~Karena retina tak pernah bisa dusta perihal rasa yang bertahta~
************
Ummuachhh"Perfect," gumam Agatha setelah menyapukan lipstick di bibirnya.
Dengan langkah anggun ia berjalan keluar kamar menghampiri Dina serta seorang pria berjaket merah yang tengah duduk manis di ruang tamu rumah barunya.
"Hai."
"Hai, kamu cantik."
Agatha tersenyum mendengar pujian yang berasal dari Gerry. Teman kuliahnya yang secara terang-terangan menyukai Agatha bahkan saat ia masih punya pacar dulu. Hanya saja Agatha tak pernah menganggapnya lebih dari sekedar teman.
"Jadi nonton kan?" tanya Gerry.
"Jadi, tapi habis gue buat konten yah soalnya tadi pagi udah buat sebagian. Gapapa kan?" tanya Agatha.
Gerry mengangguk dengan cepat. Baginya bisa menghabiskan waktu dengan Agatha saja sudah suatu kebahagiaan. Agatha ini wanita sibuk, meminta waktunya untuk hal-hal semacam jalan berdua adalah hal yang sangat sulit jadi Ia tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Arif mana Din?"
"Gue di sini."
Agatha mengalihkan pandangan ke asal suara dan di sana sudah ada Arif yang berdiri dengan menenteng kamera.
"Yaudah yok," ajak Agatha. Dina dan Gerry mengangguk bersamaan dan setelahnya mereka berangkat menuju salah satu Mall.
"Kontennya apa Tha?" tanya Gerry saat mereka berjalan memasuki area mall.
"Tukar nasib sama asisten spesial rayain 5 tahun Dina kerja sama gue," jawab Agatha.
Gerry mengangguk paham dan sebisa mungkin saat kamera mulai menyorot Agatha, ia sedikit memberi jarak. Ia hanya tak ingin mengambil resiko jika kehadirannya nanti malah membuat netizen heboh. Apalagi netizen Indonesia itu sangatlah jeli untuk hal yang menjurus ke arah gosip.
"Udah?" tanya Agatha.
Arif mengacungkan jempol pertanda sesi konten hari ini telah selesai setelah menghabiskan waktu selama dua jam lebih. Agatha menyerahkan beberapa paper bag yang ada di tangannya ke Dina yang sigap menerimanya. Ia berjalan menghampiri Gerry yang sedari tadi menunggunya.
"Maaf yah lama. Kita makan dulu yah baru nonton," ucap Agatha.
Gerry tersenyum kikuk. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali, terkesan kikuk.
"Kenapa?" Agatha mengernyitkan alis heran.
"Maaf nih Tha, kayaknya lain kali aja deh. Nyokap nelpon nih minta ditemenin ke rumah sodara."
Agatha mengangguk paham. Ia menatap Gerry tak enak. Harusnya ia yang minta maaf telah membuat lelaki ini menunggu terlalu lama.
"Harusnya gue yang minta maaf, Lo udah terlalu lama nungguin gue," jawab Agatha.
Gerry tersenyum kemudian beralih mengusap lembut kepala Agatha. Sedikit memberi ketenangan pada wanita ini agar tidak merasa bersalah padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go To The Back ✅
FanfictionBELUM DIREVISI✨ Aku telah melangkah terlalu jauh dari tempatku berpijak Mengukir banyak kisah tanpa rautmu Menulis banyak sajak tanpa namamu Dari 2190 hari aku mengurai tawa dengan rasa sedih yang kutinggalkan pada sudut hati terdalam. Pada akhirnya...