8. It's Alright

8.3K 1K 136
                                    

"Harry, kau dari mana saja?"

Suara Ron, bagai ayah yang mendapati anak semata wayangnya pulang malam, pecah di gendang telinga Harry. Pemuda berambut merah itu berdiri tepat di depannya yang baru saja masuk melewati lukisan Nyonya Gemuk, tangannya dilipat dan bibirnya ditekan hingga membentuk garis tipis.

"Ronald! Ini sudah malam, yang benar saja. Biarkan Harry beristirahat."

"Diam, Hermione."

Hermione langsung terdiam, memandang Harry dengan tatapan maaf. Sesaat Harry paham situasinya.

Simpelnya, saat itu mereka semua sedang berkumpul. Ron sedang bermain catur dengan Dean sambil mengobrol dengan Harry. Hermione yang sudah setuju untuk membantu Harry pun meminta izin pada Ron untuk meminjam buku di perpustakaan. Ron yang sedang fokus memikirkan strategi untuk mengalahkan Dean mengangguk-angguk tanpa menyadari bahwa Harry menyelubungi tubuhnya dengan Jubah Gaib dan bersama Hermione ia memanjat melewati lukisan Nyonya Gemuk.

Harry tak tahu apakah Hermione benar-benar ke perpustakaan. Tapi yang pasti, Ron sadar bahwa Harry tidak ada di ruang rekreasi dan bertanya pada Hermione di mana Harry berada sesaat gadis itu balik ke asrama Gryffindor, namun Hermione bungkam. Harry tahu itu.

Ia menelan salivanya dengan susah payah. Matanya gelisah, menangkap pemandangan apapun selain mata biru Ron. Ia tak tahu bahwa hal ini akan terjadi secepat ini.

"Harry? Kau ingin menjelaskan sesuatu?"

Harry menggigit bibirnya, menatap Hermione untuk meminta bantuan.

"Ron, kita bisa membicarakannya besok pagi. Pergi ke kamar dan tidurlah!" kata Hermione. Harry bisa mendengar nada putus asa dari kata-kata gadis itu.

"Kenapa kau begitu santai, 'Mione? Apa kau tahu sesuatu?" Mata Ron tertuju pada Hermione.

Hermione gelagapan dan Harry menghela napas berat. "Oke, oke, Ron, aku akan menjelaskannya," kata Harry, akhirnya mengalah.

Lalu Ron dan Hermione duduk di sofa panjang sedangkan Harry duduk di sofa tunggal depan perapian.

Ron melipat tangannya, menunggu Harry berbicara. Harry menghela napas. Bagaimanapun juga Ron adalah sahabatnya. Dia berhak tahu. Apa pun yang akan terjadi nantinya, Harry harus memberitahunya.

"Aku dan Malfoy pergi ke Menara Astronomi."

Ron mengernyit. "Malfoy? Apa yang kau lakukan di sana?"

"Well," Harry berdeham, mengubah posisi duduknya. "Umm, melihat bintang...?"

"Melihat bintang? Kau bisa mengajakku dan Hermione. Untuk apa kau pergi bersama Malfoy?"

Hermione memutar bola matanya dan Harry bisa menangkap "bodoh," dari helaan napas gadis itu.

Harry membasahi bibirnya, tak bisa tenang di sofanya. "Aku... akuberkencandengannya."

"Apa?"

Harry mengusap wajahnya kasar. "Aku dan Malfoy berkencan."

Tubuh Ron menegak, matanya melotot, dan hampir berdiri jika tidak ditahan oleh Hermione. "BERKENCAN?!"

Teriakan Ron diimbangi dengan suara gedebuk dari arah tangga menuju asrama perempuan. Ketiga pasang mata itu menolehkan kepalanya, dan Harry mendapati Ginny tergeletak dengan wajahnya yang mencium lantai.

Harry berdiri, panik, jelas saja. Ia takut Ginny menguping pembicaraannya. "Ginny? Kau..." Terdiam, ia tak tahu harus berkata apa.

Hermione mendekati gadis berambut merah itu dan membantunya berdiri dan membawanya ke sofa. Di sebelahnya, Ron memijat pelipisnya pelan.

Admiring The Night [Drarry] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang