Part 20

665 76 19
                                    

Sejujurnya, kamu masih ketidak mungkinan yang ku semogakan.

******
"Jadi, gimana kamu sama Andra?"

Agatha menunduk beberapa detik. Kemudian menatap Richan yang tengah memberinya pertanyaan. Sebenarnya, Ia telah menduga pertanyaan ini akan diajukan padanya ketika memilih menerima tawaran lelaki keturunan Tionghoa itu untuk collab tapi mendengarnya secara langsung, membuat jantungnya tetap saja berdetak cepat.

"Aku sebenarnya masih anggap Andra sahabat yah kak, tapi kalau disangkut pautin terus itu--"

"Gak enak, kan?"

"Iya, tapi sebenarnya aku lebih takut Andra gak nyaman sih. Apalagi dia udah gak aktif sosmed juga setahu aku."

"Sama sih Tha, Kakak aja kalau selalu bahas kalian yah gak enak juga. Tapi netizen tuh sukanya bahas kalian mulu. Jujur aja, kakak tuh udah bosen."

Agatha tersenyum kecut. Kalau boleh jujur, Ia sedikit bingung dengan lelaki yang pernah menjadi tempat curhatnya ini ... dulu. Agatha sebenarnya masih kesal dengan ulahnya yang mengatakan ke semua orang kalau Ia dan Andra berpacaran dulunya. Bagaimanapun, Agatha tak pernah mengakui itu. Dulu, mereka memang tidak pacaran, kan?

"Ya gitu deh kak, kalau bisa sih jangan apa-apa yang aku lakuin di sangkut pautin mulu. Takutnya, Andra gak nyaman."

Setelahnya, pembahasan mereka merambat ke arah karrier dan segala hal yang menyangkut kesibukan masing-masing terutama semenjak pandemik ini.

"Makasih yah Tha, waktunya."

"Sama-sama kak, makasih juga. Bye."

Baik Agatha maupun Richan memilih mengakhiri sesi collab mereka setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih satu jam.

Agatha bernapas lega, setidaknya satu langkah terselesaikan. Setelah ini mungkin dia akan mendapat hujatan para netizen yang selalu merasa paling tahu tentang hidup dan perasaannya, tapi itu tidaklah penting.

"Yang penting saat ini, aku bisa lupa dulu sama Andra. Setidaknya untuk sementara," gumam Agatha.

Mungkin Agatha terlalu tergesa mengambil keputusan ini, tapi dia juga tak ingin terus terlarut pada perasaan yang tak tau arahnya kemana. Jika kemarin Ia berharap lebih pada Andra, maka kali ini Ia hanya ingin berserah pada takdir. Ia lelah dengan sikap Andra yang terkesan mempermainkannya meski perasaan untuk Andra tidak akan bisa padam secepat itu.

"Sejujurnya, kamu masih menjadi ketidak mungkinan yang ku semogakan."

******

Andra menatap langit yang mulai berubah warna memperlihatkan semburat jingga yang nampak indah. Ia menatap dirinya dari pantulan air laut di Pantai Pacitan ini. Di laut sana terlihat seorang pria yang nampak berantakan. Ia tertawa pelan, menertawakan dirinya yang seakan lari dari masalah.

"Lo pengecut, Ndra," gumam Andra.

Melempar kerikil ke arah pantulannya, berusaha membuat bayangan itu berhenti dari sikap tidak tegasnya. Meskipun ia sadar, seharusnya yang dia hukum adalah dirinya bukan sekadar bayangannya.

Sebenarnya sejak membuat Agatha kecewa waktu itu, Andra ingin menjelaskan apa yang dia inginkan. Tapi egonya mengatakan, itu bukanlah waktu yang tepat.

Go To The Back ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang