PROLOG

271 86 76
                                    

" Lian tungguin dong..."

" Lo budek ato gimana sih! udah gue
bilang jangan ngikutin gw!" sentak Dani

"Aduh.. Lian jidat rora sakit." ucap Aurora sambil mengusap usap dahinya yang sakit akibat terbentur punggung tegap dan kerasnya yang berhenti berjalan secara mendadak.

Di sinilah mereka di koridor menuju kantin sekolah.
"Ga usah lebay. udah SMA tapi masih aja manja dan lebay!" balas Dani sambil melirik Aurora.

"Lian jahat sama Rora. nanti kalo Aurora ilang ingatan gimana,jidad rora jadi lecet gimana? pokoknya Lian harus tanggung jawab langsung nikahin rora secepatnya" ucap Aurora sambil senyum-senyum sewaktu mengucapkan kata terakhirnya.

"Itumah maunya lo. Kan udah gue bilang, jangan pernah ganggu gue! Sebanyak apapun usaha lo gak akan buat gue luluh, yang ada malah bikin gue makin ga suka sama lo. huuuh....soryy Ra lo bukan tipe gw." balas Dani sambil melirik Aurora yang sedang menatapnya dalam.

"Lian kenapa sih ngomong itu terus,
sakit loh hati Rora dengernya."

"Emang gue peduli." ucap Dani tanpa ekspresi.

Hening sebentar "Lian nanti kalo Rora milih menyerah buat dapetin Lian. Apa Lian bakal bahagia?" tanya aurora agak serak karena menahan tangis serta menatap dalam mata Dani yang sama sekali tidak mau menatapnya.

Dani diam tak merespon. Ada sesuatu yang sakit di hatinya saat mendengar  Aurora mengatakan itu.

"lo udah tau jawabannya apa. Jadi pliss, jangan ganggu atau ngejar-ngejar gue lagi. Gue ga suka sama lo rora." balas Dani dan langsung pergi meninggalkan Aurora sendiri dengan raut sedihnya.

Aurora hanya diam dan menatap pilu punggung Dani yang perlahan menghilang di balik tembok yang Dani lewati.

" Ga papa Rora. kamu harus semangat dan lebih sabar untuk meluluhkan hati Lian. kamu pasti bisa!" semangat Aurora pada diri sendiri.

Sudah 1 tahun lebih Aurora berjuang untuk mendapatkan hati Dani. Namun selalu saja penolakan yang ia dapat.

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang