1_ Ditemukannya Diary Clara

183 22 1
                                    

_@@@_

"Bang!"

"Bang Jay!!"

Terdengar teriakan seorang gadis remaja berparas ayu yang tengah menuruni tangga, sambil memanggil-manggil abangnya yang masih menonton Tv dengan santai diruang keluarga.

"Apa sih, Ay.. Pagi-pagi udah teriak-teriak aja. Abang jadi gak denger tuh tv ngomong apa, kan? Heuh!" Sahut pemuda berparas tampan yang memiliki nama Jaya itu.

Alih-alih balas mendengus seperti abangnya, gadis itu justru tampak nyengir seraya memamerkan deretan giginya yang bersih tak bernoda. "Bang Jay harus ikutan baca ini."

Seketika Jaya semakin kesal saat adiknya tanpa tau sopan santun menyodorkan buku didepan wajahnya, bahkan nyaris nempel. "Issh! Bisa gak sih, biasa aja nunjukkinnya?!"

"Gak bisa lah." Sahut sang adik bernama Aya itu dengan santai, seraya mendudukkan diri disamping abang gantengnya.

Jaya tak peduli apa kata adiknya. Yang jelas sekarang fokusnya tertuju pada buku bersampul biru pemberian sang adik.

Sementara itu, Aya yang sibuk memakan camilan milik Jaya sesekali melirik abangnya. "Hmmh.. Tadi aja marah-marah pas dikasih liat. Eh, sekarang udah diem aja tanpa peduli makanannya abis ditangan aku."

Jaya yang memiliki pendengaran tajam itupun seketika menjawab gumaman Aya. "Abang denger ya, Ay.. kamu ngomong apaan barusan. Pokoknya abang gak mau tau, abis ini kamu ganti tuh camilan lima kali lipat." Sarkasnya.

Dalam hitungan detik, pernyataan Jaya pun sukses membuat Aya melongo dengan mulut penuhnya. Cepat-cepat Ia mengunyah makanan itu dan menelannya.

"Eh, bang Jay gak bisa gitu donk. Kemarin aja siapa coba yang abisin es krim Aya yang ada dikulkas. Padahal itu satu-satunya loh, punya Aya. Tapi bang Jay gak mau ganti." Sungut Ara dengan bibir yang dimanyunkan. Terkesan lucu.

Baru saja Jaya akan menertawakan ekspresi adik kembarnya itu, tapi mendadak dirinya dibuat bingung karena apa yang Ia baca. Jadi ya, mau tidak mau Jaya memasang ekspresi aneh karena hal itu.

Jaya lantas menepuk-nepuk paha sang adik yang berlapis rok selutut tanpa mengalihkan pandangannya. Dan itu sontak membuat Aya terkejut bukan main. Segera Aya mencondongkan wajahnya pada buku dipangkuan abangnya agar bisa tau apa yang membuatnya bersikap begitu.

"Kenapa, bang? Abang ngliat apa yang Aya liat tadi, ya?" Tanya Aya, memastikan.

Jaya menunjuk pada halaman yang tengah Ia baca. "Ini maksud kamu??"

Aya mengangguk cepat menanggapi. "Bang Jay tau maksudnya??"

Jaya menggeleng pelan, sebelum akhirnya terbesit sebuah ide diotaknya. "Ay,, Kenapa kita gak tanya aja ke Mama, soal ini?"

"Oh iya juga ya. Tumben bang Jay pinter."

"Dari lahir juga aku lebih pinter dari kamu kali, Ay."

_@@@_

Clara yang baru kembali dari butik dibuat heran dengan keberadaan kedua anaknya yang duduk manis dikursi teras rumah mereka.

Wanita dengan wajah yang memiliki kemiripan dengan Aya itu lantas menghampiri dan menegur keduanya. "Tumben akur."

Jaya dan Aya segera mencium punggung tangan Mama mereka seraya mengiringi langkah Clara memasuki rumah.

"Ma..." panggil Aya dengan bergelayut manja dilengan Clara.

Sementara Clara membalasnya dengan gumaman lembut khasnya.

Dear BJ "My SADNESS season 2" //Slow Update//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang