30. Tirai Masa Lalu

1.5K 182 31
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

***

Terkadang kita tidak tahu yang akan terjadi di masa depan. Kesalahan dari masa lalu bisa menjadi sebab kesalahanpahaman. Lebih baik jujur walau menyakitkan. Daripada bohong yang akhirnya membuat kehancuran.

Skenario Terindah
Rani Septiani & Intan Fatimah

***

( flashback on )

"Hei, masa kamu nolak aku. Aku tuh suka sama kamu." ujar seorang laki-laki yang berseragam putih biru khas anak SMP.

"lah, malah nunduk dia. So jual mahal banget sih." timpal salah satu laki-laki lain.

Perempuan tersebut tetap menunduk dengan gemetar karena takut pada laki-laki, "Kan saya sudah jawab, kita masih kecil. Dan lagi pacaran itu haram. Dan kenapa kalian malah terus ganggu saya."

"Asyifa beneran nolak aku?"

Asyifa mengangguk. Lalu pemuda itu mengulurkan tangannya, "ya sudah jabat tangan dulu. Aku gak papa ditolak kamu. Kita baikan."

Asyifa tidak membalas jabatan tangannya. Ia menangkapkan kedua tangannya di dada dengan wajah tetap menunduk.

"Cih. Kamu nolak aku karena jiji ya?! Karena aku gak sepinter kamu. Sampai jabat tangan aja gak mau."

"Emm ... Bukan gitu. Tapi kita bukan mahram, jadi gak boleh jabat bersentuhan. Kamu baik kok. Maaf ya, kita berteman aja."

Lalu laki-laki itu mengambil penggaris besi dan mengulurkannya, "ya sudah. Maaf udah salah sangka. Kita jabat tangan pakai penggaris aja. Jadi gak bersentuhan kan."

Namun tatkala Asyifa akan memegang penggaris, tangan seorang laki-laki yang berseragam SMA lebih dahulu memegang penggaris tersebut. Karena kaget, teman laki-laki Asyifa yang mengulurkan penggarisnya langsung menarik penggaris dan ujung penggaris besi itu menggores tangan pemuda berseragam SMA itu.

"Astaghfirulloh." ucap pemuda itu setengah meringis sakit.

Setelah itu kedua teman laki-laki Asyifa pamit dan meminta maaf. Sedang Asyifa mematung dengan tetap menundukan pandangannya.

"K-kaka ... Tidak papa?" lirih Asyifa ketika melihat luka goresan di tangan pemuda itu.

"Tidak papa. Hanya tergores. Kamu tidak papa dek? Tadi saya lihat kamu seperti risih."

Asyifa mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Asyifa merogoh sesuatu dari tasnya, ia rupanya mengambil sebuah plester yang biasa ia bawa ke sekolah. Lalu memberikannya pada pemuda tersebut dengan sebisa mingkin agar tak bersentuhan. Rupanya pemuda itu pun sama-sama menjaga agar tak bersentuhan.

"Eh ... Terima kasih." balas pemuda tersebut.

"Sama-sama. Oh iya, nama kakak siapa kalau boleh tahu?"

"Nama saya Zikri."

Setelahnya Afifah pamit dan mengucapkan salam. Meninggalkan Zikri yang masih memperhatikan punggung Asyifa yang mulai menjauh. Dan dari sana Zikri menganggap bahwa Asyifa adalah gadis langka, gadis yang masih menjaga batasan antara laki-laki dan perempuan dan ia kagum terhadap sikapnya tadi. Karena sebelum menolong Asyifa, sebenarnya Zikri mendengar percakapan sejak awal Asyifa menolak pacaran dan tidak bersentuhan dengan yang bukan mahram. Sedang Asyifa pun sama kagumnya, sebab ketika Zikri menolongnya tidak sedikitpun Zikri menatapnya. Hanya ketika ia bertanya lalu segera menundukan pandangannya. Menjaga agar tidak bersentuhan dan dengan berani menolongnya sampai terluka.

Skenario Terindah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang