part 4

6 4 0
                                    

[Kata orang, senyum saat terpuruk itu hebat]
●●●

Dera mengerjap matanya dan mencium bau-bau obat disekitarnya, rumah sakit. Dera berusaha duduk dari tidurnya tapi tiba-tiba kepalanya pusing lagi.

"Udah bangun, dek?" Tanya Klavier atau bisa dipanggil Ier itupun membuat Dera menatap abang nya dan tersenyum. "Sekarang berapa hari lagi?" Bukannya menjawab Dera memberi abangnya sebuah pertanyaan.

Ier tersenyum lalu mendekati dia, "Jangan bahayain diri lagi ya? Jantung kamu lemah" Dera mengangguk mengerti,"Iya, berapa hari Dera ga bangun bang?" Tanya Dera lagi yang masih penasaran.

"Dua hari" jawab Ier yang kemudian berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Dera, "Bentar, abang mau manggil dokter dulu"

Dera mengangguk walau Dera tahu, abangnya tidak melihat dia, Dera tersenyum menatap luar jendela yang dikamarnya itu.

"Hai sayang, gimana kabarnya hm? Udah puas tidurnya?" Ucap Rere, dokter yang sekaligus teman mama Dera. Dera terkekeh lalu tersenyum. "Seneng banget bikin kita panik, Yuk sini Tante mau lihat keadaan kamu" ujar Rere yang setelah itu memeriksa bagian tubuh Dera.

"Ier, kamu bisa ga keluar bentar?" Tanya Rere setelah memeriksa tubuh Dera dan menatap Ier, Ier yang merasa ada yang mengajak berbicara pun mengangguk dan keluar dari kamar Dera.

"Kamu kapan mau oprasi, Der? Keadaan kamu semakin ga baik, apa perlu tante kasih tau mama kamu?" Tanya Rere membuat Dera menggeleng cepat. "Jangan Tan, biar Dera aja yang kasih tau"

Rere tersenyum, "Secepatnya ya? Kalau ini, lama mengatasinya bisa jadi lebih parah, Dera" ujar Rere membuat Dera tersenyum, "Iya tan"

"Yaudah istirahat jangan banyak pikiran ya" Ujar Rere mengusap rambut Dera seperti anaknya sendiri dan pergi meninggalkan Dera diikuti perawat dibelakangnya.

"Dera!!!" Pekik Mora lari kearahnya dan memeluk Dera erat. "Gw khawatir ish, lu mah ngeyel gw bilangin" cerocos Mora yang membuat Dera sedikit terkekeh pelan, "maaf ya?"

Mora memanyunkan bibirnya dan duduk di samping Dera, "Tau ga gw panik kayak apa kemarin" Dera menoleh kearahnya penasaran. "Gimana?"
"Lu kejang-kejang pas gw ama Garin nungguin, nah Garin kan langsung lari tuh ke Bk minta ijin terus gw telp abang lu, nah habis itu lu dibawa kan kerumah sakit, astaga Der, gw nangis takut lu kenapa-napa" cerita Mora yang entah kenapa setelah itu menitikkan air matanya, membuat Dera kaget melihat itu.

"Loh kok nangis?" Tanya Dera mengusap air mata Mora. "Jangan pergi, Der" Dera tersenyum pahit kearahnya, "Kan gw disini" ujar Dera menenangkan Mora "Gw takut" ujar Mora lirih.

"Astaga drama paan lagi nih" sindir Putra saat memasuki kamar Dera bersamaan Garin, Reza dan juga Ier.

"Paan sih lu, ganggu gw pacaran aja" sewot Mora mengusap kasar air matanya dan menatap tajam ke Putra. "Za! Pacar lu tuh selingkuh" lapor Putra membuat Reza menggeleng kepalanya yang sudah tau nanti seperti apa setelah kejadian ini.

"Mulut lu kayak cewek ya Tra!" Kan Reza udah bilang kalau cewenya itu pasti berantem adu mulut sama Putra kalau ga ya Garin.

"Gimana keadaan lu?" Tanya Garin mendekati Dera, dan mengusap rambut Dera pelan. Dera tersenyum kearahnya, "Makasih ya?"

"Der, makan dulu tuh, mumpung pujaan hati dimari" ujar Ier tiba-tiba yang sebelumnya tadi diam. Garin menatapnya tajam, "Lu belum makan?"

"Gw baru bangun" bela Dera pada diri sendiri. "Yuk-yuk keluar dunia berasa milik mereka sendiri" sinis Putra yang keluar dari kamar Dera bersamaan lainnya.

"Ya, tapikan lu harus makan, biar sembuh" Seru Garin sambil mengambil makanan di meja samping brangkar Dera dan duduk disamping Dera.

"Jangan sakit lagi, gw khawatir" ujar Garin sambil menyuapi Dera dengan pelan. Dera hanya diam menerima suapan dari Garin.

"Garin udah, gw kenyang" protes Dera yang sedari tadi tak di gubris oleh Garin, "Biarin, enak sakit?" Sindir Garin meletakan piring kosong makanan Dera di meja.

"Bisa nyuruh orang makan kalau sakit, tapi dirinya?" Dera diam mendengarkan. "Der? Mana Dera yang gw kenal, masa lu lemah gini?" Garin menatap Dera dengan tatapan mengunci, "Gw ngrasa bersalah udah lepasin lu kalau lu kayak gini, Der"

Garin memeluk Dera erat hingga Dera merasakan bahunya basah, "maaf" ujar Dera yang sedari tadi hanya diam.

"Tuhkan sakit, Rin! Aku kan udah bilang jaga kesehatan mau sakit kayak flu tetap jaga kesehatan! Minum air banyak! Sekarang minum nih air nya terus minum obat" bawel Dera memberi obat beserta air ke Garin yang diterima oleh Garin.

Dera tersenyum mengingat hal itu, Garin melepaskan pelukan mereka lalu tersenyum ke arah Dera, "Jaga kesehatan ya?" Dera mengangguk, gw usahain Rin

"Yaudah sekarang mau apa?" Tanya Garin yang berusaha mencair suasana, Dera menggeleng lalu menurunkan tubuhnya ke brankar membuat Garin turun dan membantu menyelimuti tubuh Dera. Dera memejamkan matanya dan hanyut ke alam mimpinya.

Garin masih diam ditempat lalu mencium pucuk kepala Dera dan mengusap rambutnya pelan, "selamat tidur Dera"

"Dera tidur?" Tanya Mora pelan saat melihat Dera tidur, Garin tersenyum lalu mengangguk, "Barusan tidur" ujar Garin membuat Mora mengangguk dan mendekati mereka.

"Lihat? Dia ga bisa tanpa lu, Rin" keluh Mora menatap Dera penuh iba membuat Garin menatap Dera juga. "Tapi gw udah ga bisa Mor" Jawab Garin yang masih kekeh sama pendiriannya.

Mora menatap Garin intens, "Lu sayang ga sama Dera?" Tanya Mora membuat Garin menatap Dera lamat, "Banget Mor, gw sayang banget sama dia, tapi gw mau dia tau kalau cinta ga harus memiliki"

"Halah bullshit, lu seneng Dera terus-terusan kayak gini?" Tanya Mora menatap Garin sinis, Garin diam lalu menghendikkan bahunya tak tahu. "Gw sama dia cuma temenan, toh dia mau" Timpal Garin membuat Mora jengah dengan nya, "Serah lu udah"

●●●


Lita memasuki kamar anaknya dengan khawatir, dan berhenti saat melihat Mora bersama Garin yang terlelap di samping kanan kiri Dera.

Dera terbangun, dan melihat mamanya yang berhenti didepan pintu kamarnya, "Mah?" Panggil Dera yang kemudian duduk dan melihat bawah ada Mora dan juga Garin yang sedang terlelap.

Lita mendekat kearahnya dan tersenyum, "cepet sembuh ya sayang" ujar Lita mengecup dahi Dera pelan, membuat Dera memejamkan matanya, "Mah?" Panggil Dera membuat Lita menatapnya lembut.

"Maaf ya" ujar Dera parau yang kemudian runtuh menangis didepan Lita membuat Lita memeluk Dera dari samping. "Bentar lagi sayang, tahan ya? Mama pasti dapat transplasi jantung buat kamu" ujar Lita menenangkan, Dera menggeleng kepala dan mengeratkan pelukan mereka.

"Udah ya, anak mama jangan nangis okay?"

((2/3))

[IF YOU LEAVE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang