Puisi yang ditulis Andra di part ini 👇
Tuturmu diakhir pertemuan retina kala itu masih saja berujung tilikan berakhir tanda tanya.
Katamu, kebenaran yang merajai tapi setitik jiwa dalam diriku meneriaki ego yang menduduki singgasana.
Siapa pelaku dan siapa korbannya? Aku? Kamu? Atau angan yang berakhir di sudut kenangan?
Entah kamu terlalu piawai memberi titik di akhir cerita atau aku yang terlalu awam menebak akhir dari cerita bertema kita?
Tapi sudahlah, toh cerita itu hanya aksara usang yang tak akan dibaca kembali(Ps : Musikalisasi puisinya di Mulmet)
**********
"Ndra, Lo denger gue gak?" Pertanyaan sepupunya -Beni- mematahkan lamunan Andra
"Lo kenapa sih? Dari masuk bandara tadi sampe kita udah di hotel gini Lo banyak diemnya. Habis liat dedemit Lo?" Lanjut Beni kesal melihat kelakuan sepupunya ini, bukan hanya itu. Mulut Beni rasanya sudah pegal berceloteh tapi yang ditemani justru hanya diam kayak patung
"Bacot Lo ah sana, gue lagi pengen sendiri" Beni bukannya tersinggung, dia hanya merasa aneh dengan sepupunya yang mulai berkurang ketampanannya meskipun masih lebih tampan daripada dirinya
"Sejak kapan Lo suka nulis puisi?" Tanyanya saat melihat ternyata sedari tadi Andra bukan sekedar melamun tapi dia menulis semacam puisi
"Sejak Khong Guan menemukan kakeknya, keluar Lo ah" Andra menjawab dengan tidak jelas tentu membuat Beni kesal tapi kepo, sudah lama ia tidak melihat sahabatnya uring-uringan seperti ini karena terakhir kali saat ia mengantarnya bertemu si gadis oktobernya
"Iyeiye gue keluar, aelah alay banget jadi cowok" Dengan kaki yang melangkah keluar, Beni masih saja sempat mengatai sepupunya itu. Bukankah ini tipekal sepupu yang kalau datang rasanya gak mau dibukakan pintu?
Sepeninggalan Beni kini hanya ada Andra yang kembali membaca serentetan tulisan yang bahkan dia sendiripun tak tahu mengapa bisa menjadi sepuitis ini, apa karena tertular olehnya?
Andra POV
Gue bahkan gak tau sejak kapan sepuitis ini tapi sejujurnya ini bukan puisi, ini hanya ungkapan hati gue. Sudah hampir 3 tahun sejak terkahir kali kita ketemu tapi binar hazel di matanya, genggaman tangannya, hangat pelukannya. Gue kangen.
Gue gak tau gimana bisa semua ini terjadi, untuk pertama kalinya gue jatuh sejatuh-jatuhnya dalam cinta bahkan gak tau cara untuk beranjak. Dia dengan senyum cerianya, dia dengan sifat manjanya, dia dengan segala kebandelannya dan semua tentang dia gak pernah hilang dari ingatan gue.
Gue seneng saat tau dia gak terikat pada siapapun lagi, ini gak salah kan? Atau terdengar jahat? Gue cuma berharap tapi gue sama sekali gak bertindak. Gue takut, gue takut saat gue mencoba untuk mendekat tapi justru gak bisa meraih dia atau saat gue berhasil meraih dia justru takdir tak mengizinkannya lagi. Kami ini rumit, sekuat apapun cinta dalam hati kami, sekuat apapun kami pertahankan hubungan kami pada akhirnya kami akan kalah pada takdir karena dari dulu hubungan itu kami yang jalani tapi tak seutuhnya milik kami dan gue benci saat ingat betapa bodohnya gue yang terlalu perasa hingga menyakiti diri kami. Bodohnya gue terlalu mempertahankan ikatan darah yang menyesatkan yang berkahir putusnya ikatan rasa.
Andai waktu bisa diputar kembali, gue cuma pengen perbaiki. Gue cuma mau lebih peduli terhadap kami. Gue, gue cuma mau dia. Andai semua kesalahan itu tak terjadi mungkin kami....
"Andra"
POV OFF
"Andra" Suara pintu yang dibuka bersamaan dengan panggilan seseorang pada Andra membuyarkan lamunannya. Andra berbalik menatap sahabat sekaligus timnya -Dirham- dengan alis terangkat meminta Dirham melanjutkan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go To The Back ✅
Fiksi PenggemarBELUM DIREVISI✨ Aku telah melangkah terlalu jauh dari tempatku berpijak Mengukir banyak kisah tanpa rautmu Menulis banyak sajak tanpa namamu Dari 2190 hari aku mengurai tawa dengan rasa sedih yang kutinggalkan pada sudut hati terdalam. Pada akhirnya...