part 5

7 3 0
                                    

[Luka kamu saja bisa saya obati, kenapa kamu malah membuat goresan luka di saya?]
●●●

Lita meletakan makanan Dera di meja samping brankar Dera, dan tersenyum hangat kearah Dera, "Der? Mama mau bicara pelan-pelan ya?" Tanya Lita lembut membuat Dera menatapnya.

"Mama dapat berita kalau tadi papa udah telepone mama, katanya udah dapat donor jantumgnya, kamu mau ya ikut mama ke Jerman?" Tanya Lita pelan, Dera diam menunduk kepalanya pelan, "Mah? Ga bisa Dera disini sebentar? Sebelum Dera minta ke mamah?" Tanya Dera lirih tapi tetap masih didengar oleh Lita.

"Der? Masih mau berjuang dapetin dia? Mama tau kamu sayang sama dia tapi bisa ga kamu lihat diri kamu sendiri?" Ujar Lita lembut membuat Dera diam tak berkutik, Lita tersenyum dan mengelus rambut Dera pelan, "Maaf ya sayang? Mama cuma mau kamu sembuh, mama mau kamu kayak lainnya, yang nikmati masa muda"

"Tapi Dera juga udah nikmatin kok Mah" ujar Dera menatap jendela membuat Lita tersenyum pahit, "Tapi ada batasnya, emang kamu ga kesakitan karna terbatas,hm?" Dera menggeleng walau dalam hati mengiyakan ucapan mamanya itu.

Lita tersenyum, "Yaudah kalau emang udah buruk, mama mau ga mau ngirim kamu ke Jerman buat transplasi jantung kamu" ujar Lita tak mau terbantah, mengusap rambut Dera pelan lalu meninggalkan Dera sendirian.

Dera menatap kepergian mamanya dengan tatapan sendu. "Dera!!!"pekik Mora memasuki kamarnya membuat Dera mengubah ekpresinya dan tersenyum kearah Mora.

"Udah pulang ya?" Tanya Dera lembut membuat Mora mengangguk dan melihat buah yang belum sama sekali tersentuh oleh Dera, "Gw makan ya, Der?" Ijin Mora yang diangguki oleh Dera.

"Lu sendiri, Mor?" Tanya Dera menatap pintu kamarnya berharap.
"Ga dong" ujar seseorang yang menyundulkan wajahnya di himpitan pintu,membuat Dera mengernyit pada Mora meminta penjelasan kenapa pria itu dekat dengan Mora, gak mungkin kan kalau Mora itu selingkuh?

Mora tersenyum, "Dia murid baru, maklum lu ga tau dia soalnya kemarin lu sakit, Der" Jelas Mora membuat Dera mengangguk paham. Langga kemudian mengambil duduk disamping Dera dan tersenyum manis ke Dera. "Der, gimana kabar lu?"

Dera menatapnya lalu tersenyum, "baik kok, makasih ya udah mau jengukin" ujar Dera tulus membuat Langga ikut tersenyum. Gw nyesel Der ga datang dikehidupan lu sebelumnya.

"Yaudah, Der gw tinggal bentar ya" Ijin Mora meninggalin Dera dan memberi waktu Dera bersama dengan Langga.

Hening seketika diantara Langga dan juga Dera. Hingga Dera mengeluarkan suara untuk memecahkan keheningan diantara mereka. "Gimana sekolahnya?"

Langga menoleh dan terkekeh, "sekolah dari dulu biasa-biasa aja Der" jawab Langga membuat Dera sadar ucapannya, "Ah? Iya". Jawab Dera diiringi ketawa canggung.

"Ohiya? Lu mau minjem buku catetan gw ga?" Tanya Langga sambil memberi buku catatan dia ke Dera, Dera tersenyum lalu mengerutkan dahinya tak mengerti. "Loh?"

Langga menyengir, "Gapapa kan gw perduli ama lu, gw kasih sini ya" ujar Langga menaruh bukunya diloker meja Dera. "Ah?gw ngrepoti banget"

"Paan dah, kagak Der" tolak Langga membuat hati Dera menghangat, "Yaudah makasih ya" cuma denger suara lu gini aja udah adem ya Der? Seneng gitu gw dengernya, nape suara lu jadi candu sih!

"Btw lu udah makan?" Dera mengangguk mengiyakan, Langga mendengus kesal membuat Dera bingung dibuatnya, "Kenapa sih?" Tanya Dera tak mengerti.

"Lu kok udah makan sih, kan jadi gagal roman-romannya" Dera diam mencermati tapi setelah itu tertawa saat paham apa yang dimaksud Langga, "Apaan sih Lang"

Langga terkekeh dan mengacak rambut Dera pelan, "Bercanda" ujar Langga membuat Dera memanyunkan bibirnya.

"Langga!!! Rusak ihhh" desis Dera kesal yang bagi Langga suara Dera itu gemasin banget, Langga tertawa dan merapikan kembali rambut Dera yang tadi diacak olehnya, "Nih udah nih" ujar Langga yang kembali duduk dikursi samping Dera.

Langga menatap Dera, dia menyadari kejanggalan di diri Dera. "Der? Lu kok bisa pingsan sih?" Tanya Langga membuat Dera menatap jendela kamarnya.

Langga tahu bahwa seharusnya dia tak menanyakan soal ini, "Der? Sor--" "Gw lemah jantung" ujar Dera pelan membuat Langga melototkan matanya tak percaya, "Dari kapan, Der?"

"Sejak gw lari di lapangan juga pas kelas 4 sd, akhir dari perpisahan orang yang gw sayang" Langga terdiam mencermati ucapan Dera sekaligus menjadi pendengar yang baik.

"Sorry? Gw kira ga ada orang" ujar seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Dera membuat Dera dan Langga menoleh bebarengan.

"Maap ya Der, si Garin katanya kangen lu" ejek Putra yang langsung duduk disofa depan tv membuat Garin menatap tajam kearahnya.

"Gimana?" Tanya Garin yang telah berada didepan mata Dera, Dera mengerut keningnya, tapi Garin menatap tajam Dera, "Lu nangis kenapa?" Ucapan dari Garin membuat Langga disebelahnya berdiri dan ikut panik pada Dera.

"Paan dah kalian gw gpp juga" bohong Dera yang setelah itu menarik selimut hingga menutup rambutnya.

"Der? Gw tau ya? Gw kenal lu ga sehari tapi hampir setahun" ujar Garin memaksa Dera bercerita, Langga yang disamping Dera hanya menatap mereka dengan tatapan yang sulit dijelaskan, tanpa permisi, Langga pun pergi meninggalkan kamar Dera tanpa pamit.

"Hey Dera? Sini dong, ayo cerita lu kenapa?" Tanya Garin sambil duduk di brangkar Dera dan menatap iba Dera, walau Garin tau Dera sedang menangis dalam diamnya.

"Kasih gw waktu sendiri bisa?"

Garin mendengus tapi dia sadar siapa dirinya di hidup Dera sekarang. "Sorry, gw cuma ga mau lu kenapa-napa"

Diam-diam Dera menggigit tangannya dibawah selimut. Diam-diam dia ingin sekali berteriak, tapi Dera tau dengan kondisinya saat ini. Gak mungkin kan Dera bangun dengan kondisi menangis, mimisan dan kepala yang sakit.

Maka dari itu, Dera lebih baik dengan kondisi saat ini, berdiam dibawah selimut.

((3/3))

Up : 24 juli 2020

[IF YOU LEAVE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang