Udara Yang Tak Menyehatkan

85 58 42
                                    

"HAPPY READING"

-----
"Ra lo beneran pulangnya mau naik angkot? supir lo kemana sih, udah 3 bulan belakangan lo pulang naik angkot ato ga naik ojek terus." tanya Dea.

Bel pulang sekolah telah berbunyi 15 menit yang lalu. Dan di sinilah Trio Bemo berada. Mereka sedang berjalan menuju depan gerbang sekolah sambil menunggu jemputannya masing-masing.

Memang Aurora tak menceritakan kepada para sahabatnya mengenai kondisi keluarganya sekarang.
Yang mereka ketahui dari keluarga Aurora bahwa Ibu nya telah meninggal dunia akibat kecelakaan 1 tahun yang lalu.

Sebenarnya Nana dan Dea sudah sangat curiga dengan Aurora. Biasanya gadis bergelang tasbih itu pergi dan pulang sekolah jika tidak di jemput supir maka Rora akan membawa si Devin, mobil kesayangannya. Namun kemana semua kendaraan itu sekarang?

Aurora juga sekarang sangat perhitungan jika berurusan dengan uang. Biasanya Aurora tidak akan memikirkan uangnya yang akan habis dengan percuma. Aurora yang biasanya seminggu 1x akan pergi ke mall untuk membeli barang-barang keluaran terbaru. Namun sudah beberapa bulan ini ia tak lagi mengunjungi mall. sungguh mencurigakan.

"Emm.. itu... apa... su-supir gue i-itu.. lagi cu-cuti.. eh iya bener supir gue lagi cuti." balas Rora agak gugup dan salah tingkah membuat Nana dan Dea menjadi semakin curiga.

"Gue sama Dea tuh pasti senenggggg banget kalo lo lebih terbuka. Itu artinya lo emang percaya kami. Dan jika kami mampu dan sanggup. Maka kami pasti bakal bantu. Ra kalo lo ada masalah. Apa salahnya lo cerita sama gue sama Dea. Siapa tau kita-kita bisa bantu lo cari solusi dari masalah yang lo hadapi. Seenggaknya kami berdua ada gunanya buat lo, ya ga Dey?." ucap Nana panjang lebar dengan suara lembut dan mendapatkan anggukan bersemangat dari Dea.

"Jangan ngomong gitu iss. gue tuh percaya banget sama lo berdua. Serius dah. Gue ga papa kok Naa Dey. Udah hayuk kita pulang." balas Aurora dengan suara getar akibat baper setelah mendengar ucapan Nana.

Sungguh Aurora percaya. Sangaaaaaaat percaya malah dengan Nana dan Dea. Aurora tau. Jika ia bercerita, para sahabatnya pasti akan lansung membantunya, apalagi jika menyangkut masalah uang. Namun Aurora memilih bungkam seakan tak terjadi apa-apa dalam kehidulannya. Aurora tak ingin masalahnya nanti akan merepotkan mereka.

"Seriusan?." ucap Dea yang langsung di angguki Aurora dengan semangat.

"Huuuhh... Ya udah kalo misalnya lo ada apa-apa atau butuh bantuan. Langsung kasih tau gue atau Nana. Ga usah ngerasa ngerepotin. Kita sahabattan udah lama Ra. Lo udah gue anggap sebagai ade gue sendiri. Duka lo duka kami juga. seneng lo kami juga akan merasa seneng. Because a friend is the first person who will be ready to hold your umbrella if you get rained on." tambah Dea dengan bijak membuat Nana dan Aurora menjadi tersentuh serta langsung berhambur untuk berpelukan.

Setelah melepaskan sesi berpelukan. Merekapun sontak tertawa barsama yang entah bagian mananya dan tentang apa yang lucu. Aneh ya...

"Ya udah kuy kita pulang. Raja juga udah nunggui. lo Na di parkir. Rian juga Dey. Noh dia udah nungguin lo di sebrang jalan." ucap Aurora membuat kedua sahabatnya mengagguk dan berpamitan untuk pulang duluan.

----
"Kiri bang." ucap Aurora pada sang supir angkot. Setelah menepi, Aurora segera turun dan pergi setelah memberikan uang ongkosnya.

"Bismillah semoga hari ini di terima." doa Aurora dalam hati.

Disinilah Aurora sekarang. Setelah pulang sekolah, ia menyempatkan diri untuk berberas di dapur sebentar dan tanpa sengaja mendapatkan kabar dari hpnya di internet, bahwasanya ada sebuah caffe yang sedang mencarian pegawai baru sebagai pelayan antar makanan.

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang