TWIN'S. Chapter 5

15 3 0
                                    

Di lain tempat.

Seorang perempuan berambut panjang sedang berguling kekanan dan kekiri. Sudah 1 jam lebih dirinya berguling seperti itu. Sesekali terdengar ringisan sakit.

"Hahhh! Lia harus bangun! " semangatnya pada diri sendiri. Lia menarik jilbab yang menggantung di pinggiran kasur. Ia memakainya secepat kilat lalu turun menyapa mamanya yang sedang membuat masakan percobaan. Meskipun terlihat 5 makanan yang terlihat menggoda lidah di sana, tapi Lia tahu bahwa itu adalah masakan yang tidak jadi. Namanya juga hoby, mau gimana lagi. Itu adalah kalimat yang selalu di ucapkan mamanya ketika di tegur untuk berhenti menghambur-hamburkan bumbu dapur.

"Papa! Kok gak kerja? " tanya Lia yang mendapati papanya sedang menanam bunga dengan Bang Tamrin. "Bang, " sapa Lia ketika bertatap muka dengan Bang Tamrin. "Ah, kamu masih sakit perutnya? Tadi papa kerja cuma gak sibuk-sibuk amat , yaudah papa pulang aja. Kamu mau kemana? "

"Emmm, mau cari semangat! " jawab Lia mantap."Mungkin, " lanjutnya, Sedangkan kedua laki-laki di depannya sudah mengernyit tidak mengerti .

"O ya! Mau cari semangat dimana, sayang? " tanya sang papa. Terlihat Lia yang sedang menatap langit, mikir.

"Gak tau, papa tau tempat yang cocok buat cari semangat?" tanya Lia balik.

"Ooo, kalo tempat cari semangat ya di tempat olahraga. "

"Gak mau ah, bau keringet. "

"Di taman aja ,Neng. Disana kan Eneng bisa lihat pemandangan, siapa tau bisa semangat ." Usul Bang Tamrin .

"Wahh! Bang tamrin hebat. Gak kayak papa, makasih ya bang. Pa! Minta uang, " ucap Lia memberikan jempol pada Bang Tamrin lalu menyodorkan tangan di depan papanya untuk meminta uang.

"Nih, Kamu hati-hati ya."

"Oke! Siap komandan!" ucap Lia memberikan hormat pada sang papa. Lalu pergi dengan bersenandung.

Tibanya di tempat.

"Wahhh! Ramai ya," ucapnya pada diri sendiri "Abang cilok! "

"Iya, Neng gelis? "

"Abang jualan apa? " tanya Lia.

"Emm, " Bang cilok bingung sendiri mau jawab gimana. "Cilok lah, Neng. Kan tadi eneng udah manggil. "

"Hehe, iya sih tapi ini bacaannya kok 'C.LO.' " tunjuknya pada tulisan yang hilang. "Artinya pasti CANTIK LO, ya kan!? " lanjut Lia dengan wajah lucunya.

"Hahahhaha, iya, kamu emang cantik, lucu lagi, " ucap seseorang lelaki yang tiba-tiba berdiri di sebelahnya.

"Auww! Bukan mukhrim! " kaget Lia. Sambil menjauhkan dirinya. Dari lelaki yang baru saja mencubit pipinya.

Sedikit menggosok-gosokkan tangannya pada pipi, Lia menatap tajam pada lelaki itu.

Bukannya takut lelaki itu malah tertawa, wajah yang di tunjukkan lia, tidah terlihat seram, malah terlihat lucu dimatanya.

"Uggh! Takut, " Lia menatap semakin tak suka. "Hehe, cantik-cantik kok galak. Kenalin aku Asep, kelas 2 SMA masih jomblo kok. " cengirnya mengajak kenalan. Sedangkan kang cilok menggaruk kepala bingung. Entahlah mungkin dia lelah menunggu, menunggu Lia memesan dagangannya.

Jangan terlalu lama menunggu. Takut jamuran. Wkwkwk

"Kenalin juga, Aku makhluk tuhan yang paling cantik. "

"Aisyah? "

"Siapa? "

"Kamu lah! "

"Bukan!! "

"Aisyah, kapan beli ciloknya?! " sahut Kang Cilok yang masih menunggu.

Lia menengok kearah Mang Cilok. "Ehe, maap ya, satu aja Bang. "

Dengan lihainya tangan Kang Cilok meracik cilok jualanbya. "ini, Neng. "

"Iya Bang, makasih. Dia yang bayar ya, Bang. " Tunjuk Lia pada si Asep.

"Haha,okelah , Neng. "

Selesai membawa ciloknya, Lia pergi begitu saja. Memilih tempat untuk duduk.

'Ahh... Di sana' ucapnya dalam hati. Lia memilih tempat duduk, berada pada kursi paling pojok, terdapat pohon yang tinggi disana, angin berhembus menyapu dedaunan kuning yang terus berjatuhan. Sesekali pohon ikut menari dengan angin yang kencang.

Dari sini Lia bisa melihat anak-anak bermain. Melihat keluarga yang menggelar alas dengan makanan di hadapannya, sesekali mengawasi anaknya yang bermain, ada pula pasangan bucin yang asik bercanda.

Hijab abu-abu yang di pakai Lia pun ikut terbang seiring dengan arus angin. Tenang dan nyaman.

Tak terasa hari mulai siang. Udara juga semakin panas meski angin selalu berhembus. Terik matahari yang tidak pagi malu-malu, kini menyapa Lia untuk segera bangun dari tidurnya.

Yap! Lia tertidur di kursi taman. Lia mengerjap-kerjapkan mata karena silaunya matahari. Di tambah panasnya separuh badan karena langsung tersinari oleh matahari.

Lia bangun dengan sedikit malas. Ah! Ia ingat sesuatu. Dengan cepat Lia pergi dari taman yang sudah sepi.

Tak lama, keluar dari taman Lia mendengar kumandang adzan. "Ahhh... Lega, ternyata baru adzan. Kirain udah telat, " katanya berguman.

"Aisyahh... Kamu mau ke masjid juga? " tanya tiba-tiba seorang lelakibyang baru saja muncul.

"Ehh! Kang asep, maksih ya ciloknya. "

"Haha, iya, kamu mau kemana? "
"Mau jalan, "

"Iya, jalan kemana, "

"Depan. "

"Gak belok? "

"Gak males. "

"Kenapa? "

"Gpp. "

Merasa lelah, Asep lalu pergi begitu saja. Siapa yang tidak kesal jawabannya sesimple itu.

Berbeda dengan Lia. Dia mulai cekikikan melihat Asep yang berjalan dengan cepat. Ia tau bahwa Asep kesal dengannya.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan Asep. Akan tetapi Lia menjaga dirinya dari fitnah. Pasalnya di jalan yang sepi ini hanya ada Lia dan Asep saja. "Maaf ya, Asep, " ujar Lia setelah melihat punggung Asep yang hilang di telan belokan jalan.

Twins_LiLe*a___

Rab, 1 sebtember 2020

***

(Y. M. LAILA)

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang