Yang Sebenarnya

524 38 7
                                    

"Ah, begitu ya." Kanao menundukan kepalanya, ia merasa sangat malu dan juga rasa hancur di hatinya tidak bisa di hindari lagi. "Ma-maaf ya." Tanjirou menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia juga merasa bersalah.

Mau bagaimana lagi, kan dirinya sudah memiliki Nezuko dan Kanako. Mana mungkin ia menerima balik perasaan Kanao. Surai hitam dengan sedikit fuchsia di ujung surainya lesuh dan lemas, menutupi wajah menawanya. "Tidak apa-apa, maaf ya sudah menganggu waktumu. Permisi." Kanao berbalik dan mulai berjalan meninggalkan Tanjirou di taman dekat pemotretan.

Dada Kanao rasanya sangat sesak walau ia tak mempunyai penyakit Asma atau Paru-paru. Sampai-sampai hanya untuk bernafas saja susah. Bola matanya berkali-kali ia arahkan ke atas, agar air matanya tidak langsung jatuh.

Duk!

"Akh! Kalau jalan liha-lihat! Kau bisa meng-"

"Ah, maaf." Kanao menutupi wajahnya kembali dengan rambutnya. "Hei, ada apa?" Tanya seorang yang di tabrak oleh Kanao beberapa detik yang lalu. Kanao tetap tidak menatap seorang yang sudah pasti seorang pemuda.

"Ah! Aku tahu kau! Aku sering melihatmu bersama Gonpaciro!" Pemuda itu yang kini sudah di ketahui bernama Inosuke Hashibira tersenyum singkat. Walau senyumnya tak di lirik sedikitpun oleh Kanao. Dan, lama kelamaan Inosuke menjadi jengkel dan manarik paksa wajah Kanao hanya untuk menatap matanya.

Inosuke merasa tidak enak setelah melihat mata Kanao yang memerah karena menahan tangisnya. Insoke lantas menurunkan kembali wajah Kanao dan mulai mendekapnya dengan erat. "Kau boleh menangis. Aku takan melihatnya." Kata Inosuke setelah meletakan dagunya dipucuk kepala Kanao.

Mendapat perlakuan seperti itu, Kanao tidak tangung-tangung untuk meledakan tangisanya. Ia sangat sesegukan. Beruntung elusan lembut di kepalanya tak henti-henti di berikan oleh Inosuke. Seharusnya ia tak boleh menangis di depan orang lain. Tapi kenapa? Ia merasa sedikit lega dengan kelembutan yang di berikan Inosuke.

Kanao sedikit mencengkram hoodie yang di gunakan inosuke tepat di bagian sisi lengan kirinya. "Maaf, membuat pakaianmu basah. Aku akan mencucinya." Kata Kanao dengan sedikit linangan air di sudut matanya. "Tak masalah. Ayo beli ice cream!" Inosuke langsung menarik lengan Kanao menuju kedai ice cream terdekat.

Kanao merasa sangat binggung. Dan sekarang, secara tiba-tiba ia di suguhi satu cup ice cream berukuran jumbo. Yang pastinya itu takan habis untuk dirinya seorang. "U-untuku?" Tanya Kanao, untuk memastikan jika ice cream itu di berikan untuknya.

Inosuke menaikan sebelah alisnya bingung. "Tentu saja!" Jawab Inosuke dengan intonasi seperti biasanya. Kanao memakan sesuap ice cream itu. Alat pengecapnya terasa dingin dan manis. "Terimakasih. Tapi aku takan habis jika memakan ini sendirian." Kata Kanao.

Tanpa permisi Inosuke menyendok ice cream milik Kanao, kemudian ia mulai memakanya. "Tenang saja! Akan ku bantu kapanpun itu, jika urusan makanan!" Inosuke terkekeh setelah melontarkan satu kalimat yang membuat Kanao tersenyum tipis.

"Jaa, kalau begitu ayo habiskan ini." Kanao menyodorkan cup ice cream nya. Inosuke mengerutkan keningnya. "Heh? Kau tak suka dengan ice cream?" Inosuke sangat kebingungan, karena jika Kanako sedang murung ia pasti langsung memberikanya ice cream. Dan itu sukses membuat Kanako kembali bersemangat. Ia kira cara itu akan berhasil jika ia lakukan pada rekan kerjanya itu.

"Bu-bukanya begitu. Hanya saja, aku takan habis jika memakan ini sendirian." Kanao akhirnya mengakui sedikit kejangalan yang menyelip di benaknya. Inosuke memaparkan gigi putihnya sembari tersenyum. "Kalau begitu, ayo makan bersama!" Kata Inosuke tanpa pikir panjang. Berhubung ice cream miliknya sudah habis tak bersisa.

"Kau yakin?" Kanao mengerjapkan matanya beberapa kali. "Ya, karena kata Monitsu tidak baik jika membuang-buang makanan!" Kata Inosuke dengan bangga. Padahal semua orang sudah tahu, jika membuang-buang makanan tidaklah baik.

Kanao tersenyum, namun tak lama kemudian sedikit kekehan mulai lolos dari bibirnya. "Baiklah, mohon kerja samanya. Inosuke." Kata Kanao tanpa memangil dengan embel-embel 'san'. Padahal mereka tak begitu dekat.

"Eh! Apa boleh ku pangil Inosuke saja?" Kanao langsung cepat-cepat meluruskan dari perkataanya yang sebelumnya. Pemuda di sampingnya mengangguk tanda ia tak keberatan. "Namamu?" Tanya Inosuke.

"Kanao. Kanao Tsuyuri."

"Boleh ku pangil Kanao?" Mendengar pertanyaan dari inosuke, Kanao hanya mengangguk seraya memakan kembali ice cream nya. Setelah mendapatkan respon, Inosuke kembali menyambar ice cream milik Kanao yang ia belikan beberapa waktu yang lalu.

"Hm, nah sekarang ice cream nya sudah habis," Kata Inosuke seraya membuang cup ice cream itu. "Kanao, apa sisa ice cream itu untuk makan malam nanti?" Ledek Inosuke seraya menahan tawanya. Padahal wajahnya sendiri penuh dengan noda ice cream.

"Ah! Maaf." Kanao langsung membersihkan noda ice cream nya mengunakan tisu basah yang senantiasa ia bawa di saku celananya. Usai Kanao membersihkan wajahnya, ia mengambil tisu yang baru dan menyuruh Inosuke untuk sedikit menunduk ke arahnya.

Tanpa pikir panjang, Inosuke menurut saja. Walau dia terkesan tidak bisa di andalkan dan sedikit tidak sopan. Tapi ia memiliki sifat yang penurut. Ya, itu juga kadang-kadang sih.

Inosuke terkejut bukan main, ketika tangan kecil dan halus Kanao yang hanya terbalut tisu basah yang tipis menyentuh pipinya kemudian sela-sela bibirnya dengan sangat terampil. Jantung Inosuke hampir tidak berdetak saking terkejutnya. "Nah, sekarang kau juga sudah bersih." Kanao tersenyum setelah selesai membersihkan noda di wajah Inosuke.

"A-arigatou." Inosuke menjadi salah tingkah. Ia mengelus tengkuk nya yang tidak gatal. "Ayo, ku antar pulang!" Inosuke mengandeng tangan Kanao. Padahal Kanao baru saja patah hati, namun hatinya kembali tertabur banyak bungga yang lebih indah.

Kanao merasa senang, hanya karena tanganya menyatu dengan Inosuke. Ini hal yang tak mungkin bisa ia dapatkan dari Tanjirou yang nyatanya sudah milik orang lain. Apa ia bisa move on secepat itu? Ia sangat beruntung menabrak Inosuke tadi. Jika tidak, mungkin ia sudah melakukan hal gila yang tak pantas di lakukan.

"Kau mendengarkan ku?" Inosuke menepuk-nepuk bahu Kanao yang memaksa gadis itu untuk bangun dari lamunanya. "Hah? Ya, apa?" Kanao panik, masalahnya ia sama sekali tidak mendengarkan ucapan dari Inosuke.

"Arahnya!"

"Ah, ya. Belok kanan lalu lurus." Kata Kanao, setelah mendengar jawaban yang ia tunggu-tunggu. Inosuke kembali menjalankan mobilnya. "Kenapa? Ada yang aneh dengan wajahku?" Tanya Inosuke tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Kanao, karena ia sibuk menyetir. Namun ia tahu jika Kanao sesekali melirik ke arah dirinya.

"Ti-tidak. Hanya saja, kau sangat indah. Entah mengapa, saat kau seperti ini aku merasa nyaman." Kata Kanao tanpa bertele-tele. "Jika aku tak memiliki keindahan, aku tidak akan masuk standar seorang Model, yakan?"

"Ah, ya. Benar juga." Kanao terkekeh ringan mendengar penjelasan dari Inosuke yang perlahan melembut terhadap dirinya. "Kau juga, lumayan." Kata Inosuke dengan sedikit rona merah di pipinya. "Hm, terimakasih." Kanao sangat senang bisa diperhatikan seperti ini.

Rasanya ia kembali merasakan apa itu cinta. Walau ini terbilang cepat. Tapi memang itulah yang Kanao rasakan sekarang ini. "Apa lain kali, kita bisa bertemu lagi?" Tanya Kanao dengan malu-malu. Bagaimana tidak, ia sangat buka-bukaan dengan Inosuke.

Ya, secara Inosuke sangat care terhadap dirinya. "Kau bodoh atau apa? Kita hampir bertemu setiap hari di pemotretan, kau tahu itu" Inosuke memalingkan wajahnya, walau ia memalingkan wajahnya. Tetap saja Kanao bisa melihat telinga Inosuke yang mulai memerah.

Kanao terkekeh mendengar jawaban tsundare dari Inosuke. "Hm, iya. Lain kali jika kita jalan-jalan bersama, aku akan mentraktir mu." Kanao memilih kata yang secukupnya. Ia tak bisa menyebutnya dengan kencan, karena ini mungkin terlalu cepat.

"Aku akan menguras dompet mu sampai tak tersisa!" Dengan senang Inosuke mulai tertawa. Hanya mendengar tawa itu, Kanao merasa sangat senang. Mungkin tuhan sudah menciptakan alur kehidupan yang terbaik untuk dirinya. Terkadang tuhan mematahkan hati seseorang agar ia bisa menempuh jalan yang lebih bagus lagi.

"Arigatou, Kami-sama."

Tanjirou X Nezuko [私の人生の半分] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang