Harry menatap makan siangnya dengan malas, tak berminat mendengarkan pidato panjang lebar Angelina Johnson mengenai latihan Quidditch-nya. Tak apa, ia bisa tanyakan pada Ron nanti.
"Harry, makan makan siangmu!" kecam Hermione yang sedari tadi melihat Harry hanya menumbuk-numbuk pai dagingnya menggunakan garpu.
Harry menghela napas lalu menyendok secuil pai dagingnya dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Oh ini terasa hambar. Harry tak tahu apa yang terjadi dengan dirinya hingga ia tak punya minat untuk hidup lagi.
Gebrakan meja di ujung sana hampir membuat Harry tersedak garpunya. Ia melihat ke arah meja Slytherin. Draco Malfoy terlihat marah sekali dan sedang menatap sengit ke arah Parkinson. Setelahnya si pemuda pirang itu pergi ke luar Aula Besar.
Harry tak tahu kenapa hatinya merasa tak nyaman melihat wajah Malfoy penuh murka seperti itu. Ia juga tak mengerti kenapa ia ingin menyusul Malfoy dan menanyakan apa yang terjadi.
Mengabaikan semua keanehan itu, Harry melirik ke arah Angelina yang hampir selesai memberi pidatonya. Ia langsung berdiri dan hendak menyusul Malfoy sebelum suara Hermione menahannya.
"Mau ke mana, Harry? Kau belum makan sama sekali!"
Harry mengambil bungkus kertas yang berisi sandwich dan menunjukkannya pada Hermione. "Aku mau ke Danau Hitam, di sini sesak sekali."
Hermione hanya mengangguk meski raut cemas terlihat di wajahnya. Mungkin Harry sedikit jengah karena anggota Tim Quidditch-nya sedari tadi berteriak-teriak entah apa yang dibicarakan.
Harry terdiam di koridor yang agak jauh dari Aula Besar. Ia melupakan Peta Perampoknya di kamar. Peta itu diberikan oleh Sirius saat Harry berulang tahun ke dua belas. Sekarang ia bingung sendiri harus mencari Malfoy ke mana.
"Harry, kenapa kau di sini? Kau tak makan siang?" Ginny menghampirinya dari arah yang berlawanan dari Aula Besar.
"Tidak." Harry terlihat berpikir sebentar. Ia ingin bertanya pada Ginny apa gadis itu melihat Malfoy. Tapi segera ia urungkan karena takut Ginny bertanya macam-macam.
Tapi Ginny malah mengatakan, "Tadi aku lihat Malfoy pergi ke arah Menara Astronomi. Wajahnya kacau sekali."
Oke, Harry menahan dirinya untuk tidak mengerutkan kening pada kalimat Ginny. Ia bertanya-tanya apa maksud dari adik Ron satu-satunya ini memberitahu Harry hal itu.
"Aku ingin ke Danau Hitam. Di sana sumpek sekali, semuanya ribut membahas latihan Quidditch. Aku duluan, Gin."
Harry berusaha berjalan dengan santai melewati Ginny. Ia tak mau terlihat bersemangat saat mengetahui di mana keberadaan Malfoy. Saat sudah agak jauh dari Ginny, barulah ia berlari menuju Menara Astronomi.
Pintu dijeblak lebar-lebar dan Harry menatap kilau kelabu Malfoy memandangnya terkejut. Harry tersenyum kikuk dan menutup pintu menara dengan canggung. Ia duduk di samping Malfoy setelah mendapat izin dari si pirang itu.
Harry sedikit menyesal pada dirinya sendiri, entah mengapa ia sebegini semangatnya menghampiri Malfoy padahal ia tidak tahu apa yang harus dikatakan nantinya. Harry menatap bungkus kertas di tangannya. Sejak awal ia tak nafsu makan, ia mengambilnya hanya tak ingin Hermione khawatir.
"Kau mau?" tawar Harry, menyodorkan sandwich-nya pada Malfoy.
Malfoy menggeleng. "Aku sudah makan tadi. Kau makan saja, tadi kulihat kau hanya melamun dan menumbuk makananmu."
Pipi Harry bersemu. Ia tak menyangka bahwa dari tadi Malfoy memperhatikannya. "Aku tak nafsu makan."
"Kau harus makan. Sedikit saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Admiring The Night [Drarry] ✓
FanficSudah empat tahun ini Malfoy mengejek, menghina, mencaci maki Harry dan tiba-tiba dia mengajak Harry berkencan? Harry yakin ada sesuatu yang salah dengan Malfoy, karena Harry tak percaya bahwa kisah "benci menjadi cinta" itu benar adanya. Dan darip...