TWIN'S. chapter 4

18 6 5
                                    

Lea pov.

Hari ini, 

AAAAAAAA!  "Mama!  Kakak!  Ayah! " terdengar suara menggelegar dari depan kamarku. Siapa lagi kalau bukan Lia, si Bocah pembuat onar. 

Dengan gerakan lambat aku membungkus badan dengan selimut. Masih pagi juga.

"Huaaa!  Kok gak ada yang dateng. " teriaknya lagi. 

Dengan malas akhirnya aku berjalan menyusul Lia. Ada apa sih?  Pikirku.

Pas aku buka pintu kamarnya. Ternyata dia sedang berdiri sambil nyengir. "Hehe,  minta pembalut dong, " ucapnya tak berdosa.

Ingin ku remas-remas nih bocah, kalau saja bukan adikku. Sambil menghentak-hentakkan kaki, aku mengambilkan stok 'Sayap penyelamatku', "Dadah sayap penyelamatku, semoga kamu betah ya sama si Lia, " ucapku pada pembalut.

Gue lempar aja tuh pembalut langsung ke dalam kamar Lia, karena kamarnya juga masih terbuka lebar. Karena sudah bangun sekalian aku mandi dan berangkat sekolah.

"Pagiii eperii bodiiiiii! " terakkku di depan meja makan. "Sini, kamu mau sarapan apa? " tanya mama padaku, sambil mengambilkan lauk pauk untuk Ayah. 

Btw jangan bingung untuk papa dan ayah, aku biasa manggil Bokap dengan kata ayah, kalo Lia biasa dengan papa jadi jangan bingung ya... 

"Lia mana?  " tanya Ayah padaku.

"Ta tuh, sakit perut kali, kan dia lagi bulanan. " jawabku mengambil piring untuk makan nasi goreng  . "Ma, krupuknya mana? " tanyaku. Karena Nasgor tanpa krupuk rasanya seperti Nasi goreng tanpa di goreng, wkwkwk. "Di dapur, kamu goreng dulu tapi. " jawab mama melahap nasi pisang yang ada di depannya.

Karena malas akhirnya dengan perasaan ambur adul, ku makan nasigoreng tanpa di goreng itu.

Klingg.  Bunyi phonsel yang ada di saku sekolah.

"Siapa Le?  " Ayah.

"Biasa, gebetan Aku. " jawabku sambil membuka Hp. Sedangkan Ayah senyum meremehkan.

"Lia gak masuk kayanya. Lea berangkat dulu aja deh, kalo Lia sekolah, Ayah aja yang nganterin. " ucapku lalu buru-buru menyalami mama dan papa. Tentunya takut Ayah protes. Sebelum protes aku dengan cepat berlari terbirit -birit, dan brukkk .  Auuu!  Kaki ku tersandung baru di depan rumah. "Siapa sih yang naruh ibi disini, " ucapku membersikan rok yang kotor.


"Aduh ,Neng. Maaf ya, itu belum saya pindahin, tadi nyonya nyuruh nata ulang batunya. " ucap bang Tamrin pengurus taman depan rumah, sekaligus penjaga rumah, dan supir dadakan mama.

"Eh,  iya bang gapapa kok, yaudah Aku brangkat dulu ya bang. 

"Iya neng, hati-hati. Awas kesandung lagi,  eehhh!  Awasss Nengg! "

Brukkk!  Kecelakaan pun tak terelakkan. Kecelakaan mobill gaysss!  Lebih tepatnya Gue yang nabrak mobilnya.  Gue ngeliat ke arah bang Tamrin yang ikut meringis sakit. Maluu!  Akhirnya aku menganggukkan kepala lalu pergi meninggalkan bang tamrin yang tersenyum manis kearahku.

Jangan di kira bang tamrin adalah sosok yang sudah tua, apalagi sudah keriput. Bang Tamrin adalah penjaga taman terganteng yang pernah ada. Itu menurutku ya, hehe, Bang Tamrin memiliki perawakan yang manis, ganteng, jangan lupakan lesung pipinya itu. Memiliki lesung pipi yang dalam, apa lagi dengan dada bidangnya . Itu adalah bagian terpenting, mungkin sangat nyaman jika bersandar di sana, bahunya yang kekar menunjukkan otot yang sering di latih. Bahkan nih ya, gue pernah suka sama dia. Hahaha, siapa juga yang gak kepincut orang masih muda, bayangkan saja, umurnya masih 22 tahun uyy!  Tapi kalian sepertinya harus patah hati terlebih dulu. Karena Do'i udah punya istri. Wkkwkw. Udah punya anak lagi. Jadi Gue sarankan kalian jangan berharap lebih. 

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang