13 :Kerinduan

17 7 2
                                    

~~~
Rindu selalu menempatkan dirinya pada hati dan pikiran seseorang
~~~

 
"Apa cuma akal-akalan Farid, dia saja dari dulu selalu sensi. Nggak mungkin dia memiliki penyesalan jika punya pun kenapa dia menyesalinya hanya karena aku".ucap afifah dalam hati.

Aku tatap surat dari Farid dengan cahaya lampu belajar. Tanganku meraba laci meja dan menemukan diary itu kembali. Kubuka dimana lembaran yang selalu membuat ku menangis tapi kini lembaran itu tidak akan bisa membuat ku menangis lagi, karena foto Farid sudah aku robek dan membuangnya jauh tetapi tidak dengan pikirkan ku yang tidak membuang nya jauh.

" Afifah"Rasyid mengetuk pintu kamarku.

Aku berdiri dan membuka pintu. Rasyid yang di hadapan ku terlihat bahagia.

" Ada kabar gembira "ucapnya tersenyum.

" Iya, apa? "Tanyaku.

" Taraaa"Rasyid yang mengeluarkan selembar kertas yang tidak aku mengerti apa kertas itu.

"Apa? "

"Haiks kamu ini terlalu lama pekanya" Ucapnya.

"Hmm... "Ucapku.

" Ini sertifikat rumah ku"ucapnya tersenyum.

"Hah.. Sertifikat rumah mu. Jadi kamu udah beli rumah itu? " Ucap ku kegirangan saat melihat sahabat ku ini bahagia.

"Iya Afifah" Jawabnya.

"Jadi sekarang kamu bantuin aku beres-beres karena besok aku dan keluarga ku akan tinggal dirumah kenangan ku yang ku rindukan".ucapnya tersenyum.

" Oke Pangeran Rasyid "ucapku terkekeh.

" Hh ayuk"ajaknya yang saat ini dia telah mengenggam tanganku.

Aku terdiam dan terpaku melihat tangannya yang menggenggam tanganku.

  "Ehem-ehemmmm.... " Suara kak Ripal yang terlihat seperti sedang mengejek kami berdua.

Sontak Rasyid melepaskan genggaman tangannya ditanganku.

"Kenapa dilepas? Udah kalau suka jangan ditahan-tahan nanti keburu diambil orang loh" Ucap kak Ripal terkekeh.

  "Apaan sih kak" Ucapku kesal.

  "Cieee, yang mulai tumbuh semi-semi cinta" Ucap kak Ripal terkekeh.

"Udah ih kak, yuk Rasyid" Ucapku sedikit ngegas.

"Ehh iya" Ucap Rasyid.

Sesampainya dikamar Rasyid, bisa kulihat barang-barang yang sudah siap untuk dipindahkan.

"Aku udah beresin semuanya dari awal-awal sebelum aku pindah. Nah sekarang kamu bawa koper dan aku bawa kotaknya ya" Ucapnya.

"Hmm.. " Ucapku.

"Senyum dong, murung mulu daritadi "ucapnya tersenyum.

" Sekarang kamu mau bantuin apa nggak Nurul Afifah? "Tanyanya sambil mendekati melihat wajahku dekat.

  Sontak aku mendorongnya dari hadapan ku.

" Aduhh.., kenapa aku didorong Afifah?"ucapnya.

"Ngapain kamu dekat-dekat liatin wajah aku" Ucapku ngegas.

"Apaan sih Afifah, aku tuh cuma nanya sama kamu dan aku lihat kenapa wajah kamu itu murung mulu daritadi" Ucapnya.

"Siapa yang murung?"

"Udahlah skip, udah sekarang bantuin aku pindahin barang-barang aku" Ucapnya terlihat serius.

  ALHAMDULILLAH 👀
Akhirnya update juga wkwk:v
Maaf nih ya baru update soalnya lagi sibuk sama tugas scholl💆😌

Jangan lupa di voment ya;)
Gratis kok voment nya🧸
Baca terus ya cerita aku
Te amo💐

Diriku MelupakannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang