BK 13

12.7K 817 20
                                    


"Aneh, betapa sensitifnya telinga kita terhadap dering telepon kita, namun tuli terhadap panggilan-Nya"
Adnan Wijaya

______________________________________

Di pagi buta, Maurine sudah dibangunkan dengan cipratan air dari Adnan.

"Hah bocor bocor! Tenten tolong! Maurine gak bisa renang!" Teriak Maurine dengan mata yang masih terpejam.

Adnan yang mulai kesal akhirnya mengangkut Maurine beserta kasurnya ke depan. Maurine yang merasa tubuhnya ditusuk angin pagi akhirnya bangun.

"Loh ini Maurine mimpi kah? Iya ini pasti mimpi, tidur lagi ah" ucap Maurine tanpa mengetahui keberadaan Adnan diatas kepalanya.

Saat Maurine kembali terlelap dalam tidurnya, Adnan mengguyurkan setimba air ke Maurine. Tepat seperti yang Adnan pikirkan, setelah diguyur air, Maurine langsung berdiri tegap.

"Siap pak Rangga" ucapnya tegas dengan posisi tubuh sikap sempurna

Adnan yang melihat itu ingin tertawa namun sebisa mungkin ia menahannya karena ia gengsi jika harus tertawa didekat orang.

"Loh pak Rangga mana? Loh Maurine kok disini? Kasurnya kok pindah? Maurine kok basah? Siapa yang guyur Maurine ngaku! Pasti kerjaan pak Rangga nih" ucapnya bertubi tubi.

"Ehem"

Maurine yang kaget akan deheman yang berasal dari belakangnya tersebut lantas berbalik badan

"Loh tenten, Maurine kok ada disini? Ini jam berapa?" Tanyanya

"Jam dua. Cepat bersih bersih dan jangan lupa jemur kasurnya. Sepuluh menit lagi saya tunggu di ruang bela diri" ucap Adnan

"Loh kan yang guyur tenten" ucap Maurine, namun Adnan tidak merespon dan berjalan meninggalkannya seorang diri ditengah kegelapan.

Maurine melihat jam ditangannya yang menunjukkan pukul 02:00, itu artinya pukul 02:10 ia harus berada di ruang bela diri. Dengan susah payah ia membawa kasur tersebut ke halaman ruangan Adnan, karena tempat itu selalu terkena cahaya matahari, kemudian ia berlari ke kamar untuk ganti baju dan mengambil tissue basah untuk mengelap wajahnya karena ia memutuskan untuk tidak mandi untuk mempersingkat waktu.

Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 02:08, Maurine segera berlari menuju ruang bela diri, walaupun letaknya berada tidak jauh namun ruangan itu berada di lantai 3 dan lift hanya bisa digunakan oleh orang orang penting, sehingga ia hanya bisa menaiki tangga.

Saat hampir meraih kenop pintu, ia kembali melihat jam di tangannya yang menunjukkan hampir pukul 02:10, kemudian ia cepat cepat membuka pintu tersebut.

"9 menit 51 detik" ucap Adnan dengan melihat jam tangannya

"Akhirnya......" Ucap Maurine dengan nafas yang memburu.

"Cepat ganti" ucap Adnan

"Iya, jangan ngintip loh" teriak Maurine dengan berlari menuju ruang ganti.

Adnan hanya bisa terheran heran mendengar perkataan Maurine

"Ambil posisi"

"Fix silat kan Ten?" Tanya Maurine dengan mengetuk bahu Andnan dua kali, sedangkan Adnan hanya membalas dengan deheman.

Kemampuan Maurine semakin meningkat, karena ia hanya mengulang materi yang sama dengan materi yang pernah ia pelajari beberapa tahun lalu. Beberapa jam kemudian adzan subuh berkumandang dan mereka mengakhiri latihan.

"Ke masjid yuk" ajak Adnan

"Bentar ah Ten, masih capek" rengek Maurine yang sedang merebahkan badannya diatas matras.

"Aneh, betapa sensitifnya telinga kita terhadap dering telepon kita, namun tuli terhadap panggilan-Nya" ucap Adnan

"1 menit lagi" tawar Maurine.

Tanpa basa basi Adnan langsung mengangkat tubuh Maurine dan menggendongnya seperti karung beras

"Maurine bisa jalan sendiri!!!" ucap Maurine dengan menendang nendangkan kakinya ke perut Adnan, hal itu membuat Adnan geli. Ya, Adnan bisa menahan sakitnya luka tembak namun tak bisa menahan sesuatu yang membuat tubuhnya geli.

Maurine yang masih tak kehabisan Akal memutuskan untuk menjahili Adnan

"Pak Rangga!" Teriak Maurine dengan nada seperti orang terkejut. Saat mendengar teriakan tersebut Adnan langsung menjatuhkan tubuh Maurine namun Maurine berpegangan pada tangan Adnan sehingga dengan refleks Adnan menahan tubuh Maurine sehingga mata mereka bertemu.

Beberapa detik kemudian Adnan tersadar dan kembali berdiri normal.

Mereka berjalan bersama dengan canggung, hingga akhirnya Adnan memutuskan untuk berjalan lebih dulu, tanpa Adnan tau Maurine sedang menghentak hentakan kakinya dengan kesal sembari mengumpat didalam hati.

Setelah sholat subuh Maurine memutuskan untuk mengemasi pakaiannya karena sebentar lagi ia akan ke camp siswa. Saat hendak menuju ruangan Adnan tiba tiba ada seseorang yang memegang bahunya dari belakang.

"Syila, ada apa?" Tanya Maurine

"Nih aku ada makanan buat kamu dama Adnan nanti, dimakan ya" ucap Syila dengan lembut

"Iya Syil, makasih ya cantik" ucap Maurine tak kalah lembut

"Eh tapi ingat ya, jangan bilang kalau aku yang masak, nanti Adnan nggak mau makan" ucap Syila setelah itu ia langsung pergi.

Maurine berpikir bahwa Syila memberikankan makanan itu hanya karena ingin menarik hati Adnan, namun sebenarnya Syila memiliki maksud tersendiri.

Hai buat kalian yang sudah meluangkan waktu untuk baca cerita ini
Makasih ya.....💙 lop yu💙.....
Maaf authornya jarang update
Lagi banyak tugas nih😫

Bersamamu kaptenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang