"PAPA! Roti Lea !" Sungut Gadis berambut pirang. Ia berada di tangga urutan ke 5 dari bawah. Sambil membawa tas selempangnya, ia berjalan terburu-buru.
Happ! Tangkapnya, saat Roti selay rasa durian sedikit campuran madu itu akan masuk mulut seorang bapak berdasi .
"Le! Kan kamu bisa bikin lagi, itu juga tinggal 1 suapan doang, " kesalnya pada anak di depannya.
"Kan lolti Le, ya teserah Le ong, " jawabnya tidak jelas, dengan mulut yang penuh dengan roti. Satu suapan roti untuk Papanya sama dengan 2 suapan untuk lea, itu sebabnya mulut Lea sekarang tersumpal sepenuhnya oleh roti.
"Liaaa! Hayokkk! Cepetan kamu kan anak baru, masak mau telat, "teriak Lea di samping ayahnya. Membuat sang Ayah, menatap tajam anaknya, lalu menyentil telinga anaknya itu.
Occh! Kaget lea, "hehe pisss " ucapnya mengangkat tangan lalu menunjukkan huruf V.
"Iya iya, ini Aku juga udah siap kok Le ," ucap gadis berjilbab itu turun dari tangga bersama mamanya.
"Mama tumben sih gak teriak kayak biasanya, sok-sok-an di paranin lagi, biasanya juga langsung tancap gas ( teriak) " ucap Lea sambil memakai sepatunya.
Mamanya menatap tajam Lea, lalu membuka mulut, tapi di tutup kembali. Lia melihat mamanya aneh hari ini, tak satu katapun terucap dari mulutnya.
Sedangkan lea mengangkat sebelah alisnya heran, lalu menatap Ayahnya yang sedang menahan tawa. Sontak membuat ketiga wanita itu heran. Kecuali mamanya, ia menatap suaminya itu dengan tatapan jengah.
"papa sama mama kenapa? " tanya Lia dengan muka heran.
Mamanya tidak menjawab, melainkan mengusap lembut kepala Lia yang tertutup oleh jilbabnya.
"Wahahahahah, kasian tu mama kamu, udah di bilangin jangan banyak-banyak ngomel sambil makan ikan, kualat kan itu. "
"Memangnya Mama ngomel kenapa, Yah? " Lea.
"Itu, cuma gara-gara jemuran gak di angkatin. Ngomelnya sampe subuh. Masa kalian gak denger sih? Terus pas makan ikan durinya nyangkut. Hahaha, "
"Emm, Lia denger kok, cuma pura-pura gak denger," ucapnya dengan wajah yang polos.
Hahhahhaah, kini Ayah dan anak itu tertawa, menertawai Lia yang tidak tau kondisi, dan lihatlah! mamanya seolah mengeluarkan asap dari hidung mancungnya.
"Sudah-sudah, Lea, Lia. Ayuk brangkat. Lia bawa bekel yang sudah di siapin aja ya? Atau mau beli di kantin sekolah? " tanya Ayah lembut.
"Emm, bekel aja deh, Yah. "
"Oke! Le bawain! " perintahnya pada Lea sambil menyodorkan kotak biru . Sedangkan Lea memutar malas matanya. Namun tetap memasukkan kedalam tas selempangnya yang terlihat tak berisi.
"Makasih kakak," ucap lia, lalu menggandengan tangan Lea. Sedangkan Lea merasa risih tangannya di pegang, dengan halus ia melepaskan genggamannya.
Bukannya ia tidak suka adiknya, namun kepribadian mereka berdua sangatlah berbeda. Lea dengan gaya tomboynya, dan lia dengan segala keminiman.
Lia menatap kakaknya yang sudah masuk kedalan kendaraan beroda 4 itu. Ia tidak sedih, hanya sedikit kecewa, kakaknya memanglah dekat dengannya namun terlalu jauh untuk di namakan saudara,itu menurutnya. Akan tetapi ia memahami itu, dan tidak memasukkan ke hati terlalu dalam.
Seperti biasa, Lia di depan samping pengemudi. Dan Lea di belakang, tentunya untuk melanjutkan tidurnya. Kalau saja ketahuan mamanya mungkin sudah di ceramahi pagi siang malam. Akan tetapi dari ayah bahkan Lia sendiri malas untuk mendengar ocehan mamanya, untuk itu, mereka seakan mengerti dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
FanfictionKami kembar, dua manusia yang terlahir dari rahim yang sama. Dengan sifat yang berbeda. Kata Ayah, dulu mama ngidam mandi dengan kecebong. Ya, mungkin saja itu alasan kenapa kami memiliki sifat yang aneh. (Nikmati Hidup Kalian tanpa beban . Kep...