Muichiro Tokito

996 60 35
                                    

Suara musik yang berdegup dengan kencang di area pantai ini, memenuhi pantai yang sunyi ini. Memang matahari sudah terbenam. Namun alunan musik classic masih terdengar nyaring di telinga Tanjirou.

Tanjirou menduduki salah satu kursi yang telah tersedia, tangan kanan nya menggengam soda berwarna merah yang manis. Tatapan nya tertuju pada laut yang damai itu. Desiran angin menyapu tubuh nya, sehingga membuat nya mengigil.

"Apa kau tak menikmati acaranya?" Tanya Zenitsu yang secara tiba-tiba berada di hadapan nya. Dan tentu saja itu membuat Tanjirou terkejut. Bahkan jantung nya hampir terlepas dari tempat nya.

Tanjirou menatap minuman yang ia genggam itu. "Ah, bukan nya begitu. Hanya saja," Pandangan nya kembali kosong saat Zenitsu menanyakan itu pada Tanjirou. Zenitsu menghela nafas sesaat.

"Sudahlah mereka akan baik-baik saja." Zenitsu menepuk-nepuk pundak Tanjirou dengan pelan. Sekarang Zenitsu ikut duduk di samping Tanjirou.

"Kau harus menikmati acara ini, kapan lagi kita bisa merasakan kehangatan seperti ini." Ucap Zenitsu seraya membuka tutup soda yang berada di meja itu. Kemudian Zenitsu menuangkan soda itu pada gelas nya.

"Kehangatan ku cukup bersama keluarga kecil ku. Itu sudah lebih dari cukup." Sejenak Tanjirou menatap Zenitsu, kemudian ia kembali menatap laut yang di terpa angin malam. Sehingga menghasilkan ombak yang teratur dan senada.

"Ah, kau sih sudah bahagia memiliki dua gadis imut itu. Sedangkan aku?" Zenitsu meneguk soda yang ia tuang beberapa waktu yang lalu. Ekspresi yang ia pancar kan nampak masam.

Seketika Tanjirou tertawa, kata-kata Zenitsu begitu menggelitik tubuh nya. "Sepertinya kau harus lebih rajin merayu para gadis." Tanjirou masih tertawa setelah mengatakan itu. Sudah lama rasanya ia tak tertawa lepas seperti ini.

"Berisik!"

"Ah, rupanya kau bisa marah juga." Tanjirou semakin mengencangkan tawa nya. Ia begitu gemas dengan sikap Zenitsu kali ini. Ingin rasanya mendorong nya ke laut lepas itu.

"Kalian menganggu ketenangan ku." Seketika Zenitsu dan Tanjirou terdiam saat mendengar suara dari sumber lain. Seingat Zenitsu, mereka hanya berdua saja. Tetapi, mengapa ada suara lain?

"Hantu!" Dengan cepat Zenitsu mengambil kesimpulan. Ia bersembunyi di belakang punggung Tanjirou. Awal nya Tanjirou memang terkejut, namun saat ia melihat sosok itu. Ia dapat mengenali nya.

"Dia senior kita bodoh!" Bisik Tanjirou seraya menjitak kening Zenitsu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia senior kita bodoh!" Bisik Tanjirou seraya menjitak kening Zenitsu. Jitakan Tanjirou membekas di kening Zenitsu. Sehingga Zenitsu meringgis kesakitan.

"Go-gomene."

"Ya, tak masalah. Lagi pula, sedang apa kalian di sini? Sempat-sempat nya kalian berpacaran di tempat seperti ini." Tatapan sayu pemuda itu sangat menusuk dada Tanjirou. Bagaimana bisa ia seorang yang sudah mempunyai istri dan anak menyukai Zenitsu, si makhluk abstrak itu.

"Ka-kami masih normal!" Dengan cepat Zenitsu mengelak apa yang pemuda itu katakan. Ya, wajar saja dirinya menunjukan ekspresi seperti itu. Karna siapa pun akan bertindak seperti Zenitsu.

"Um, lagi pula Zenitsu belum memiliki daya tarik untuk para gadis. Ya lebih tepatnya, dia masih single." Tanjirou menyikut lengan Zenitsu. Perkataan Tanjirou mampu membuat banyak perempatan di wajah Zenitsu.

"Kalau kau sendiri?"

"Eh, a-aku?" Tubuh Tanjirou mati rasa saat mendengar pernyataan itu. Ia binggung harus menjawab apa.

"Apa aku boleh mendampingi mu?" Pemuda itu bangkit dari posisi duduk nya. Ia mendekat ke arah Tanjirou dan Zenitsu berdiri.

"Eh? Tidak! Tidak!" Tanjirou mundur secara perlahan saat pemuda itu mulai mendekati dirinya. Tubuh nya merinding saat mendengar hal itu.

"Hanya bercanda."

"Tidak lucu sama sekali." Zenitsu dan Tanjirou menatap datar senior nya itu. Dengan wajah yang terkesan rupawan itu, Zenitsu sering kali tertipu hanya dengan memandang wajah senior nya itu. Omong-omong. Ia jadi mengingat saat pertama kali datang ke pertemuan para model itu.

Padahal Zenitsu memasuki tempat itu bersama Tanjirou, tetapi ia terpisah dengan Tanjirou. Alhasil ia seperti orang bodoh yang memerlukan arahan. Kebodohan nya di tempat itu berakhir saat seorang gadis bersurai hitam pekat dengan sedikit warna turquoise di ujung surai nya menghampiri dirinya.

"Ada yang bisa ku bantu? Mungkin kau tersesat?" Tanya nya dengan lembut, sorot mata nya menatap lekat manik Zenitsu. Kalau saja ada penanganan medis di sini. Mungkin dirinya akan segera tumbang.

"Hei! Aku bertanya padamu."

Tes!

"Eh? Kau baik-baik saja?" Pertanyaan itu terdengar dengan indah, bagai alunan musik yang sering Zenitsu dengar di café. Darah dari hidung nya masih mengalir dengan deras. Itu membuat seorang gadis sempurna yang berada di depan nya semakin panik.

"Jika kau yang merawatku, mungkin aku akan baik-baik saja." Zenitsu menarik pinggang ramping gadis di hadapan nya, sehinga gadis itu mendekat ke arah nya. Tubuh mereka saling bersentuhan, walau terlapis pakaian yang mereka kenakan.

"Aku seorang laki-laki."

"Eh?" Seketika Zenitsu melongarkan dekapan nya. Manik nya membulat sempurna. Apa ini jelmaan nya boku no pi*o? Ah, tidak-tidak. Zenitsu yakin lawan bicara nya hanya bergurau. Ya, sangat yakin.

"Hah, lolucon mu sangat bagus." Zenitsu memilin ujung rambut gadis itu.

"Serius!" Gadis itu mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah nya bersamaan, sehingga membentuk seperti huruf 'V'

"Lalu, jika kau laki-laki, kenapa memakai short dress itu?" Zenitsu menunjuk pakaian yang di kenakan gadis itu. Ya maksudnya gadis yang mengaku sebagai laki-laki itu.

Gadis itu melirik sejenak kerumunan di sudut ruangan itu. "Karna dare dari kedua manusia tak berguna itu." Gadis itu ah bukan, pemuda itu menunjuk dua pria bersurai perak yang sedang menahan tawa nya di sudut ruangan.

"Ah? E-eto,gomene!" Zenitsu segera menjauhi gadi- ah maksudnya pemuda berwajah kawai itu. Ia merasa malu telah mempermalukan dirinya sendiri di depan pemuda itu, dan Zenitsu yakin, pemuda itu adalah senpai nya.

"Um, tak masalah. Tokito Muichiro, yorishiku!" Pemuda bernama Tokito Muichiro itu menggulurkan tangan nya untuk berjabat tangan dengan Zenitsu. Tatapan Zenitsu pun kembali berseri saat gadi- ah, maksudnya pemuda itu ingin mengenal dirinya.

"A-agatsuma Zenitsu!" Zenitsu membalas jabatan tangan dari pemuda itu.

"um, siapa mereka?" Zenitsu menunjuk dua orang pria yang sedang tertawa di ujung ruangan itu.

"Dua orang bodoh itu?" Muichiro melirik sebentar kepada dua orang dewasa itu. Sementara Zenitsu hanya menganggukan kepala nya.

"Aku benci mengakui nya, namun ya, mereka teman-teman ku yang bodoh." Muichiro sedikit memaparkan senyuman nya itu. Kemudian ia menuntun Zenitsu menuju ke sudut ruangan tempat dua teman Muichiro berdiri.

"Um, Agatsuma Zenitsu!" Zenitsu menundukan tubuh nya beberapa detik kemudian ia kembali berdiri dengan tegap. "Salam kenal."

"Yo, Uzui Tegen!"

"Shinazugawa Sanemi!"

Tanjirou X Nezuko [私の人生の半分] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang