Lima

230 73 37
                                    

Di perempatan arah menuju sekolahan, akhirnya Rameyla menemukan bengkel tambal ban yang sudah buka.

"Mas mau tambal ban, kayaknya ini yang belakang yang bocor." Rameyla menunjukkan ban motornya sudah kempes.

"Ditinggal saja neng, soalnya ini lama.  Nanti keburu ditutup gerbangnya, diambil pas pulang sekolah saja. Tenang saja aman kok" Tutur mas-mas yang sepertinya karyawannya.

Rameyla melirik jamnya, dan benar gerbang akan ditutup lima menit lagi.

"Yaudah mas, minta tolong ya sama titip motornya ya."

"Nomer HP nya?" 

Rameyla mengernyitkan dahinya "Mas mau modus, saya cuma minta tolong tambalin ban loh" 

"Bukan mbak, buat nanti hubungin kalau sudah jadi. Emang disini kalau nitipin motor harus kasih nomer Hp, gitu mbak"

Gadis itu salah tingkah, rasanya malu banget "Oh, 08967xxxxxxx"

"Udah saya misscall mbak,"

Tidak lama ponsel Rameyla berbunyi dengan nada dering suara katak, ia pun segera mematikannya "I-Iya udah, makasih mas" 

"Satu lagi mbak" 

Rameyla yang hendak berlari karena malu kini harus balik lagi "Apalagi?"

"Jangan terlalu GR, nanti dapet pacarnya susah" Tutur mas bengkel dengan polos seperti tidak ada beban.

"Udah? Saya keburu telat ini mas" Kali ini Rameyla benar-benar lari tidak menunggu jawaban dari Mas bengkel itu dulu.

Rameyla memutuskan untuk lari menuju sekolahnya, untung saja jarak bengkel dan sekolahannya lumayan dekat. Jalanan sudah sepi, tidak ada yang menebengi Rameyla. Gadis itu mempercepat larinya, rambutnya yang dikuncir ikut berlarian ke kanan dan ke kiri, napasnya mulai tersengal-sengal, kacamatanya mulai berembun karena keringatnya.

Sesampainya di sekolahan, benar saja gerbang sudah ditutup.

"Yah kan, udah di tutup. Gara-gara mas bengkel rese nih" Rameyla mengatur napasnya sambil mengelap keringatnya.

"Pak Satpam bukain dong pak!" Teriaknya dari luar sambil menggoyang-goyangkan pagar besi yang tidak bergeser sedikit pun.

Sudah hampir ke-sepuluh kalinya Rameyla merengek kepada Pak satpam. Rasanya Rameyla hampir menyerah, tapi dia tidak putus asa pokoknya ia harus masuk, dia gak boleh Alfa satu hari saja.

Gadis itu akhirnya mendapatkan ide, dia melirik name tag pak satpam. Pak Ponidi. Nama satpam itu Ponidi.

Rameyla menyebutkan nama satpam itu sekenceng-kencengnya, bahkan Rameyla pun membutkan puisi.

"PAK PONIDI!"

" JASAMU AKAN TERKENANG! JIKA MEMBUKAKAN GERBANG UNTUK ADINDA!"

Pak Ponidi pun berusaha menutup mulut Rameyla, dia was-was jika kepala sekolah keluar.

"OH PAK PONIDI!" 

"KUMIS LEBAT MU MENGHIASI SENYUM MANIS MU!"

"MAT-" 

Mendengar keributan yang disebabkanRameyla, Pak Indra yang sedang mengurusi anak-anak nakal pun kini turun tangan.

"KAMU!"

"Pak Pon, bukakan gerbangnya, dan kamu sini!"

"Baik Pak" Pak Ponidi akhirnya membukakan gerbang atas perintah Pak Indra.

"Terimakasih Pak Pon." Rameyla sempat memberikan senyuman manisnya meskipun kini tambah deg-degan karena ternyata ia harus berhadapan dengan guru BP.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang