40

3.6K 149 0
                                    

Happy reading ❤️❤️❤️

Sudah  dua minggu Rayna belum juga sadar sejak pertama kali dia dibawa di rumah sakit , gadis itu masih berbaring lemah dan  betah dengan tidurnya yang panjang.  Selama itu juga Revan tidak ada kabar sama sekali, entah kemana dia pergi. Terakhir kali dia mengunjungi Rayna di rumah sakit saat mengantarnya, kemudian dia belum juga kembali hingga sekarang . Walau begitu Rayna tetap tidak sendirian di sini , masih ada Chacha dan Ken yang selalu mengunjunginya setiap pulang sekolah teman-teman Revan kadang juga mengunjunginya walaupun tidak lama tapi selalu mereka sempatkan .

Beberapa kali Chacha bertanya kepada sahabatnya Revan tentang revan yang tiba-tiba menghilang begitu saja bahkan dia sering cabut dari sekolah , namun jawabannya tetap sama dan selalu sama , mereka semua tidak tahu dimana Revan pergi dan kemana, Padahal jelas-jelas pacarnya saat ini sedang tidak berdaya sendirian di rumah sakit tapi disaat seperti ini Revan malah pergi begitu saja meninggalkan Rayna.

Dibanding melihat kedatangan Revan , Chacha malah sering melihat kedatangan Gibran , yah pria itu selalu datang bersama Tania dan rutin untuk menjenguk Rayna di rumah sakit dan menjaganya . Sepertinya dia kasihan kepada Rayna bagaimanapun juga kan dia sudah menganggap Rayna sebagai adiknya sendiri.

Sampai saat ini papa Rayna juga belum sempat menengok keadaan putrinya itu , sepertinya dia masih sibuk dengan pekerjaan yang tiada henti-hentinya. Sementara mama Rayna dia kadang cuma sesekali menjenguk putrinya itu dan membiarkan putrinya sendirian di rumah sakit, yang jelas hanya Gibran dan Tania juga ChaCha saja yang selalu rutin dan menjaga Rayna setiap hari.

Selang infus yang berada di tangan Rayna serta alat-alat rumah sakit lain yang berada di tubuh Rayna membuat Chacha menatap Rayna dengan kasihan " Ray kapan sih Lo sadar ? Gue udah kangen sama Lo yang bawel tau nggak ?? nilai gue juga pada ancur gara-gara Lo nggak masuk " ChaCha masih melihat sahabatnya dengan tatapan yang lesu.  Walaupun wajahnya terlihat sangat pucat tapi itu tidak mengurangi kecantikan Rayna sedikitpun , gadis itu tetap terlihat cantik seperti biasanya.

Perlahan-lahan kenop pintu dibuka menampilkan seorang laki-laki dengan kemeja yang sedikit berantakan "Lo pulang gih udah malem, Ken udah nunggu di depan noh " ujar Gibran .

Chacha beranjak dari duduknya dan berdiri " bang gue titip Rayna ya " Rayna menoleh sekali lagi ke arah Rayna yang masih tidur dengan nyenyak. "Pasti , tenang aja gue bakal jagain Rayna kok"

Chacha kemudian keluar dari ruangan Rayna dan meninggalkan tempat serba putih itu. Kini gantian Gibran duduk di samping Rayna " Ray Lo nggak bosen makan air mulu ?" Gibran sedikit melirik infus di tangan Rayna.

"Tuh infus udah ganti berapa kali coba ? Muka Lo juga jelek pake perban udah kaya mumi " Gibran berkata ngasal " Lo udah nggak mau gue beliin ice cream kaya dulu ? Kalo nggak yaudah deh aman uang gue " dia terus mengoceh sendiri seakan gadis yang disampingnya bisa diajak biacara .

" Gib kamu udah lama ?" Tania masuk dan menghampiri Gibran yang tengah duduk  Menghadap ke arah rayna gadis itu menepuk bahu Gibran dengan tangan kanannya sedangkan tangan yang satunya lagi membawa sekantung plastik nasi bungkus.

" Iya tadi kebetulan tugas aku udah beres semua jadi bisa pulang cepet." jawab Gibran .

Tania kemudian memberinya sebungkus makanan yang baru saja dia beli " nih laperkan ? "

Bola mata Gibran melirik ke arah sebungkus nasi yang Tania bawakan " kamu tau aja hehehe" cengir nya.

"Kamu dari dulu nggak berubah gib " lirih Tania .

"Hah ?" 

"E e enggak kok , yaudah gih makan  mupung masih anget "

"Siap Bu boss "

Rayna Anastasya [ Sedang Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang