggak kok, cuma aku yakin aja bahwa pemilik gaun itu adalah...... " Aku langsung menutup mulutku dan tidak melanjutkan perkataanku karena tidak ada yang tau tentang Farid kecuali aku sendiri.

"Hmm dia siapa? "

"Ehh nggak kok" Jawabku lalu tersenyum.

"Oh, gitu"

🌸🌸🌸

Akhirnya aku pulang kerumah karena tugasku di butik sudah selesai. Di rumah saat ini sedang tertawa riang tetapi aku hanya bisa tersenyum.

"Afifah" Panggil kak Ripal.

"Iya kk, kenapa? "

"Ini ada undangan buat kamu" Ucapnya sambil menyerahkan undangan tersebut.

"Siapa yang kasih kk? "Tanyaku tanpa melihat undangan tersebut.

" Nggak tau kk, tapi dia orangnya tinggi, putih, ganteng lagi kek kk"jawab kk ripal sambil memperbaiki rambutnya dan sontak membuat seisi rumah penuh dengan tawa.

"Hhhhh iya kakakku yang ganteng ini melebihi Alien yang di planet mars" Ucapku lalu tertawa, begitu juga dengan yang lain.

Akupun kembali melihat undangan tersebut lalu membuka kertas undangan dan mulai membaca nama mempelai pengantinnya. Aku terkejut, hatiku begitu sakit seperti luka yang tidak berdarah saat melihat nama tersebut.

Mataku mulai berlinang, akupun lari menuju kamar karena aku tidak mau ada yang tau bahwa aku akan menangis.

Muhammad Farid
Dan
Aprilia Syahida


Aku masuk kekamar dan menuju tempat buku diaryku. Aku mengambil foto Farid lalu menatap nya sangat dalam untuk terakhir kalinya.Dan tentu saja aku akan membakar foto itu untuk melupakannya.

Mungkin dulu masih bisa aku melihat tawa,senyuman diwajahnya, namun kini aku tidak akan bisa melihatnya lagi karena kamu akan menjadi milik orang lain.

Perjuanganku saat itu adalah sebuah kenangan yang sangat indah dalam mencintai dan ini saatnya aku harus melupakanmu.

Kini aku berjalan menuju kasur dengan keadaan yang benar-benar sangat sakit dengan hati yang juga sangat lelah.

"Afifah" Rasyid mengetuk pintu kamarku.

Aku tidak peduli bsama siapapun saat ini, aku hanya ingin sendiri saat ini.

"Afifah buka pintunya, yang lain udah tidur kok"

Akupun berdiri berjalan menuju pintu tanpa membuka pintu untuknya.

"Mau ngapain Rasyid? Tidur sana udah malam, besok kan kamu mau kuliah".

" Iya aku  akan tidur, tapi buka dulu pintunya aku mau ngomong "

Aku mengusap air mataku dan membuka pintu untuknya.

"Kenapa sih? "

"Tuhkan bener kata hati aku, kalau kamu itu habis nangis".

" Ihh sok tau kamu".

"Aku bukannya sok tau tapi kamu itu sahabat aku jadi aku tau kamu kek mana orangnya"

"Pokoknya kamu sok tau"

"Hmm yaudah, memangnya siapa nama yang diundang itu? Cowok yang  kemarin itu yang namanya Farid?"

"Sok tau banget kamu nih, udah tidur sana nanti kesiangan baru tau rasa"

"Besok bareng sama aku ya berangkatnya"ucapnya, mungkin Rasyid sudah melupakan pembicaraan yang barusan terjadi.

" Bukannya beda arah ya"

"Gak apa-apa kok"

"Oh yaudah iya" Ucapku, baru saja aku ingi menutup pintu,Rasyid mencegahnya.

"Kamu nangis kenapa sih? "

"Nggak kenapa-kenapa aku kok"

"Kamu jangan nangis terus, kalau mau cerita sama aku cerita aja. Aku selalu siap buat kamu" Ucapnya sambil tersenyum.

Sontak ucapan Rasyid membuatku kaget, tapi aku harus berpikir positif karena dia adalah sahabatku tentu saja dia peduli dengan aku.

 
Uwuwuw
Gimana-gimana 😉
Kurang greget? Kurang baper? :v
Apa kurang halunya😂

Jangan lupa di vote dan komen ya
Votenya gratis kok😄

Yesi🙂

Diriku MelupakannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang