Dua

354 93 64
                                    

Sesampainya di kelas, ternyata sudah ada beberapa  siswa yang datang, mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang saling kenalan, ada yang sibuk selfie buat update story, ada juga yang sedang ribut masalah tempat duduk.

Melihat semua bangku yang hampir penuh, apalagi barisan paling depan yang tersisa hanya bangku di bagian pojok depan meja guru, dan tempat itu menjadi sasaran Rameyla. Sedangkan Riri, gadis itu langsung menuju meja paling belakang.

"Mey, mau sebangku sama gue gak?" Riri menepuk-nepuk kursi disampingnya.

"Aku pengennya depan sana, ayok kesana aja!"

"Gak ah, yang ada gue jadi patung tiap hari kalo di depan meja guru."

"Yaudah gue sendiri aja" Rameyla meninggalkan Riri yang mulai mengatur posisi tidurnya.

Semakin siang bangku kelas semakin penuh, tapi tetap saja bangku samping Rameyla masih kosong. Semenakutkan itu duduk di depan meja guru?

Bel masuk jam pertama berbunyi, bertepatan dengan itu akhirnya ada seorang gadis yang mau duduk dengan Rameyla.

"Hai, boleh duduk disini gak?" Sapa ia yang baru saja masuk.

"Boleh, boleh" Rameyla mempersilahkan dan memberikan senyuman manisnya.

"Oh ya nama lo siapa?" Gadis itu mengulurkan tangannya. Kulitnya bersih, dan ia memakai gelang hitam berliontin setengah hati.

"Rameyla Putri Ardila, panggil aja Mey. Nama lo?" Menjabat tangannya.

"Gue Clara Khanza, panggil aja Ara."

Mereka pun saling mengobrol ketertarikan masing-masing sambil menunggu guru datang. 3 Hari yang lalu mereka semua telah melakukan kegiatan MOS, tetapi kelasnya diacak, dan Hari ini hari pertama pembelajaran dimulai. Sehingga ada beberapa anak yang sudah dekat ada juga yang belum. Tidak lama kemudian seorang guru pun  datang.

"Selamat pagi anak-anak." Sapa Bapak guru dengan semangat dan lembut.

"Perkenalkan saya Bapak Teguh Purnomo. Panggil saja Bapak Teguh, saya di sini sebagai wali kelas sepuluh-IPA-dua yang akan mengawasi perkembangan kalian selama kelas sepuluh." Tutur beliau, beliau sangat lembut pembawaannya, rambutnya juga sudah beruban.

"Selain menjadi wali kelas kalian, bapak juga menjadi guru matematika di kelas kalian. Jadi kalian kalau bisa harus lebih unggul dari kelas yang lain, bukan berarti jika bapak wali kelas kalian, kalian malah malas-malasan sama pelajaran matematika ya. Matematika itu menyenangkan, betul kan?"

"Betul- Tidak!" Jawab satu kelas tidak kompak.

Tok tok tok...

Seisi kelas langsung tertuju melihat ke arah pintu kelas.

"Permisi Pak" Di ambang pintu nampak ada cowok berpenampilan kacau, rambut acak-acakan seperti tidak pernah disisir, baju dikeluarkan, bahkan menggunakan sepatu warna merah yang sangat mencolok mata. Bisa gigolongkan makhluk hidup ini satu spesies dengan Riri.

"Kenapa baru datang?" Tanya bapak teguh lembut.

"Begini pak, saya itu sudah datang dari tadi pagi, tapi ternyata saya salah masuk kelas, saya tadi masuknya di IPS-tiga dan waktu di absen sama gurunya ternyata gak ada nama saya pak, gurunya bilang saya salah masuk kelas, kemudian saya tanya ke pak bon beliau gak tahu, saya mau tanya ke kepala sekolah beliau belum datang, akhirnya saya ke ruang TU dan katanya saya masuk di Kelas ini, barulah saya kesini. Begitu ceritanya pak" Cowok itu meringis sambil menggaruk-garuk lehernya.

"Serius kamu anak IPA?" Tanya Bapak Teguh, dan sekelas pun saling berbisik-bisik, entah apa yang mereka bicarakan.

Kalau Rameyla sih enggak ragu, orang Riri yang modelnya 11 12  pun juga satu kelas dengannya.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang