Hey kau, ya, kau. Kenapa mengintip-intip etalase tokoku? Mari masuk. Kemarilah, tak apa.
Selamat datang di Vintage Blossom. Ah, senyummu sangat manis. Perkenalkan, namaku Mei. Mei Edelweiss. Sederhana saja, aku lahir bulan Mei dan orang tuaku ingin aku menjadi sekuat bunga edelweiss.
Akulah sang pemilik Vintage Blossom, sekaligus orang yang akan membuatkanmu rangkaian bunga. Aku tak terlalu pandai. Tapi kalau kau datang ke mari dengan satu masalah, aku sediakan kursi nyaman dan satu cangkir teh sebagai temanmu bercerita. Aku akan setia menyimak. Dan aku pastikan, kau akan pulang membawa satu ikat bunga.
Aku berteman dengan bunga. Setengah dari jumlah bunga dalam toko ini berasal dari kebunku. Setengahnya lagi aku beli dari para petani bunga di dataran tinggi. Aku menyayangi mereka semua. Aku menyimpan mereka dalam lemari pendingin besar. Aku susun mereka berdasarkan jenis dan warnanya.
Mm ya, tokoku ini tak terlalu besar. Menghadap ke utara, menyempil di antara deretan pertokoan modern kota ini. Seluruh dinding tokoku dilapisi cat warna putih bersih. Meja kasir panjang yang sekaligus sebagai meja kerjaku, tempat aku membuat rangkaian bunga, menghadap langsung ke pintu masuk. Di depan meja ada dua buah kursi klasik yang tentu saja aku sediakan untuk para Tuan dan Nona pembeli.
Di belakang meja kasir, ada lemari kayu tua yang menutup hampir seluruh dinding, hanya menyisakan celah kecil menuju ruangan belakang. Dalam lemari itu tersimpan rapi semua peralatan yang aku butuhkan untuk membuat rangkaian bunga-bunga cantik.
Ruang belakang adalah gudang penyimpanan dan toilet. Di sana juga ada wastafel tempat mencuci perkakas dan gelas-gelas. Ruangan sempit yang aku tata sedemikian rupa.
Di samping pintu masuk, ada etalase lebar tempat aku memajang rangkaian bunga pesanan yang siap diambil Tuan atau Nonanya. Dari luar, kau bisa leluasa melihat tokoku melalui etalase itu.
Di sebelah timur, ada lemari pendingin tinggi nan panjang. Seperti yang sudah aku katakan tadi, di sanalah tempat semua bunga dalam toko ini beristirahat sebelum dirangkai.
Sementara di sebelah barat, satu garis lurus dengan pintu masuk, ada meja kayu. Meja kuno yang aku beli di toko barang antik sebulan sebelum toko ini dibuka. Di atasnya duduk manis satu teko pemanas air, dan toples-toples kaca ukuran sedang yang berisi macam jenis teh, gula, madu, dan daun mint. Ada juga keranjang rotan kecil yang berisi beberapa butir lemon dan pisau kecil untuk memotongnya. Cangkir-cangkir putih dengan print bunga baby breath, aku letakan di gantungan besi yang menempel di dinding dekat meja.
Dan di tengah ruangan, ada tatakan kayu bertingkat. Di sana duduk ember-ember besi tinggi berdiameter sedang tempat aku menyimpan bunga-bunga yang baru datang. Bunga-bunga yang masih terbungkus plastik atau kadang kertas koran, yang dibungkus asal saja beserta daun-daunnya.
Kenapa tokoku bernama Vintage Blossom? Karena aku adalah gadis usia 23 tahun dengan gaya berpakaian vintage. Aku suka memadu-padankan rok linen klasik dengan kemeja putih, atau kadang blouse-blouse linen dengan warna soft. Saat cuaca dingin, aku akan memakai sweater rajut, atau cardigan rajut dengan warna-warna warm tone.
Saat cuaca panas, kadang aku memakai dress pendek putih atau dress dengan pattern bunga-bunga kecil. Aku tidak memakai jeans, tidak pernah lagi sejak usiaku 18 tahun. Aku selalu mengenakan apron supaya bajuku tidak kotor. Apron berbahan linen dengan sulaman bunga edelweiss, pemberian salah seorang pelangan. Begitulah kira-kira. Vintage Blossom; gadis bergaya pakaian vintage yang sangat menyayangi bunga.
Bagaimana? Ah entahlah, tapi aku merasa sangat nyaman berada di toko ini sepanjang hari. Aku akan ada di sini mulai pukul 8:00 pagi, sampai Tuan atau Nona terakhir selesai bercerita. Jam tutup toko ini tak menentu. Kau boleh mampir kapan saja. Aku siap mendengar semua ceritamu. Dan tentu saja, aku selalu punya teh dan bunga! :)
Mei Edelweiss
(Pemilik Toko)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vintage Blossom
General FictionIni cerita tentang Mei dengan para Tuan dan Nona pembeli di tokonya. Bagaimana Mei bisa memahami hati mereka, sehingga dapat memberikan bunga yang tepat. Segala rasa yang susah diucapkan, dapat diungkapkan melalui perantara bunga. Pada Mei, kita aka...