"Gue masih bingung sama perasaan gue, disatu sisi gue mau nyatain, disatu sisi gue mau lepasin. Ini sulit Sal, gue bingung." Alena menjawabnya dengan nada lesu, merapatkan kedua bola matanya erat. Bahunya melorot tidak bersemangat, padahal satu-satunya yang menonjol dari Alena selain bakatnya adalah semangat nya yang membara seperti api unggun, sikap nya yang kelewat heboh tapi tetap dalam mode dewasa membuatnya elegan.
Alena definisi sempurna
Tapi tidak dengan perasaannya.
"Len..kalo lo bingung, lo boleh berfikir dulu, gue gatau sama hati lo tapi gue yakin hati lo bisa nunjukin." Salsa menasihati dengan tenang, diusap bahunya pelan kemudian mereka saling menatap satu sama lain.
Tiara berdiri menghampiri setelah mendengar semua percakapan singkat keduanya, ia tersenyum lebar menguatkan Lena bahwa semua akan baik-baik saja, 2 tahun menyukai seseorang bukanlah hal yang mudah ada rasa bimbang, ragu sekaligus amarah.
Alena berfikir kemudian menuruni tangga bersamaan dengan Salsa juga Tiara, kemudian mereka tertawa mendengar lelucon tentang salah satu guru yang mengajar sempat membuat heboh, guru tersebut membenci Salsa seperti yang diketahui, bernama Esi. Dia juga mempunyai anak dikelas yang sama dengan Salsa juga ke lima temannya.
Guru sejarah itu pun turut membenci bakat seorang Alena, siswi cantik juga cerdas itu selalu mematahkan pendapatnya, selalu mencari tahu hal yang diluar kemampuan sang guru. Alena hanya tertawa kecil kemudian mengolok sang guru dengan katanya yang pedas tapi tetap dengan nada tenang.
Begitulah Alena.
"Guru tadi manggil lo ke ruang BK kenapa Sal? Kena empos lo sama dia?" Tiara menahan tawanya, mukanya memerah seperti tomat.
"Gegara gue tadi pagi nyelonong depan dia, ga salim. Hahaha astaga mata gue buta anjir liat makhluk kasat mata kayak dia." Salsa ikut menertawakan aksinya pagi ini.
Alena berjalan mendekati ojek tersebut kemudian melambaikan tangannya, "dadahhh nyett gue pulang dulu, baek-baek lu dijalan." Kami hanya mengangguk sambil tersenyum.
~~~
Alena kembali merebahkan diri pada kasurnya, menatap langit langit kamarnya. Matanya memejam lalu berbaring kesamping memegang guling pink kesanyangannya. Alena mulai gelisah bercampur aduk dengan perasannya, ia membenci keadaan seperti ini.
Ting
Ting
Ting
Notif hp itu muncul beberapa kali, mata Alena kembali terbuka dengan malas tangannya menjulur buat mengambil ponsel bewarna pink soft dengan label apel digigit ditengahnya. Bola matanya menyipit, keningnya mengerut dalam.
Sam? Samuel?? Seriusan??
Alena langsung mendudukan dirinya tegak, lalu seperti orang kesetanan dirinya ngacir mengambil gelas diatas meja belajar, menenggak habis air hingga tandas. Kemudian ia duduk kembali dengan keringat dingin. Mengapa cowok itu balik lagi ke kehidupannya Alena setelah sekian lama tidak pernah berhubungan?
Dirinya meneguk ludahnya kasar kemudian memberanikan diri memencet notif tersebut, seperti refleks tubuhnya ia memejamkan matanya erat membaca pun takut-takut. Lalu terpampang jelas tulisan tertera paling atas.
Haii...
Ini Alena?
Lenn udah lama banget ya kita ga ketemu?:)
Alena meneguk salivanya berkali-kali, kalo sudah di baca dia bingung untuk membalas. Apa ia pura-pura tidak mengetahuinya saja? Seperti biasa ia mengetikan jarinya diatas layar handphonenya.
Dear:Sam
Ini siapa?Ketikkan balasan pun langsung diketik oleh cowo disebrang sana, lantas Alena langsung keluar dari aplikasi tersebut karna detak jantungnya bergerak tak beraturan. Keringat meluncur dari pelipisnya, jarinya kemudian merapikan sedikit rambut panjangnya kesamping, menyisipkan kedaun telinga.
Entah perasaannya atau nanti ia akan merasa bahwa kehadiran Sam akan mengubah segalanya, dirinya menunduk pilihannya tidak sampai disini.
Kenneth
Samuel
Atau...
Ahmad Bima?
Sejak pertemuan pertamanya dengan Sam, Alena yakin hidupnya berubah total. Besar kemungkinan ia akan terjebak dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan.
Muncul lagi notifikasi berasal dari Bima, Alena bernapas lega sekaligus khawatir. Pesan sebelumnya sudah terkirim dari Sam, tapi dirinya takut untuk menjawab. Lebih memilih membiarkan lalu membalas pesan Bima.
Cowo yang ia tahu akan menjadi sahabatnya, curhat masalah apapun pasti akan ke Bima, tapi nyatanya Alena salah memperkirakan. Bima menyukainya, Bima ingin hubungan yang lebih dari sahabat terhadap Alena. Disatu sisi ia takut menghancurkan hubungan persahabatan yang sudah terjalin cukup lama.
Alena menolak pernyataan cintanya, tapi Alena menindak tegas bahwa hubungan persahabatannya itu harus tetap berjalan sekalipun ia menolak cinta Bima. Terdengar sedikit egois, karna itu hanya akan melukai perasaan Bima, tapi ini masih lebih baik bagi Bima karna tidak akan kehilangan Alena sebagai seorang yang penting dalam hidupnya.
Dear:Ahmad Bima
"Kenapa Mad? Gue dari tadi mau nanya soal film juga sama lo.""Sebentar anjirr gue tadi mau cerita, masa Kenneth bikin gue kesel. Au deh tuh anak kayak orang kebingungan nyari-nyari tugas."
Alena tertawa kecil, hatinya sedikit menghangat melihat nama Ken terpampang dilayar hpnya. Rasa sukanya terhadap Ken pun sudah diketahui oleh Bima, ia sedikit merasa bahwa Bima akan cemburu dan itu pasti. Namun, Bima lebih memilih menyembunyikan.
Dear:Ahmad Bima
"Tadi gue liat dia depan cafe loh sumpah, trus gue lemes liatnya makanya ke toilet.""Halah itumah emang lu nya aja yang mau boker, HAHAHA."
Dear:Ahmad Bima
"Sialand lo Mad"Kemudian meninggalkan kolom aplikasi itu, dirinya kembali berdiri dan berganti pakaian dengan casual. Kembali ke toko depan milik orang tuanya, ia suka menjaga toko karna ia tak mempunyai kegiatan lain. Alena tidak suka membuang waktunya cuma-cuma.
Saat seseorang memasuki toko foto copy an nya, Alena hendak berdiri menghampiri tapi mendadak tubuhnya kaku, matanya membola besar sehingga tampak bahwa ia dalam keadaan terkejut. Dirinya memundurkan diri dengan kepala yang menunduk, setelah melihat seseorang yang berada tepat dihadapannya.
"Pantesan dari tadi chat gue ga dibales, ternyata lo lagi jaga toko." Cowo itu tersenyum simpul dengan rambut keriting nya yang rapih, setelan jaketnya pun sangat dominan dengan dirinya, kulit putih itu sangat bersih. Alena tidak dapat menahan dirinya untuk saat ini, lalu mendongak menatap sinis.
"Lo ngapain disini?!" Alena membentaknya, seolah mengusir cowo itu dari tokonya. Namun dengan gayanya yang kelewat santai ia berbicara pelan.
"Duduk dulu Len, gue mau kasih tahu lo sesuatu." Tepuk Sam dibangku sebelahnya.
"Gue gak mau!" Jawab Alena tegas sambil menggelengkan kepalanya lucu.
"Gue mau banget Len lo sekali aja baik sama gue, gue kangen sama lo." Gaya bicara cowo itu lirih dengan mata sayu, kemudian tersenyum perih menatap Alena. Senyuman yang tak pernah bisa Alena lupakan, dirinya kemudian nurut dengan duduk jauh dari samping Sam.
"Kenapa!?" Masih dengan nadanya yang naik satu oktaf karna kesal dengan kehadiran cowo itu, sedangkan Sam senyum-senyum tidak jelas menatap gadis disampingnya.
"Gue mau ajak lo jalan." Ajaknya sekaligus membuat pikiran Alena buntu.
"Gila lo." Tolak Alena.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flower
RomanceAlena Yolanda sering dipanggil dengan sebutan Lena, itu mempunyai mata besar dan belo, senyuman manis dengan lesung pipit dan tubuh kurus nya yang tinggi. ia sering dijuluki si genius karna memang dia sangat pintar didalam satu sekolah itu, dirinya...