Empat

264 80 22
                                    

Sepulang sekolah setelah mengantar Riri, Rameyla langsung pulang kerumah untuk istirahat. Rumah tipe 60 ini terlihat sepi, hanya ada Rameyla seorang diri di rumah, dan sekarang gadis itu bosan di rumah.

Sore ini ia berniat untuk pergi ke toko buku, karena jadwal sudah dibagikan jadi dia sudah tahu buku apa yang diperlukan. Jarak toko buku dengan rumah Rameyla tidak terlalu jauh, jadi dia memutuskan untuk menaik sepeda saja. Sesampainya di toko buku Rameyla langsung menuju rak-rak buku kelas sepuluh. Diciumnya aroma buku barunya dalam-dalam.

Selain membeli buku rumus-rumus, dia juga membeli bebrapa novel bacaan untuk menemaninya di rumah. Rameyla sering membaca bukunya di emperan rumahnya setiap sore, ya sambil ngeteh atau ngopi. Ups, anak indie mana suaranya.

Matahari sayup-sayup mulai menenggelamkan awaknya. Rameyla bergegas menuju ke parkiran untuk mengambil sepedanya, dia harus segera pulang karena jika sudah maghrib jalanan akan terasa menakutkan apalagi tepat di depan rumahnya.

Namun saat di parkiran dia terlihat shock, matanya hingga membuka lebar. Apa yang terjadi?

Ban sepeda belakangnya menghilang.
"Ini gimana ceritanya ya Tuhan?" Rameyla celingukan melihat sekeliling, tapi tidak ada satupun orang di sana. Dia mendekati sepedanya, dan menemukan sepucuk surat di keranjangnya bertuliskan,

HIDUP LO GAK AKAN TENANG

"Apaan sih gak jelas banget" Gadis itu memaki kesal sendirian. 

Seketika Rameyla melihat dibawah surat itu terdapat tulisan berinisial A. Ia pun meremas kertas tersebut dan memasukkan asal ke dalam tasnya asal. Lalu ia memutuskan keluar dari parkiran dan mencari taxi.

Di luar langit sudah mulai gelap, adzan Maghrib pun sudah berkumandang, Rameyla takut dengan kegelapan, makannya ia buru-buru pulang dan meninggalkan sepeda yang bannya menghilang entah kemana.

Sesampainya di rumah Rameyla buru-buru sholat, dia harus banyak-banyak berdoa agar di lindungi Allah dari syaiton yang terkutuk.

" A? Siapa? Alan? Hah Alan?" Rameyla menebak-nebak siapa yang menerornya, yang dipikirkannya terbesit hanya nama Alan yang muncul di otaknya. 

"Apa iya gara-gara gue injek kakinya, terus dia neror gue? Gak dong, gak mungkin. Oh apa jangan-jangan dia beneran iri sama gue karena gue pinter." Rameyla berjalan mondar mandir sambil menerka-nerka siapa pelakunya.

"Kalau emang bener Alan sialan yang ngelakuin, awas aja lo" Gadis itu mengepalkan tangannya. Hingga larut malam pun Rameyla masih menerka-nerka apa benar Alan yang tega mencopot ban sepedanya.

***

"Aaaaa..." Baru saja rasanya Rameyla memejamkan mata, kini dia terbangun karena mimpi buruk.

"Astaghfirullah, bisa-bisanya gue mimpiin Alan sialan. Sumpah ini mimpi buruk!" Rameyla melirik ruangan sekitarnya yang ternyata sudah diterangi oleh matahari dari jendela kamarnya. Saat menyapu pandangannya, tiba-tiba matanya membelalak ketika melihat jam dindingnya sudah menunjukkakn pukul 6.30.

"MAMPUS!"

Mamanya sudah pergi ke kantor dari tadi pagi, dan kini Rameyla keteteran karena bangun kesiangan. Bagi Rameyla ini bukan kebiasaannya, aneh saja jika habit yang sudah ditanamkan dari kecil untuk selalu bangun pagi,tiba-tiba berubah hanya karena mimpi buruknya.

Ini pasti gara-gara Rameyla begadang untuk menerka-nerka siapa pelaku teror itu.

Rameyla langsung mengegas motornya, dan dia pun masih menyempatkan menghampiri rumah Riri yang harus masuk gang-gang kecil. Sialnya Riri malah sudah berangkat terlebih dahulu, dan dia tidak memberi kabar ke Rameyla. Oh bukan Riri tak mengabari Rameyla, dia saja yang belum mengecek ponselnya.

Tanpa pikir panjang Rameyla terus mengegas dengan kecepatan ekstra sambil ngedumel di sepanjang jalan. Dengan lincahnya Rameyla menyalip pengendara-pengendara lain. Namun semuanya tidak semulus pembalap rossi.

"Ehh-kenapa nih kok goyang-goyang, ini kenapa motornya gak nyaman banget si?" Rameyla kemudian menepi untuk mengechek motornya.

"Ya Allah Ya Robbi, kesialan apa lagi ini?" Ban motor kesayangan Rameyla kini kempes, malang sekali padahal baru setengah perjalanan. Ia menendang berulangkali ban tidak bersalah itu. Ada masalah apasih Ramela dengan BAN. Kemarin ban sepeda sekarang ban motor besok ban apalagi?

Dengan terpaksa Rameyla harus menuntun dan mencari bengkel terdekat.

Di belakang Rameyla ada cowok berhodie hitam menlakson terus-terusan. Kuping Rameyla makin panas, panasnya sampai menyalur ke ubun-ubun sampai menguap mengeluarkan asap jika bisa terlihat.

"WOI! Cepetan!" cowok itu kini meneriakinya.

Rameyla menengok kebelakang dengan tatapan mengerikan dan mengacungkan jari tengahnya, helm cowok itu tertutup rapat sehingga membuat Rameyla tidak tahu siapa cowok itu, lalu dia melanjutkan menuntun motornya.

Cowok itu kini malah membarengi Rameyla dan kaca helm itu sudah dibuka. Mata Rameyla terbuka lebar stelah mengetahui bahwa cowok itulah yang dari kemarin membawanya sial.

"Bwahahaha.. TEROS DORONG TEROS!"
Teriak Alan dibarengi dengan suara knalpot yang digeber-geberkan. Berisik.

"ALAAAAAAAN!" Rameyla menghentakkan kakinya karena sangat kesal, hari ini sepertinya kesialannya. Rameyla merasa kesal.

"Gak ada otak lo ya!" Teriak Rameyla sekenceng-kencengnya, meskipun kesal gadis itu masih terus menuntun motornya dengan sekuat tenaga. 

Ketika Alan sudah sampai di sekolahan, Alan memberhentikan motornya di depan gerbang sekolah. Sepertinya dia menunggu seseorang karena sengaja tidak langsung masuk ke dalam.

"Hei kamu, ngapain di situ. Mau bapak tutup ini" Teriak Pak Satpam yang bertugas menjaga gerbang.

"Bentar pak, bentar lagi" Alan bolak-balik menengok kebelakang.

Kurang lebih jarak 3 meter, orang yang ditunggu Alan pun akhirnya menampakkan hidung batangnya.

Alan bergegas masuk ke dalam sekolahan.
"Silahkan pak ditutup gerbangnya" Alan malah cengar-cengir, tampangnya licik.

"Kamu! Kamu yang ada di gerbang sini!" Panggil Pak Indra dari kejauhan.

Pak Indra selaku anggota BP, setiap harinya melakukan patroli kedisiplinan. Alan bodoh, niatnya ingin membuat Rameyla tidak bisa masuk kelas malah dirinya kini dihukum Pak Indra.

Senjata makan tuan.



Segitu dulu ya...
RAMEYLA
Ramein Kuy!
Hari ini aku update dua bab loh,
Makasih buat yang udah baca😍😍
Oh ya menurut kalian siapa ya yang meneror Rameyla?

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang