Dosa?

10 1 0
                                    


Ken memasuki area klub malam Jakarta, tampilannya berubah 180° dari biasanya. Ia memakai jam tangan hitam pekat dengan harga yang sudah dipastikan sangat mahal, sekelilingnya terdapat ukiran emas, kalau diperhatikan baik-baik jam tangan yang dipakai Ken hampir serupa dengan Alena gadis pintar incarannya. Penampilannya juga bukan hanya itu saja ia memakai kain polos putih kasual dibalut jaket coklat dengan celana bewarna hitam, rambut disugar keatas ditemani senyuman manisnya yang mematikan.

Tubuh itu mendatangi sekelompok teman-temannya yang memegang botol minuman, bahkan ada yang sudah setengah mabuk.

"Ken anjir lo baru dateng? Lama lo ah. Ijin dulu pasti ama mamih hahahaha." Temannya yang lain ikut
mentertawakannya.

Kenneth mengangkat tangannya sambil menendang salah satu kaki temannya, "sialan lo semua tadi ada problem dijalan, macet."

"Macet? Alesan lo. Bukannya abis bawa cewe? Duh jangan-jangan.." ia melirik semua temannya menahan tawa.

Satu nya lagi menyahuti, "Kenneth sudah besar ternyata Hahahahaha."

Tawa itu meledak diantara musik yang mendetak keras ruangan mereka, diiringi penari penaris erotis dari lantai dansa disana, Kenneth hanya menggeram kesal saat dirinya jadi bahan ledekan, ia tahu seberapa bejat dirinya yang kotor sekali jika ia merasa suci.

Ia berjalan menuju bartender memesan minuman yang biasa ia pesan, ia melirik kekiri saat tahu ada seseorang yang sengaja menabrakan bahu kanannya. Ia berdecih melihat kelakuan perempuan yang sudah tidak ada harga dirinya, yah lebih tepatnya ia menjajahkan diri. Ken mengangkat kepalanya angkuh, sifatnya berubah arogan ketika bersama wanita-wanita bayaran, dadanya telah bertengger manis lengan wanita tersebut, bergerak dengan gerakan memutar dengan maksud menggoda, Kenneth hanya terdiam sambil menunggu minumannya.

Setelah sampai minuman itu didepan matanya ia menepis pelan sambil berbisik, "aku sedang tidak ingin bermain minggirlah." Namun naas ketika Ken membalikan badan tubuh wanita lain menabraknya hingga minuman itu tumpah.

"Shit!"

"Eh maaf maaf saya tidak sengaja." Suara perempuan yang familiar terdengar ditelinga Ken, cowok itu sempat melirik tapi wajah cewek dihadapannya tertutupi rambut panjang, ia memperhatikan pakaian yang dipakai cewek itu, lalu tersenyum licik.

Ketika cewe itu menengadah, bibirnya menyatu dengan bibir Ken, cowok itu menahan tengkuk perempuan dihadapannya, tidak ada perlawanan dari cewek itu ia bahkan terlalu terkejut. Ken melepas lalu menyeringai kecil, jarinya memainkan rambut gelombang kecokelatan dihadapannya.

"Udah lama kita ga ketemu Naila?"

Naila mundur secara refleks hingga dirinya tidak tahu akan berkata apa, bola matanya hampir saja keluar melihat Kenneth berada ditempat yang sama, tempat dimana semua dosa dikumpulkan dan cowok yang dia sukai ada disini melihatnya ditempat laknat. Ia menangis dalam hati mengapa Tuhan suka sekali mempermainkan keadaan dirinya, menjatuhkan harga dirinya tanpa aba-aba. Naila mengatupkan bibir rapat, Ken mengulurkan jari tangannya mengusap pinggiran bibir perepuan itu yang basah karna ulahnya.

"Sejak kapan kamu bermain Naila? Mau aku temenin?" Kenneth semakin mendesak Naila, ia seperti batu yang membisu tidak bisa bergerak apalagi berbicara. Jarinya mendingin dengan napas tidak beraturan, ia tidak suka jika Ken bersikap seperti mempermainkannya.

"Ke_Ken mending lo mundur dikit.. gue sesak." Naila mendorong tubuh tinggi kekar itu, sambil berdoa banyak-banyak agar Ken meninggalkan dirinya secepatnya, ia tidak suka suasana canggung.

Ken mundur ia membenarkan rambutnya, tersenyum tipis.

"Bukannya selama ini lo yang berusaha dapetin perhatian gue Naila? Haha apa sekarang lo udah ganti pasangan lagi? Sebanyak apa? Gue suka agresif tapi bukan tugasnya cewek lo ngerti? Lagian kalo sampe berita kesebar di sekolahan kita, lo dipaksa tidur sama gue, gimana keadaan lo nanti?" Ken mengucapkan kalimat sarkas yang menghentak kesadaran Naila hingga ia merasa bukan dilangit lagi, cewe itu menunduk tersenyum getir.

"Salah jika gue suka sama lo Ken?" Naila menaikan satu oktaf nadanya sambil meneteskan air mata yang ia tahan.

Kenneth mengusap sambil tertawa, "lo suka sama gue? Hahahaha Naila Naila, lo suka sama semua cowok Nai lo sadar ga sih hal itu? Lo suka Ernest, lo suka Rangga, lo suka gue dan yang paling menjijikan lo suka sama cowok idung belang yang bisa hidupin kehidupan lo. Masih perlu gue perjelas?" Ken menunjuk ujung hidung Naila yang memerah, cewek itu tak berani menatap, ya memang benar adanya ia suka memainkan semua orang bahkan ia gampang sekali jatuh cinta, tapi mengapa cintanya kali ini sangat menginjak harga dirinya sebagai seorang perempuan? Apakah ia tidak sebeharga itu? Apa usahanya dalam merebut perhatian Ken dari Alena masih kurang?

"Mending sekarang lo pergi dari hadapan gue Nai, gue ga suka deket keberadaan lo." Tubuh jakung itu berlalu dingin melewati Naila, tanpa menoleh sedikitpun ia tetap berjalan menjauh hingga tubuh itu tertutupi kerumunan orang-orang banyak, rasanya sangat perih dan sesak, Ken adalah seorang yang bebas, ia bisa memainkan siapapun wanita sesukanya.

Tapi itu tidak berlaku bagi Naila, Ken bukan hanya sekedar menyukai gadis pintar itu, tapi mencintai Alena dari pada yang lain. Cowok kekar dan nakal itu mencintai seorang Lena?

Tunggu sebentar..

Mengapa ia tidak berfikir dari dulu?

Sekarang ia tahu bagaimana menghancurkan harapan Alena terhadap Ken, "kalo gue ga bisa dapetin Kenneth, artinya Ken juga ga bisa dapetin Alena. Hahahaha."

Dirinya tertawa sambil berjalan mengambil sebotol anggur mahal pesanan pasangan tidurnya kali ini, matanya tidak terarah sambil tertawa girang, semua tidak ada yang memperdulikan berusaha sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Cinta memang bisa sepanas itu.

~~~

Arnest menggandeng lengan Salsa, meminggirkan tubuh cewek itu ke bangku taman.

"Udah merasa baikan?" Cowok itu mengambil jaket mendekap tubuh itu erat, Salsa merasa saat ini yang menyelamatkan psikis dan fisiknya ialah Ernest, ia merasa beruntung dilindunginya.
Salsa tahu bahwa Ernest suka sekali memainkan perempuan seenaknya, mencampakan lalu membuangnya. Berbeda ketika Salsa yang diperlakukan, ia begitu baik dijaga seperti ratunya.

Ernest masih terdiam, Salsa membuka mulut berbicara.

"Kenapa lo bohong Nest?"

Ernest menutup matanya pelan, ia tidak ingin ditanya seperti itu, ia bahkan belum bisa mengendalikan emosinya tadi siang.

"Nest jawab..." Salsa menarik lengan Ernest pelan, ia terisak nangis tanpa bisa ditahan lagi.

"Gue ga suka kalo ada yang nyakitin lo Sal, lo tahu betapa beharganya lo dimata gue? Gue takut banget kalo sampe lo pergi dari dunia cuman karna omongan jalang kecil itu, lo harusnya tahu seberapa takutnya gue kehilangan lo Sal! Gue bener-bener takut untuk sendirian Sal, gue punya banyak temen, gue punya banyak orang-orang disekeliling gue tapi cuman lo yang tahu seberapa gelapnya gue dimasa lalu dan cuman lo yang bisa nerima gue!" Arnest menggerang frustasi, ia membenci jika ada orang yang mempermainkan Salsa seperti ini, lebih anehnya lagi ia tidak memiliki rasa suka terhadap Salsa, hanya merasa Salsa adalah orang penting yang harus dijaga.

Salsa pun sebaliknya, ia tidak bisa mempunyai rasa terhadap Ernest, mereka bertemu hanya untuk saling melindungi tidak pernah lebih.

"Nest..maaf." Salsa mengeratkan pelukan Ernest pada tubuhnya, ia butuh sandaran ia butuh pendengar tanpa penghakiman. Ia hanya butuh kesederhanaan itu dan Ernest akan selalu menjadi tempatnya pulang.









Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang