BK 17

12.1K 817 52
                                    

Hai semuaaa
Selamat membaca 💙

Rangga tak sengaja melihat Maurine sedang berlari tunggang langgang dengan baju basah dan Cepol yang sudah acak acakan
"MAURINE! MAU KEMANA KAU?!"

"TUGAS NEGARA", Jawabnya

Rangga hanya bisa terheran heran mendengar ucapan Maurine. Sebenarnya Ia berencana untuk memberi tau keadaan Adnan, namun karena Maurine ada Tugas Negara  yang entah negara bagian mana, akhirnya ia memutuskan untuk memberi taukan nanti malam saja.

Namun tiba tiba Maurine berbalik arah menghampiriinya "Pak Rangga, pinjam handphone"

"Ambil saja di ruangan sa.." belum selesai Rangga berbicara, Maurine sudah lari menjauh.

Entah terlalu bersemangat atau sudah terbiasa dengan medan, Maurine berlari tanpa henti menuju ruang medis yang jaraknya berkilo-kilo meter.

Sesampainya disana, ia melihat Syila sedang asik menata obat obatan.
"Selamat siang Ibu Dokter Syila" ucap Maurine dengan menaikkan alis kirinya disertai dengan smirk yang mengejek.

"Saya sibuk" Ucap Syila tanpa menghentikan pekerjaannya

"Apakah menata obat lebih penting dari pada melayani warga sipil?"

"Apa..?" Ucapnya dengan malas

Maurine langsung duduk diatas tempat tidur pasien, dan dengan sengaja menanyakan resep masakan yang ia berikan kepada Adnan kemarin lusa, karena Adnan sangat suka dengan masakannya dan makan dengan lahap.

Namun Syila hanya diam dan berpikir. Kemudian ia menjawab "Lada hitam, Adnan sangat menyukai lada hitam"

"Dokter kira saya tidak tau jika Tenten alergi terhadap itu"

"Jadi kamu sudah tau, cantik.."

"Kenapa kamu melakukan itu?"

"Jika saya tidak bisa mendapatkan Adnan, semua orang tidak boleh mendapatkannya" ucap Syila yang kini sudah berada di hadapan Maurine

Mendengar ucapan itu, Maurine semakin memancing Syila untuk berbicara lebih banyak, ia menanyakan apa maksud dari ucapa Syila, dan ternyata....

"Adnan harus hilang"ucapnya dengan sinis. "Oh ya, fyi Tenten Lo sekarang lagi kritis... Hahahaha" sambungnya dengan menekan kata Tenten.

"Gue heran, kenapa psikopat kayak Lo bisa ada disini?..... Oh iya gue lupa, ini Indonesia bro, semua bisa didapatkan asalkan dia punya uang dan kekuasaan... Apa Lo juga seperti itu?" Tanya Maurine dengan tenang, kemudian ia bangkit dan berdiri didekat pintu.

Syila yang tak terima dibilang seperti itu lantas marah. "Jangan asal bicara, bitch" tekannya.

"Syila Herliana, anak seorang anggota DPR RI yang sedang diselidiki karena diduga ikut serta dalam  melakukan penggelapan dana dengan kerugian mencapai Rp176 miliar dengan modus bisnis jual beli kernel"

"NGGAK USAH BAWA ORANG TUA GUE BANJINGAN" Ucap Syila yang sudah naik pitam. Ia langsung meraih rahang Maurine dengan kencang.

Maurine yang kesakitan langsung menjambak rambut Syila, dan terjadilah aksi Jambak jambakan, namun Maurine sengaja mundur hingga berada tepat ditengah pintu dan berteriak sehingga menimbulkan kegaduhan. Dan tepat sekali pada saat itu ada beberapa orang yang lewat dan menjadi saksi keributan mereka.

Alhasil, Rangga dipanggil dan mereka dibawa ke kantor atasan. Maurine hanya diberi peringatan untuk berhati hati dalam berbicara, namun Syila menerima hukuman skors dan potong gaji. Setelah itu mereka diminta untuk saling bermaafan dan meninggalkan ruangan. Namun bukan Maurine namanya jika cepat puas dengan sesuatu. Ia segera memberikan hasil rekamannya tadi kepada Rangga.

Ya...., Sebelum memasuki ruang medis, Maurine sudah menyalakan rekaman dari handphone yang sempat ia pinjam dari Rangga.

"Dengerin ya, Pak Rangga" kemudian mereka berhenti dibawah pohon yang rindang.

Namun disaat Rangga fokus mendengarkan percakapan Maurine dan Syila, Maurine malah ngomel ngomel tidak jelas, berbagai sumpah serapah telah ia tujukan kepada Syila yang sekarang entah dimana. Hal tersebut membuat Rangga hilang fokus dan menyentil mulut Maurine dengan kencang.

"Aaaa"

"Aku pecah fokus, Rin"

"Maaf, ehehehe"

Rangga kembali mendengarkan rekaman tersebut. Alangkah kagetnya dia saat mendengar kata "Adnan, harus hilang". Rangga tau bahwa Syila serius dalam ucapannya, karena Syila akan menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginannya.

"Adnan dalam bahaya, koneksi Syila sangat kuat" ucap Rangga, Namun Maurine menyanggah karena sebentar lagi Syila tidak akan bisa menggunakan kekuasaan ayahnya lagi.

"Kenapa?"

"Pak Hendroyo, sedang diselidiki KPK karena diduga ikut serta dalam penggelapan dana"

"Kan belum tentu, Rin"

"Pasti! Dia kaki tangan atasannya yang merupakan otak dari penggelapan tersebut." Ucapnya dengan ngotot, namun selanjutnya ia berkata dengan pelan "Tapi jika kasus tersebut dikerjakan dengan rapih, dia bisa lolos".

"Jangan sok tau"

"Maurine nggak sok tau, aku sudah mendengar kasus tersebut sejak 3 tahun lalu".

"Tau dari mana?"

"Pak Rangga, hidupku ini membosankan. Setiap ada kumpul keluarga, mereka selalu membicarakan kasus kasus yang tidak Maurine tau. Namun sangking seringnya mereka membahasnya, Maurine jadi tau hingga akar-Nya. Jangankan kasus yang sudah tercium publik, kasus yang belum tercium saja Maurine sudah tau" ucapnya dengan sombong.

Rangga yang semakin penasaran dengan kasus yang dimaksud Maurine lantas berusaha menggali informasi lebih dalam.

"Pak Rangga, jangan kepo... Maurine tidak akan membocorkan kasus ini sebelum ada media yang membicarakan"

"Aaah.... jadi Intel saja lah kau, Rin... unang jadi jaksa"

"Tau dari mana cita cita Maurine?"

Rangga memberi tau bahwa ia mengetahuinya dari Adnan, entah dari mana Adnan tau semua tentang Maurine. Mungkin karena mereka saudara. Namun setelah mendengar itu, Maurine malah menangis sejadi jadinya hingga menjadi pusat perhatian beberapa prajurit yang lalu lalang.

"Maurine masih nggak terima kalau Tenten itu kakak Maurine...."

Maaf ya, di part ini tidak ada Tenten.
Tentennya lagi sakit di negara orang😭
Semoga kalian suka dengan cerita ini 💙
Jangan lupa vote dan komen
Yaaaa.....

Bersamamu kaptenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang