Dua tahun kemudian
"Please ya Bang, gue nyetir sendiri ke kampus."
Masih pagi, Leo udah dibikin pusing sama rengekan Jisoo yang pengen nyetir sendiri ke kampus. Kalo bukan ponakan sendiri udah Leo tenggelamin Jisoo di laut.
"Nggak ya. Kalo kamu tabrakan gimana?"
"Ya udah tabrakan lah. Ayo lah Bang." Enteng banget Jisoo ngomongnya.
Leo cuma geleng-geleng, heran gimana Tiffany bisa betah sama manusia modelan Jisoo.
"Jangan pelit-pelit dong Bang, kan---"
"Ji, ayo berangkat bareng aja. Jangan gangguin Om Leo," lerai Irene yang baru turun dari lantai atas bareng Wendy. Akhirnya Leo bisa napas lega karena sebentar lagi bocah ribut ini bakal diem, Irene emang penyelamat.
"Gue yang nyetir ya Kak."
"Iya deh serah. Ayo buruan ntar telat dihukum dosen lagi," ucap Wendy jalan duluan. Jisoo juga langsung nyusul gitu aja sambil teriak-teriak nggak jelas. Cuma Irene satu-satunya yang salim dulu sama Leo sebelum pergi.
"Berangkat dulu Om. Hati-hati ya nanti kerjanya."
"Kamu juga hati-hati. Jangan biarin Jisoo nyetir pokoknya atau mobil kamu penyok nanti."
Irene ketawa ingat kejadian Minggu lalu dimana Jisoo nabrak pembatas jalan. "Tenang aja Om."
Setelah itu Irene buru-buru susul adik-adiknya di garasi. Mereka belum masuk ke mobil dan baru ingat kalo kuncinya di bawa Irene.
"Lo mau bawa yang mana Kak?" tanya Wendy begitu Irene dateng.
"Cadillac-nya Mami," jawab Irene singkat, masuk ke dalem mobil yang dulu dia pake jalan-jalan seharian bareng Tiffany. Bahkan sekarang Irene masih bisa rasain aroma khas Tiffany disini. Ah, Irene kangen wanita itu.
🏘️🏘️
Seulgi sama Lisa duduk jejer di ruang tunggu penjara. Rasa gugup serang Lisa, buat tubuh anak itu gemetaran.
"Nggakpapa Sa, tenang aja deh," ucap Seulgi tenangin adiknya itu sambil genggam tangannya.
Lalu petugas polisi nyamperin mereka dan dipersilakan masuk ke ruangan khusus untuk temuin tahanan.
Di depan sana, Kwon Yuri dengan dandanan tomboy-nya yang nggak berubah senyum lebar begitu liat anak-anaknya. Ini kunjungan mereka sejak dua tahun masa tahanan, entah apa yang buat dua anak itu milih nggak ketemu Yuri.
"Wah, makin keren aja nih kalian. Gimana kabarnya?"
"Um... b-baik," jawab Seulgi ikutan gugup. Emang sok banget tadi dia tenangin Lisa padahal diri sendiri jauh lebih gugup.
"Gimana rasanya tinggal sama Papi? Enak?" Yuri paham kedua anak ini canggung dan gugup luar biasa, tapi dia terus-terusan ngomong biar suasana jadi sedikit cair.
"Enak. Nyesel deh kenapa nggak dari dulu ikut Papi."
Seulgi injak kaki Lisa begitu bocah itu ngomong hal kayak gitu didepan Yuri. Lisa sendiri sama sekali nggak peduli, wajah gugupnya berubah jadi sedikit benci.
Yuri cuma bisa senyum miris. Sesali perbuatannya di masa lalu yang sekarang jadi sebab hubungannya dengan Seulgi sama Lisa renggang, mungkin nyaris putus.
"Masih sering main sama delapan teman kamu?" tanya Yuri rubah topik, nggak mau lama-lama bicara soal luka.
"Sejak penangkapan kalian, kami milih pisah tanpa bicara apapun. Jennie sama Yeri di bawa Om Chang Wook ke kota sebelah, Rose sama Joy pindah nggak tau kemana. Sedangkan Kak Irene, Wendy, sama Jisoo tetap tinggal di rumah lama. Walau masih tetanggaan kami sama sekali nggak saling tegur sapa sekarang," jelas Seulgi. Ada raut kesedihan terpancar dari sorot mata. Ternyata Irene---ralat---mereka semua pilih keputusan buat putus tali pertemanan singkat dan penuh tragedi itu. Ini bener-bener sakit bagi Seulgi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neighbor | BlackVelvet ✓
Fiksi PenggemarKetika Irene harus kehilangan sebelum sempat mengukir kenangan. [Non baku] Cover by: @cocokies