Alena berjalan senandung ria membawa tas selempang putih koleksinya yang kesekian, ia berdiri menunggu temannya. Sesekali melihat jam tangan hitam keemasan, ia menggigit bibir bawahnya ragu, meneguk salivanya kasar.
Menunggu.
Satu hal yang tidak disukai semua orang, yahh setidaknya Alena tidak merasakan hal itu sendirian. Ia menatap layar handphone pink-nya, wallpaper itu kata-kata motivasi, contoh "belajar! Lo udah bego banyak yang mau masuk PTN " dengan membaca itu membuat Alena termotivasi, ahh dirinya selalu merasa tidak pernah cukup dalam hal belajar, selalu saja merasa kurang.
Tin!
Tin!
Tin!
Suara klakson itu mengejutkan Alena, hingga gadis itu menoleh sinis. Ia memundurkan tubuhnya saat mobil merah dihadapannya berhenti, terbukalah kaca gelap yang menjadi penghalang penglihatan Alena, ia hanya menyengir sambil merasa tidak bersalah.
Alena kemudian mendecak kesal membuka pintunya, lalu membanting sedikit keras. Suara tawa yang ditahan Ken pun meledak, keduanya sama-sama tertawa.
"Nyalain lagu ya" tangan kurus itu bergerak tanpa menunggu jawaban apapun.
Ken melihat mata bulat itu dari samping, hatinya sedikit berdesir melihat Alena begitu dekat seperti ini. Jantung itu tak mampu berhenti melompat, kupu-kupu diperut pun berterbangan menggelitik seluruh sendi tubuhnya. Entah perasaan apa Ken pun tak ingin tahu, biarkan ia mempunyai perasaan aneh ini sendirian, Ken hanya berusaha menyembunyikan sesuatu yang sebenarnya diungkapkan.
Ken tidak pernah seberani itu, dirinya terlalu pengecut bukan? Padahal setiap ia mengajak makan atau sekedar jalan biasa, dirinya mempunyai kesempatan untuk mengungkapkan apa yang dirasa. Tapi tak pernah kata-kata itu keluar, malah justru berbeda pembahasan setiap ia berbicara. Ken herharap bahwa Alena tak pernah menyadari perasaannya, karna sangat sulit untuk menyembunyikan hal ini.
Mata Ken akan selalu menatap dan jatuh tenggelam dalam warna hitam pekat Alena, hingga Ken tak mampu naik ke permukaan hanya tenggelam dalam dasar mata Alena.
"Lenn, abis ini makan lo mau main ke time zone bareng gue?" Ken menyetir pelan, Alena menoleh dengan tanda tanya.
"Lo yang traktir? Apa_" Belum sempat cewe pintar itu selesai bicara Ken langsung memotong.
"Gue bayar semua keperluan lo, intinya lo mau jalan sama gue aja gue seneng Len."
Kini bergantian, Alena merasakan hawa panas menyelimuti pipinya, pipi kenyal itu berwarna semu kemerahan. Lalu segera kepalanya ia tundukan menyamping agar tidak ketahuan bahwa ia sedang salting, tanpa Ken menatapnya pun mengapa Alena gugup setengah mati. Sialan ini namanya pembunuhan perasaan, eh bukan deh apa ya namanya untuk perasaan yang tidak bisa dijelaskan.
Ahhh pokoknya itulah!
Alena baper padahal Ken hanya berbicara seperti itu, ia menggigit jari telunjuknya tapi tangannya dihempas pelan oleh Ken. Matanya membola kaget, memutar kesamping sambil memukul pelan lengan Ken.
"Kuku lo banyak cacing Len, gue ga tanggung jawab ya kalo sampe lo sakit perut."
Alena berdecak kesal, baru saja dirinya diterbangkan sekarang harus dijatuhkan lagi ketanah dengan kerasnya. Berharap hanya akan mendatangkan luka dan itu benar adanya.
~~~
Ketika mereka menunggu hidangan didepan mereka, masing-masing saling memegang handphone. Ken bingung harus memulai dari mana, sedangkan Alena sibuk ber chat ria dengan teman-teman genk nya untuk menutupi rasa salting yang sedari tadi belum ia selesaikan.
Ting!
Suara denting pesan itu berasal dari Ken, cowok itu membuka lalu mengerutkan keningnya bingung, Lena yang melihat itu hanya menatapnya dan sibuk kembali chat dengan temannya.
Ting!
Lagi suara itu menggagu pendengaran Lena, ya bukan menggangu lebih tepatnya mengusik rasa penasaran Alena. Ken yang menyadari hal tersebut hanya menatap singkat lalu tersenyum kecil.
"lo penasaran? Kenapa ga coba buka?"
Lena mengedipkan matanya menggemaskan, ia tersenyum geli sambil mengibaskan tangannya.
"Siapa yang penasaran? Gue cuman ngerasa hp lo berisik tau. Ya ga lebih dari itu, lagian kenapa ga lo bales chat nya?"
Ken tertawa pelan, "Alena kalo kepo sama pesan hp gue mah bilang aja, lagian nomor itu ga gue kenal, biarin aja."
Lena mencebikkan bibirnya masih tidak mau mengaku, "Kepedean lo itu terlalu tinggi Ken, heran gue."
Tangan Ken mengambil hpnya lalu meletakan di tangan Alena, ia tersenyum sambil mengucapkan kata sandinya.
"Buat apa?" Lena bertanya, ia mendadak tidak begitu konek.
"Yah gue ga ada privasi kalo sama lo, gue suka terbuka dan gue ga mengharapkan balik lo mau terbuka sama gue apa engga, itu pilihan." Ken mengatakan itu sambil menyesap es teh yang masih penuh, baru saja lima menit yang lalu diantar pesanan mereka ke meja makan.
Lena meletakan hp Ken, ia menggeleng.
"Ken semua itu harus ada batasan, apapun itu. Lo bisa terbuka tapi terkadang lo harus menjaga rahasia lo, ga perlu semua hal gue tahu." Lena mengalihkan itu dengan makan sesendok nasi goreng dihadapannya.
Lena gimana caranya gue ungkapin perasaan ini? Ini nyiksa gue Len.. gumam Ken dalam hati.
~~~
Naila membuka matanya pelan, ia dikasur hotel lagi untuk kesekian kalinya. Dirinya menghembuskan napas kasar, ia tak suka kehidupannya sekarang.
Kadang jika ia bisa memilih ia tidak menginginkan hal ini, tapi disatu sisi ia melakukan itu bukan sekedar paksaan, tapi juga keinginannya saat itu, andai saja waktu bisa berputar kembali kebelakang, maka ia tak ingin mengambil keputusan seperti ini.
Jarinya mengambil tisu untuk membersihkan air matanya yang jatuh, ia bahkan tak pantas untuk mengadu pada siapapun lagi, ia bahkan merasa kotor walau hanya sekedar menyebut Tuhan dalam hidupnya.
Kenneth.
Nama itu tergiang-giang dikepala mungilnya, sambil tertawa keras Naila memukul dadanya kencang, rasanya terlalu sakit. Ia menyukai Ken, tapi mengapa Ken tidak bisa menyukainya balik? Apa salah dirinya untuk memiliki Ken? Ohh dia tahu mengapa Ken tidak akan pernah menyukainya, karna Ken tahu bahwa ia bekerja sebagai lacur kecil dari seorang berperut buncit, bahkan bisa saja ia bergonta-ganti pasangan?
HAHAHAHA, sialan sekali hidup ini. Gumam Naila pelan, lagi air matanya menetes.
Segera ia mengambil hp dan menghubungkan nomor ponsel yang sudah sangat sering dihubunginnya.
Arnest

KAMU SEDANG MEMBACA
Flower
RomanceAlena Yolanda sering dipanggil dengan sebutan Lena, itu mempunyai mata besar dan belo, senyuman manis dengan lesung pipit dan tubuh kurus nya yang tinggi. ia sering dijuluki si genius karna memang dia sangat pintar didalam satu sekolah itu, dirinya...