Part 17

607 77 6
                                    

Kamu tau kenapa aku suka menulis? Karena dengan menulis, aku bisa menemukan kita yang jauh tertimbun dalam kelamnya waktu.

******
Agatha berulang kali menatap buku dengan sampul merah hati di tangannya. Buku yang berjudul  Lorong kenangan dengan namanya sebagai penulis itu membuat Agatha tersenyum. Sekali lagi, yah sekali lagi kenangan abadi dalam aksara. Harusnya mereka yang pernah singgah di hidup Agatha merasa bangga, karena kemanapun mereka, nama dan semua tentangnya akan abadi dalam sajak gadis ini.

Jadi buat kalian yang dicintai oleh orang yang suka menulis, berbanggalah. Kalian adalah orang yang beruntung, akan abadi dalam rentetan aksara.

"Buat kamu."

Andra menatap Agatha yang tadi terdiam menatap ke arah kumpulan puisinya yang telah dibukukan. Kali ini, giliran lelaki itu yang terdiam saat menatap buku yang disodorkan padanya. Cukup terkejut saat tahu jika kali ini, karya gadis itu masih diberikan untuknya.

"Jujur, ada beberapa subjek dalam buku itu. Tapi, aku ingin kamu menjadi orang pertama yang aku kasih."

"Kenapa?"

"Kamu tau alasan aku suka menulis?"

Andra menatap hazel yang selalu berbinar, membuatnya merasa jatuh pada detak yang sama. Menanti kelanjutan dari ucapan gadis itu setelah meraih buku yang tadi disodorkan untuknya.

"Karena dengan menulis, aku bisa menemukan kita yang jauh tertimbun dalam kelamnya waktu," ucap Agatha.

Gadis itu menatap lelaki dengan bola mata hitam legam di hadapannya ini. Berharap apa yang ia rasakan dapat tersampaikan. Sedangkan Andra memilih tersenyum, ia bingung harus bertindak seperti apa.

"Wanginya, kayak kenal."

Agatha mendelik, memukul bahu Andra yang tengah menciumi pembatas buku dengan aroma parfum. Ia berusaha menutupi sikap salah tingkahnya. Sepertinya, lelaki itu selalu suka melihat Agatha tersipu.

"Gemes banget cihhhhh, pengen emut rasanya."

"Ahhh cakit! Andra mah," rengek Agatha. Ia berusaha melepaskan tangan Andra dari pipinya yang menjadi korban rasa gemas lelaki itu.

"Kamu kacal."

"Telus gimana dong?"

"Aku.. aku mau cingkuh aja."

"Cingkuh? Cingkuh ama capa?"

"Ama cidan."

Percakapan yang berakhir gelak tawa seakan membawa mereka ke lorong kenangan. Euforia masa lalu yang entah kenapa semakin bergejolak saat hati masih menuntut rasa yang sama. Kebanyakan orang memang seperti ini, terlanjur nyaman hingga tak sadar bahwa mereka tidak memiliki komitmen apapun.

"Aku pulang yah."

"Makasih udah dianterin ke studio."

Hari ini, setelah 1 minggu tak bertemu lantaran kesibukan masing-masing akhirnya Andra menyempatkan waktu untuk menemani Agatha ke studio youtobe-nya. Sebenarnya bukan menemani karena Andra hanya mengantar lalu pamit untuk pulang.

Go To The Back ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang