Epilogue: A Graveyard of Stars

12K 1K 61
                                    

"The sky is so tragically beautiful. A graveyard of stars" - Unknown

Kaki jenjangnya melangkah menyambangi jalan setapak. Jubahnya ia biarkan berkibar terbawa angin, tangannya ia sembunyikan ke dalam kantung celana. Berjalan agak cepat, ia tak mau membiarkan kekasihnya menunggu lama, tak menghiraukan jika keberadaannya bisa saja ditangkap Filch.

Matanya menangkap sosok yang sedari tadi berkeliaran di pikirannya, sedang mundar-mandir di tepi Danau Hitam. Draco tersenyum, lalu menghampirinya.

"Apa aku terlambat?"

Harry menatapnya jengah. "Masih bertanya juga? Kau telat setengah jam!"

"Maaf. Aku tak tahu kalau prosesnya akan lebih lama dari perkiraan."

Harry memutar bola matanya. "Terserah."

Draco menampilkan senyum tipisnya. Ia sendiri tak habis pikir, padahal ujian O.W.L baru saja selesai, tapi kenapa Severus masih terus saja meminta bantuannya untuk mengerjakan penelitian ramuan terbarunya? Oke, Draco paham bahwa ia memang cerdas di Ramuan, tapi tidak bisakah ia istirahat dulu sebentar?

Dan Draco tak tahu bahwa akan memakan waktu selarut ini. Ia sudah memperkirakan akan selesai pada pukul sebelas, siapa tahu kalau prosesnya membutuhkan waktu setengah jam lagi?

Berusaha menenangkan pikirannya, Draco berbaring merebahkan letihnya di bawah gemerlap bintang. Masa bodoh jika ia gatal-gatal nantinya. Ia lupa membawa alas karena buru-buru, takut-takut Harry terlalu lama menunggu.

Harry mengikuti, menggunakan kedua tangannya sebagai alas kepala. Nyatanya, Harry masih mau menunggunya, dan Draco bersyukur untuk itu. Untuk remaja di mabuk asmara yang satu bulan belakangan ini sibuk belajar untuk mengahadapi ujian, menunggu bukanlah satu hal yang mengganggu untuk mereka agar bisa menghabiskan waktu berdua. Jadi, Draco tak heran jika Harry masih betah menunggunya bahkan ketika dengkuran Tuan Weasley sudah terdengar.

Suasana di antara mereka senyap, namun tidak tegang. Suasana yang membuatnya nyaman. Hanya dersik angin dan uhu-an burung hantu yang menemani mereka.

"Tapi tidak ada masalah, kan? Maksudku, semuanya lancar, kan?"

Dan Harry tetaplah Harry. Masih peduli pada orang lain meski sudah dikecewakan berkali-kali.

"Sejauh ini lancar. Tinggal melewati tahap uji coba saja. Severus masih mencari korban untuk dijadikan kelinci percobaannya."

Draco menoleh, mendapati Harry sedang mencebikkan bibirnya.

"Kenapa terdengar seram sekali."

Pertanyaan yang lebih terdengar seperti pernyataan itu membuahi tawa dari mulut Draco.

Setelah itu kembali hening.

Permakaman bintang malam ini ramai. Tidak ada kabut tipis yang menghentikan bintang-bintang itu untuk bersinar. Bahkan bulan pun tak malu menunjukkan wujudnya, tidak lagi bersembunyi di balik awan.

Draco memfokuskan perhatiannya pada purnama perak, membiarkan matanya terbias cahayanya.

Ia memang mengajak Harry untuk bertemu. Hanya melepas rindu, tidak perlu mengadu. Ia terlalu lelah untuk menceritakan semuanya. Dan ia paham, Harry pun lelah. Ujian O.W.L benar-benar membuat batinnya tersiksa. Dan untungnya, mereka bisa selamat.

"Draco," panggil Harry.

"Hm?" Draco menyahutnya dengan gumaman pelan, masih mengagumi sang malam.

Admiring The Night [Drarry] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang