Chapter 2 - Those Damn Lips

488 37 11
                                    


Soo Yeon tetap berada di mobilnya selama sepuluh menit, menyiapkan diri untuk bertemu dengan orang-orang yang bakal menjadi keluarganya nanti. Ia selalu benci acara keluarga karena ia harus berpura-pura baik di hadapan semua orang yang kenyataannya dia bukanlah wanita baik-baik.

Soo Yeon akhirnya keluar dari mobil yang sudah diparkirkannya di depan sebuah rumah yang cukup megah. Sebelumnya, ia juga sudah mengabari Na Ra jika ia sudah sampai dan memintanya untuk menjemput dirinya.

Tidak perlu jadi seorang jenius untuk mengetahui pria macam apa yang akan dinikahi oleh Na Ra setelah melihat betapa besar dan mewah rumah itu. Na Ra memang punya kriteria yang sangat tinggi. Selain bergelimang harta, Na Ra memiliki paras yang cantik dan terlihat awet muda. Dengan semua yang dimilikinya, mendapatkan pria kaya raya bukanlah hal yang sulit bagi Na Ra. Namun, Na Ra merupakan tipe wanita yang tidak akan menggantungkan hidupnya pada pria seumur hidupnya dan sekarang ia malah berencana menikah lagi. Tentu saja pria yang sukses meruntuhkan prinsip sehidup semati ibunya ini tidak bisa dianggap remeh.

Na Ra masih berusia delapan belas tahun saat melahirkannya, jadi jika ia bersama Na Ra, orang lain akan mengira bahwa mereka adalah sepasang kakak adik. Meski menjadi ibu di usia muda, ia tidak lantas menyerahkan hidup pada nasibnya. Na Ra tetap melanjutkan pendidikannya yang tertunda bahkan hingga sarjana. Setelah itu, ia melanjutkan bisnis properti yang dimiliki oleh keluarganya bahkan membuatnya lebih berkembang. Soo Yeon mau tak mau menerima imbasnya, tumbuh dengan merasakan sedikit kehadiran orang tuanya. Sebagian besar masa kanak-kanaknya dihabiskan bersama pengasuh yang merawatnya. Na Ra sibuk menata hidupnya dan ayahnya yang selalu sibuk bekerja.

Soo Yeon merasakan kekecewaan yang teramat besar ketika ayahnya memutuskan untuk bercerai dengan Na Ra ketika umurnya menginjak empat belas tahun. Bukannya ia tidak tahu jika memang hubungan kedua orang tuanya hanya sebatas status suami istri, keduanya bahkan tinggal di rumah yang berbeda. Namun, yang membuatnya kecewa adalah ayahnya sama sekali tidak peduli dengan putri semata wayangnya seolah menganggapnya tidak ada.

Ayahnya hampir tidak pernah menyisihkan waktu untuk Soo Yeon, bahkan ketika ia dirawat di rumah sakit ayahnya sama sekali tidak hadir. Seiring berjalannya waktu, ia berharap ayahnya itu tersadar dan dapat memperbaiki hubungan di antara mereka. Ketika perceraian itu terjadi, harapan Soo Yeon pada ayahnya hilang sepenuhnya.

Langkah Soo Yeon sempat terhenti ketika mendapati mobil audi putih yang terlihat sangat familier terparkir di halaman rumah itu. Namun, ia cepat-cepat menepis pikiran konyolnya. Sungguh bodoh memikirkan bahwa hanya pria itu yang mempunyai kendaraan mewah itu, orang-orang kaya lainnya juga mampu.

Na Ra keluar dari rumah itu, berpenampilan manis dan elegan dengan balutan dress hitam dengan renda putih di bagian dadanya, terlihat seperti wanita di akhir 20-an tahun. Soo Yeon tidak bisa berhenti kagum akan betapa tidak menuanya ibunya itu. Na Ra menyuruhnya masuk dan mengatakan bahwa calon suaminya sudah menunggu sementara yang lainnya sudah berada di taman belakang.

"Bersikaplah seperti wanita yang anggun dan baik." Bisik Na Ra.

Soo Yeon berusaha untuk tidak memutar kedua bola matanya mengingat ia juga ingin menjaga imej-nya di depan calon keluarga barunya. "Tenang saja, aku tidak akan mempermalukanmu. Aku tahu bagaimana caranya bersikap, Eomma." terdengar sedikit penekanan di kata 'Eomma'.

"Pipi-ya, berhenti!" Tiba-tiba seekor anjing pudel putih berlari melewati mereka dengan seorang balita laki-laki yang mengejarnya hingga masuk ke ruangan lain.

Seketika Soo Yeon terdiam. Tidak hanya rupa anjing itu yang mirip, namanya pun juga sama. Anak kecil itu terdengar sedikit cadel, jadi ada kemungkinan ia salah mengucapkan namanya. Di antara berjuta kemungkinan di dunia ini, apakah mungkin? Soo Yeon tidak mau berpikiran aneh-aneh, namun sudah ada dua hal janggal yang ia temui. Perasaannya berubah buruk hingga membuat perutnya terasa tidak enak.

He's My UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang