Kisah cintaku dengan seorang polisi nyatanya tak berjalan mulus seperti yang diharapkan. Kerikil-kerikil mulai mengganggu perjalanan kami berdua. Masalah ini muncul karena kami sedang berjauhan bisa dibilang hubungan jarak jauh atau biasa disebut dengan LDR ditambah lagi dengan kepulangan mantan kekasihku ke malang.
Aku tau Putra bukanlah tipe orang yang cemburuan, namun aku merasa sangat tak enak hati jika mantanku masih saja mencoba mengganggu hubungan yang terbilang baik-baik saja selama ini. Pernah suatu ketika mantan pacarku mengirim pesan singkat pada Putra jika ia menemuiku dan mengajakku pergi ke suatu konser, hingga aku dan Putra bertengkar. Sudah coba ku jelaskan padanya dan Putra hanya merespon seperti ini
Putra : Kamu kalo mau komunikasi sama dia ya gapapa, kamu pasti tau batasan. Kalo mau pergi sama dia gapapa, asal kamu jujur ke aku mau pergi kemana dan sama siapa. Udah dewasa, udah ngerti mana salah mana bener. Aku percaya tuan putri ga ngecewain komandannya.
Mendengar Putra menjawab demikian membuatku menangis karna tak enak hati sudah menyakiti hatinya. Meski aku tidak pergi bahkan tak menemui mantanku, aku tau sebenarnya Putra cemburu hanya saja dia pandai menutupi rasa cemburunya. Salah satu alasan aku menjatuhkan hati padanya karna Putra pemikirannya dewasa, dia mampu menyelesaikan masalah tanpa harus berdebat bahkan memarahiku.
Kepulangan mantan kekasihku nyatanya menjadi alasan aku dan Putra sering berselisih paham. Mantanku yang tak senang melihatku telah dibahagiakan oleh laki-laki lain membuatnya melakukan segala cara agar aku mengakhiri hubungan dengan Putra. namun kurasa usahanya akan sangat sia-sia. Putra bukanlah laki-laki yang mudah menyerah, dia juga laki-laki yang mampu membuatku semakin jatuh padanya, dia laki-laki yang hebat dan aku sangat mencintai nya lebih dari apapun.
Suatu hari Putra sedang libur dan seperti biasa dia pulang ke rumahnya di Batu. Hari itu aku tak tau jika Putra sedang di batu, karna memang tak ada hal yang mencurigakan dari pagi. Siangnya dia mengirimiku sebuah foto dan aku tetap tak mengetahui jika Putra sedang di Batu. Haripun berganti sore, seperti biasa Putra yang tau aku belum makan apapun seharian akan mengomel, namun tak lama ku dengar suara motornya memasuki gang kosku dan dia mengirimiku pesan singkat
Putra : aku dibawah tuan putri
Tara : ngapain?
Putra : cepet ganti baju, gausa bedakan! ayo makan!
Tara : ini perintah?
Putra : iya, perintah komandan. Harus dilaksanakan
Tara : siap komandan, tunggu sebentar ya
Putra : pokoknya aku telfon kamu harus sudah disebelahku
Tara : iya bawel diem dulu ah hihi
Aku segera mengganti pakaianku dan bersolek sedikit untuk bersiap menemui tuanku. Kira-kira 10 menit setelah telfon dimatikan ku lihat hpku berdering tanda ada telfon masuk dari sang komandan.
Putra : lama banget si
Tara : ihh sabar duluu
Putra : keburu laper tuan putri
Tara : makanya kalo mau ngajak pergi kabarin dulu
Putra : kek orang penting aja harus ada janji temu
Tara : iya dong
Putra : hitungan ke 8 harus udah turun yaaa
Tara : eh tunggu duluuu
Putra : satu
Tara : ntar ihh masi bedakan
Putra : duaaaaaa
Tara : ih bentar laaa
Putra : tiga empat lima
Tara : ntar ya gustiii, aku bagus pake lipstik apa liptint?
Putra : enam
Tara : iya iya, ni kunci kos duluuu
Putra : enam seperempat
Tara : enam setengah
Putra : enam seperdelapan
Aku berlari turun untuk segera menemui tuanku, dan yaa tepat di hitungan ke 7 aku sudah ada didepannya. Sambil ku atur nafasku, kulihat tuanku menahan tawa melihat mukaku yang sangat sebal dibuatnya.
Tara : kenapa ketawa?
Putra : delapan, baguss udah ada disini sebelum hitungan ke delapan
Tara : seneng banget ngerecokin orang dandan ihh
Putra : kan aku sudah bilang gausa bedakan
Tara : ihhh masa iya jalan sama kamu ga bedakan, yang bener aja
Putra : diem ih, aku laper. ayo naik
Kami pun pergi ke sebuah tempat makan tak jauh dari kosku. Ketika sudah sampai aku segera turun dan menunggunya untuk memarkir motor kesayangannya itu. Sengaja ku pasang wajah yang cemberut karna memang aku sangat kesal padanya.
Putra : cantik banget tuan putriku
Tara : bohong
Putra : gini aja, natural cantiknya
Tara : gausa ngerayu deh ndan
Putra : beneran, gini aja ya biar aku aja yang suka
Tara : kok gitu?
Putra : aku gamau kalo banyak yang suka kamu
Tara : iyaa ndan
Sambil menunggu pesanan makanan kami datang, ku lihat Putra sangat antusias menceritakan hari-harinya sebagai seorang polisi. Aku memang tidak begitu paham kehidupan polisi, namun aku mencoba menjadi pendengar yang baik untuknya. Ia bercerita betapa lelahnya ia ketika pam bola atau jaga lalu lintas. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutku ketika aku mendengar betapa lelahnya ia menjaga negara. Tapi polisiku, kamu hebat. Meski banyak orang mencaci profesimu, kamu tetap ada, mengayomi dan melindungi rakyat mu.
Setelah selesai makan, Putra mengajakku untuk berkeliling kota Malang.
Putra : jalan dulu yok
Tara : kemana?
Putra : ya ke idjen, ya ke mana gitu
Tara : cari angin?
Putra : makan angina
Tara : masuk angin dong
Putra : eh tunggu dengerin dulu
Tak ku sangka Putra tanpa sungkan kentut didepanku, dan dia tersenyum
Tara : ihhh sayang, jorok banget si
Putra : hahahaha
Tara : kok ketawa ihhh kamu
Putra : gapapa, lega akhirnya (sambil memegang perutnya)
Tara : jorok ihhh kamu
Putra : baru permulaan ini, tunggu tembakan kedua dan ketiga yaa
Tara : jorok ih kamunyaa
Putra : gapapa, yang penting kamu saying
Tara : siapa yang bilang?
Putra : kamu
KAMU SEDANG MEMBACA
POLISI ITU PACARKU
RomanceSeorang gadis 19 tahun yang bertemu seorang abdi negara dan menjalin kasih bersama seorang Polisi berpangkat Bripda ~Tiara Susanti