Sembilan

179 59 10
                                    

Hari Jum'at kemarin Rameyla, Clara, dan Atuna yang notabenenya sebagai anak ambisius di kelasnya, mengikuti pendaftaran OSIS. Organisasi yang Rameyla tunggu dari kemarin-kemarin akhirnya membuka pendaftaran, tanpa pikir panjang mereka langsung mendaftar.  Hari ini hari sabtu, dan  hari ini akan dilakukan tes interview, karena kemarin sudah dilakukan tes tertulis jadi sudah berkurang jumlah pesaingnya, namun persaingan kali ini lebih ketat.

Sepulang sekolah para calon anggota OSIS diminta untuk berkumpul di Aula karena ada beberapa pemberitahuan teknis interviewnya nanti.

Kini Rameyla, Clara dan Atuna sedang duduk bersama di barisan nomer dua dari depan. Mereka sangat deg-degan, karena rumornya kakak OSIS semuanya galak. Duh makin tegang nih.

Di dalam aula banyak siswa-siswi yang belum saling kenal, mungkin hanya sebagian.

"Eh- bukannya itu Arifin ya?" Clara menunjuk seseorang yang duduk di pojok paling depan.
Rameyla dan Atuna langsung mengedarkan pandangannya, dan benar objek yang di tunjuk Clara adalah Arifin.

"Iya, Arifin Ipin" Jawab Atuna.

"Serius tuh?" Raut wajah Clara sedikit ragu dan tidak yakin.

"Jangan salah ra meskipun dia satu geng dengan si Alan dan Avip dia itu yang paling bijak dan gak gila. Nih setiap harinya dia itu selalu memberi tausiyah kepada Alan dan Avip"

"Gak kayak si Alan tuh kelakuan setiap harinya yang buat gue harus ngelus dada terus" lanjut Rameyla yang masih dongkol karena setiap harinya ia dijahilinya, dan Rameyla selalu kalah.

"Serius?" Clara makin ga yakin.

"Is dibilangin, dia itu anaknya Pak Ustadz, ibuknya juga guru. Salah pergaulan aja dia itu" Tutur Rameyla.

"Kok lo tahu banget mey?" Clara menautkan alisnya.

"Ssstt diem" Atuna menjawil kedua temannya supaya memberhentikan obrolannya.

Ya Rameyla tahu karena Alan sering bercerita dengannya, dan anehnya orang yang di gibahin itu teman-temannya sendiri. Teman nongkrongnya juga kadang di gibah. 

Belum sempat Rameyla menjelaskan para kakak OSIS sudah pada datang dan membawa beberapa kertas formulir kemarin. 

Tatapan mereka sangat bengis membuat jantung anak-anak kelas sepuluh berdegup terus-menerus. Apalagi ditambah udara sore ini yang rasanya malah semakin panas.

"Selamat sore adik-adik" Sapa ketua OSIS angkatan lalu. Di lihat dari name tagnya namanya Satria E.G

"Sore kak" Peserta menjawab dengan kompak, dan semangat. Meskipun jantungnya berdegup tidak karuan.

"Jadi nanti adik-adik untuk interviewnya bergilir ya, satu persatu masuknya. Nanti Kak Hana akan memanggil nama kalian, setelah dipanggil kalian boleh masuk dan melakukan interview, jadi sekarang adik-adik keluar, bisa di mengerti ya"

"Bisa kak" Jawab kami serempak dan mulai meninggalkan aula.

***

Setelah beberapa peserta di interview, kini Rameyla mendapatkan giliran terakhir, dan sekarang dia sedang di Aula yang gelap dan dikelilingi para kakak-kakak OSIS yang berwajah sangar. Bukan keberuntungan Rameyla hari ini, karena dia mendapat urutan terakhir dan Clara tadi sempat memberitahu kalau yang terakhir biasanya akan dimarahi habis-habisan. Hal itu sempat membuat Rameyla ingin pulang saja, tapi dia mengurungkannya. Rameyla bersikeras agar lolos.

Rameyla sudah menyiapkan hatinya jika nanti akan mendapat bentakan dari seniornya, semangatnya berkobar dan membara.

Baru ingin mengucapkan salam kepada Kakak-kakak OSIS, Rameyla langsung mendapatkan bentakan. Tapi suara yang didengar tidak asing oleh telinga Rameyla.

"MAU NGAPAIN KAMU DI SINI!"

Oke ini baru permulaan mey, tenang.
Ketika Rameyla merasa tidak asing dengan suaranya, yang tadinya dia hanya menundukkan kepalanya akhirnya dia memberanikan diri untuk melirik seseorang yang membentaknya dengan nada yang tinggi.

Rameyla membulatkan matanya. Alan.

BRAAKKK.

Alan menggebrakkan meja dan membuat Rameyla sedikit terpelonjat.

Apaan ini? Dia ngapain disini? Rameyla bingung sendiri, mengapa ada Alan diantara kakak-kakak OSIS yang lain.

"PUNYA MULUT GAK!" Alan makin meninggikan nadanya.

"PUNYA MULUT BUAT NGOMONG JANGAN DIEM AJA!"

"KATANYA MAU IKUT OSIS, BARU DITANYA GITU AJA GAK BISA JAWAB!"

"BISU KAYAKNYA KAK" Kakak OSIS yang lain ikut mengompori. Suasana semakin panas.

"KENAPA KAMU MAU IKUT OSIS?" Tanya anggota OSIS yang lain.

"MAU TENAR KAK!" Alan yang menjawab.

"M-mau cari pengalaman kak." Rameyla asal jawab karena saking takutnya dari tadi dibentak-bentak, padahal tadi dia sudah menyiapkan hatinya, yang tadinya membara semangatnya kini hatinya menciut.

Semua anak OSIS menertawakan jawaban Rameyla, dan yang paling keras ketawanya Alan. Rameyla dari tadi masih bertanya-tanya kenapa cowok itu bisa ada diantara senior-seniornya.

"Klasik"

"Haha, cari pengalaman? Kalau cari pengalaman di luar sono noh banyak gak usah di sini."

"Awas aja lo lan!" Batin Rameyla.

"Sudah-sudah. Sekarang perkenalkan diri kamu terus kenapa kami harus memilih kamu untuk menjadi anggota OSIS." Kak Satria ketua OSIS mencoba mengembalikan kondisi agar kondusif lagi.

Akhirnya semua diam dan Rameyla pun memperkenalkan dirinya.

"Baik kak, nama saya Rameyla Putri Ardila saya alumni SMP Internasional 76, bakat saya menyanyi, dan saya orangnya sangat rajin, amanah dan sangat senang mencoba hal baru. saya ingin ikut OSIS karena saya ingin mendapat pengalaman bukan untuk tenar, karena OSIS bukan yang membuat seseorang menjadi terkenal di sekolahan ini tapi kepibadinya, ikut OSIS juga bukan tempat untuk menjadi sok penguasa apalagi untuk menjadi sok hebat dan membentak-bentak" Rameyla menekan kan kata-kata terakhirnya.

Jawaban Rameyla sedikit membuat tercengan beberapa anak, ya meskipun ucapan itu diutarakan kesemua orang yang ada di dalam tapi mengapa Alan merasa jika Rameyla seperti menyiratkan perkataan itu kepadanya.

"Okay Rameyla cukup perkenalannya, karena kamu yang terakhir coba kamu tunjukkan bakat nyanyi kamu!" Perintah Satria.

Rameyla sedikit malu-malu padahal aslinya dia tidak jago, hanya asal saja.
Sangat malu  kalau nanti terdengar fals.

Akhirnya Rameyla tetap bernyanyi dan gadis itu menyanyikan lagu Justin Bieber- love yourself.

Mereka mendengarkan dengan antusias, tapi tidak dengan cowok bernama Alan. Tiba-tiba Alan mengacaukan suara merdu Rameyla, dia memotong dan berucap, "Buwuwng apa tuh." Sontak orang yang ada di dalam merasa terganggu karena sedang asyik mendengarkan suara Rameyla.

"Alan!" Satria menyikut perut Alan.

"Okay Rameyla terimakasih atas waktunya, sekarang kamu boleh keluar." Karena sudah sore Satria langsung mempercepatnya saja.

"Baik kak, permisi" Tanpa basa-basi Rameyla langsung keluar dari ruangan yang mengerikan itu.

"Lihat aja lan pembalasan gue!" Rameyla pulang sendirian dan di sepanjang jalan ia terus mendumel. 

Segitu dulu ya...
Kira-kira Rameyla mau kasih pembalasan apa ya?
Sebenarnya Alan suka gak sih sama Rameyla?
Emmm penasaran, tunggu bab selanjutnya ya.

Arigatou yang sudah setia baca, vote, dan komen terus. Luv😚😚

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang