MBDN 2

92 6 2
                                        

"Kamu harus bisa Nay, kamu harus bangun dan melangkah lalu lari, jangan terus seperti ini.
Nay yang aku kenal mana?
Semangatnya sudah tak terlihat lagi, meredup,padam lalu hilang begitu saja". Cetusku menyemangati Nay sedikit.

"Sangat sulit untukku bangun dan berdiri apalagi berlari yumna, berat rasanya menghilangkan semua kenangan manis yang pernah ada, sulit rasanya untuk dilupakan"
Jawabnya dengan nada putus asa dan lesu.

"Nay, kenangan manis ataupun pahit itu tidak untuk dilupakan, karena kita tahu bahwa setiap kenangan itu ngga mudah dilupakan,
tapi jadikanlah itu sebuah pelajaran yang tak mungkin kau dapatkan di meja sekolahan, pengalaman hidup itu adalah guru sejati untuk diri"
Ku tepuk pundaknya lembut, berharap ia bisa lebih tenang dan berfikir lebih jernih.

Jujur. Aku di sini sangat tau bagaimana rasa cinta Nay kepada lelaki yang bernama "Muhummad Fauzan" itu. Cintanya akan selalu berkobar tiada henti setiap hari walaupun kekecewaan menyelimuti .

Namun setelah ini, mendengar dan melihat wajah Nay yang masih terlukis rasa cinta yang mendalam, aku mencoba untuk mengarahkan Nay agar belajar ikhlas dan bertahan dengan keadaan.
Aku akan mengajari Nay, bukan cara melupakan, namun mengajarkan Nay bagaimana caranya mengambil pelajaran. Serta mengajarimya bagaimana cara mengubur kenangan saat menjalin hubungan bersama Fauzan yang Nay anggap sebagai dunianya itu.

"Nay, kamu perlu mendefinisikan ulang, apa itu cinta yang sebenarnya dan apa itu lelaki. Bukan seperti ini, kau harus bangun dan menata hati. Kenangan mungkin takkan pernah terlupakan, namun kenangan buruk mungkin bisa dibuang atau diambil menjadi sebuah pelajaran Nay".

"Aku tau, kamu rapuh Nay, Tapi aku juga tau kamu orang yang kuat dan tegar untuk menghadapi segala cobaan yang ada ini Nay, aku percaya itu Nay.
Kami semua di sini selalu ada dan selalu memberikan semangat untukmu Nay". Lanjutku pelan menyadarkan Nay sebelum sesaat ia telah menumpahkan butir bening dari pelipis matanya dan mengalir pelan melewati rona pipinya hingga akhirnya terjatuh menjadi butir air yang hancur.

Kala Nay menangis terisak-isak, jiwanya yang tegar seakan-akan hilang,
Hanya karena sebuah rasa cinta yang telah melukainya itu, sungguh malang nasibmu Nay.

"Yumna, kelak, aku berharap aku akan mengerti apa itu arti cinta sesungguhnya dan apa itu seorang lelaki. Tapi untuk saat ini, meski aku ingin sekali naik ke permukaan, dari tenggelamnya diriku ini ke dasar lautan kesedihan dan kehancuran, namun aku tidak bisa, terlalu sulit rasanya agar aku bisa bertahan dalam suasana hati yang mencekam seperti sekarang. Meski banyak harapan di saat aku mau menuju kemasa depan".

"Nay, kamu harus membangunkan dirimu Nay, bangkit dan berlari dari keterpurukan yang kamu rasakan sekarang.
Menjauh dari segala penderitaan dan kepedihan yang tak engkau harapkan ini Nay.
Aku akan selalu ada untukmu Nay .
Kamu ngga boleh seperti ini, bukankah Nay yang aku kenal biasa tegar umpama baja, yang tak akan rapuh meski ditimpa hujan deras serta angin ributnya, lantas kenapa sekarang seperti ini?.
Aku tau Nay, Fauzan yang telah merusak semuanya. Tapi, aku juga tau Nay, bahwa kamu kuat untuk melewatinya.
Aku percaya sama kamu Nay, kamu pasti bisa bangun dan bisa memancarkan pesona seperti dulu lagi".

Aku melihat hari ini Nay sangat rapuh, benar-benar rapuh. Dan saat ini, tak seperti biasanya yang selalu gembira, dan riang sepanjang waktu.

Nay adalah perempuan yang tegar dan kuat yang aku kenal selama ini.
Meski hidupnya yang selalu dibantu oleh jarum sesuntikan, infus, serta selang pernafasan , namun tak pernah terdengar keluhan.
Bahkan sedetik saja jika penyakitnya kambuh, nyawa Nay sebagai ancaman , Meski dengan jantung , paru dan hati yang lemah seperti itu, aku tidak pernah sedikit pun mendengar keluhannya atas penyakitnya itu.
Begitu rapi ia membungkus rasa sakitnya itu dengan sejuta senyuman tulus pada kami.

Mengejar Bumi Dikejar NasibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang