TWIN'S. chapter 6

12 3 0
                                    

Usai mengerjakan ibadahnya, Lia merogoh kantung bajunya, untuk mengambil hp, ia melihat jam yang ada di sana, sebenarnya Lia masih ada di dalam masjid, ia melihat jam besar yang menggantung di sana, meskipun begitu, Lia tidaklah paham tentang jam besar itu. Ia tidak mengerti menit keberapa ia hanya tau tentang jarum pendek yang mengarah ke angka tengah-tengah 12 dan 1.

12:30
Angka yang tercantum pada hp Lia, terlihat Lia menghembuskan nafas besar.

Karena hari sudah siang dan cuacanya sangat tidak mendukung, alias terlalu panas, Lia membuka satu aplikasi untuk mengirim pesan.

"Yahhh! Abis kuotanya, " guman Lia pada diri sendiri.

Dengan terpaksa Lia harus berjalan mencari konter penjual kuota.

Sekitar satu meter Ia berjalan, akhirnya ia menemukan konter yang buka.

"Mbak, masuk boleh?" Lia.

"Masuk kemana, Neng?"

"Ngadem mbak, boleh kan saya ikut kipasnya, hehe,"

"Haha, boleh kok, Neng,sini masuk."

"Mau beli kuota, Mbak. "

"Yang berapa, Neng?"

"Yang ini," tunjuk Lia pada salah satu voucher yang tepat pada kartunya.

"Jadi Rp 50.000, Neng," Lia menyerahkan satu lembaran yang pas kepada mbak.

"Ini, Neng minum dulu, emang cuacanya lagi panas banget," ucap mbak-mbak konter yang menawarkan minum, "Ini saya juga baru bikin banyak," lanjutnya.

"Hehe, iya mbak, makasih , saya langsung pulang aja mbak."

"Oh, iya Neng, hati hati."

"Tapi saya pesan ojek online dulu ya."

"Hahaha, ya terserang Enengnya lah, kenapa tanya saya."

"Iya, ya." Lia menggaruk kepalanya sambil nyengir.

"Kok, di cancel mulu ya Mbak?" tanya Lia pada mbak konter.

Sudah ke 7 kalinya ia di batalkan dari sana oleh ojek onlinenya.

"Mungkin lagi males, Neng, soalnya panas banget ini."

"Hemm... "

"Kalo ojek biasa disana ada pangkalan Ojek, Neng."

"Jauh nggak, Mbak?"

"Nggak juga sih, deket masjid yang di sana, nanti neng nengok kearah kirinya jalan aja, pasti tau kok,"

"Yah, balik lagi," dengus Lia.

"Yaudah, makasih ya mbak."

"Iya, Neng."

Lia pun berjalan kembali kearah masjid. Udah cuacanya sangat panas, debu bertebaran dimana-mana. Lebih mengesalkan lagi, panas-panas begini, ada bapak-bapak nyiram jalanan, niatnya sih emang baik nyiram jalanan biar adem, tapi airnya pake air got, baunya kemana-mana gitu loohhh! .

Sedikit berlari Lia agar dengan cepat bisa melewati jalan itu. Sesampainya di tempat pangkalan ojek, hanya ada satu bapak-bapak disana. Ia sudah celingukan tapi memang hanya ada satu disana.

"Bapak?" panggil Lia.

"Iya, Neng?"

"Bapak ngojek kan? Tanyanya.

"Iya, Neng. Neng mau kemana?"

"Mau pulang, Bapak. Ini alamatnya,"

"Ayo, Neng naik, ini helmnya." Beri bapak-bapak kepada Lia.

Lia pun memasang helm yang di berikan oleh sang bapak bapak ojek. Baru selesai ia memasang helm, motor di depannya sudah tidak ada,

"Eh! Kemana bapaknya? " guman Lia sambil celingukan.

10 menit berlalu tidak ada tanda-tanda kehidupan di pangkalan Ojek, lia sudah ketakutan sendiri.

Tinn... Tiiiinnnnn

"Wahh! Eneng belom naik ya? " tanya bapak-bapak diatas motor sambil nyengir.

"Aduh, bapak, kok jahat banget, emang Aku salah apa? " ujar Lia dengan nada dramatis.

"Hahah, iya Neng, Maaf. "

Selesai dengan perdebatan akhirnya Lia memutuskan untuk diam. Diam-diam menghanyutkan. "Maafin Lia ya allah, Lia nggak ada niatan ngatain Bapak ini kok, tapi kenyataannya bapak ini baunya tidah tertahan. Bau banget ya allah, " batin Lia menyumpal hidung dengan jilbab yang ia pakai.

Sesampainya di rumah, ternyata sudah sore. "Mama!!" teriak Lia mencari sosok mamanya.

"Iya sayang,"

Adzan berkumandang.

"Hayuk sholat bareng," ajak sang mama.

Dengan langkah penuh semangat, Lia mengangguki ajakan sang mama.

Tibalah Lia di kamarnya, ia melepas jilbabnya lalu masuk kedalam kamar mandi.

"Aaaaaa!!!" jerit lia sontak mengundang sang kakak yang memang sudah ada di kamarnya.

"Apa sih, Li!?" ucap Lea tak kalah kencang.

" Le! Sini tolongin, Li, " jeritnya lagi.

Lea menuju kamar sang adik untuk mengecek, sebenarnya apa yang sedang terjadi.

"Hiks hiks hiks, Lea, " parau Lia dihadapan kakaknya.

"Lo kenapa?"

"Tolongin Li kak."

"Iya, lo kenapa?"

"Gimana dong?"

"Apanya?"

Hiks hiks.

Lea yang kesal sekaligus kasian, ia pun diam menunggu apa yang terjadi kepada adiknya.

10 menit kemudian.

"Kak? Gimana ini? " masih dengan sebuah pertanyaan. Lea yang mendengar itu mendengus kesal sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Lia tadi sholat kak, " ucapnya mengutarakan apa yang di tangisi.

"Bagus dong, kan itu kewajiban kamu sebagai umat islam. "

"Tapi kan aku lagi keluar darah kak, "

"Oh iya, hehhe ya maap kan kakak lupa, lagian agama kita juga beda."

"Huaaaa,,,, kakakkk! Gimana dongg!? Haaaa, hiks hiks, tolongin, Lia. "

"Hahaha kakak, harus gimana nolongin kamunya," ucap Lea lebih halus kepada sang adik. Lea sebenarnya juga bingung mau ngasih penjelasan apa kepada Lia, pasalnya dia sendiri bingung, ia sama sekali tidak memahami apa itu agama islam, yang ia tau hanyalah ketika sedang Menstruasi itu dilarang menunaikan sholat.

Lea mengusap lembut surai hitam milik sang adik, "yaudah kamu mandi dulu nanti kita tanya mama ,ya " bujuknya.

"Tapi Lia takut dosa,"

"Iya nanti kakak tanyain ke mama."

Usai dari tangisnya, Lia melakukan apa yang di katakan oleh sang kakak.

Twins_LiLe*a___

Rab, 15 juli 2020

***

(Y. M. LAILA)

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang