[17]

3.3K 500 87
                                    

Sore ini mereka pulang telat lagi nungguin Lisa yang ekstra karate. Mereka berlima duduk di pinggir lapangan kayak gelandangan. Karena nggak ada kursi, mereka senderan di punggung satu sama lain. Ada juga yang tiduran, Yeri—cewek itu asik main PUBG sambil tiduran di pangkuan Jennie. Nggak peduli lagi bajunya kotor.

Sedangkan di sisi lain lapangan; Krystal, Wendy, sama Seulgi lagi sidang Jisoo. Nggak lain dan nggak bukan penyebab kenapa dia berubah sikap sepanjang hari ini.

"Ji, lo kenapa sih hari ini?" tanya Wendy nggak basa-basi. Bohong kalo dia nggak khawatir sama Jisoo.

Yang ditanyain keliatan males mukanya. Muak banget seharian ditanyain kenapa mulu.

"Udah gue bilang nggakpapa, ngotot amat sih," jawab Jisoo jengkel, garuk kepalanya frustasi.

Krystal dengus kasar. Rasanya pengen dia makan Jisoo ini. "Nggak usah sok baik-baik aja deh lo. Kita cuekin beneran nangis-nangis lagi minta perhatian," sarkasnya. Keturunan Jessica emang pedes banget mulutnya.

Suasana mulai panas. Jisoo sama Krystal saling tatap lurus-lurus, sementara dua orang lain yang kena kacang mulai was-was kalo sampe ada adu mulut yang berujung baku hantam.

"Siapa juga yang minta diperhatiin. Adanya gue capek sama kalian yang sok peduli!" sembur Jisoo tepat di depan muka Krystal.

"Ck, ini semua karena gara-gara Irene kan?"

Skakmat Jisoo.

Krystal selalu bisa nebak ke intinya. Apa dia terlalu terang-terangan nunjukin rasa bencinya ke Irene ya. Atau—

"Kemarin di kamar mandi. Kalian bertengkar cuma gara-gara lo nggak suka Tante Tiffany deket-deket Irene kan?" sambung Krystal bener-bener bikin Jisoo bungkam.

Sekarang Jisoo jadi pusat perhatian dari ketiga temennya. Suasana yang sebelumnya udah tegang sekarang tambah tegang lagi. Mana Krystal makin desak Jisoo pake tatapan mautnya itu.

"Ji, lo apa-apaan kayak gitu?" Wendy yang biasanya selalu sabar, kali ini bener-bener meledak emosinya. Menurutnya kelakuan Jisoo ini udah kelewatan cuma gara-gara hal sepele begitu. Apalagi ini berurusan sama Irene yang notabene lebih tua dari mereka. Walau emang dari awal kelakuan mereka nggak sopan ke Irene, tapi sekarang mereka udah berteman baik dan Wendy tentu hormatin Irene. Dia nggak mau semuanya hancur cuma gara-gara rasa 'cemburu' Jisoo.

"Gue cuma—"

"Lo nggak bisa gini terus ya, Ji. Udah cukup repotin gue sama Mami gara-gara trauma lo itu!"

Perkataan Wendy serasa pisau yang tiba-tiba tusuk jantung Jisoo, sakit. Bahkan Krystal sama Seulgi pun ikutan kesinggung, dan lebih bingung lagi sama 'trauma' yang barusan disebut Wendy.

Wendy belum sadar sepenuhnya dari emosi sampe Jisoo berlalu pergi ninggalin mereka bertiga. Bahkan lima orang lainnya yang lagi duduk di sana ikutan bingung sama Jisoo. Irene sendiri sampe ikutan berdiri mau ngejar, tapi keburu ditahan Jennie.

Krystal tatap Wendy yang keliatan bersalah banget sekarang. "Lo keterlaluan, Wen."

🏘️🏘️

"Loh, Kak Fany?"

Yoona yang baru turun dari mobil kaget begitu liat Tiffany berdiri di depan pintu rumahnya. Wanita Hwang itu jalan ngedeket Yoona, mukanya merah padam.

"Ini semua maksudnya apa, hm?" sembur Tiffany langsung ke intinya. Pepet badan Yoona di pintu mobil.

Sementara Yoona belum connect apa yang dimaksud Tiffany. Efek lelah seharian kerja masih melekat kuat di fisik sama batinnya.

Neighbor | BlackVelvet ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang