ndan...

104 11 0
                                    

Kisah cintaku dengan seorang polisi nyatanya tak berjalan mulus seperti yang diharapkan. Kerikil-kerikil mulai mengganggu perjalanan kami berdua. Masalah ini muncul karena kami sedang berjauhan bisa dibilang hubungan jarak jauh atau biasa disebut dengan LDR ditambah lagi dengan kepulangan mantan kekasihku ke malang.

Aku tau Putra bukanlah tipe orang yang cemburuan, namun aku merasa sangat tak enak hati jika mantanku masih saja mencoba mengganggu hubungan yang terbilang baik-baik saja selama ini. Pernah suatu ketika mantan pacarku mengirim pesan singkat pada Putra jika ia menemuiku dan mengajakku pergi ke suatu konser, hingga aku dan Putra bertengkar. Sudah coba ku jelaskan padanya dan Putra hanya merespon seperti ini

Putra : Kamu kalo mau komunikasi sama dia ya gapapa, kamu pasti tau batasan. Kalo mau pergi sama dia gapapa, asal kamu jujur ke aku mau pergi kemana dan sama siapa. Udah dewasa, udah ngerti mana salah mana bener. Aku percaya tuan putri ga ngecewain komandannya.

Mendengar Putra menjawab demikian membuatku menangis karna tak enak hati sudah menyakiti hatinya. Meski aku tidak pergi bahkan tak menemui mantanku, aku tau sebenarnya Putra cemburu hanya saja dia pandai menutupi rasa cemburunya. Salah satu alasan aku menjatuhkan hati padanya karna Putra pemikirannya dewasa, dia mampu menyelesaikan masalah tanpa harus berdebat bahkan memarahiku.

Kepulangan mantan kekasihku nyatanya menjadi alasan aku dan Putra sering berselisih paham. Mantanku yang tak senang melihatku telah dibahagiakan oleh laki-laki lain membuatnya melakukan segala cara agar aku mengakhiri hubungan dengan Putra. namun kurasa usahanya akan sangat sia-sia. Putra bukanlah laki-laki yang mudah menyerah, dia juga laki-laki yang mampu membuatku semakin jatuh padanya, dia laki-laki yang hebat dan aku sangat mencintai nya lebih dari apapun.

Suatu hari Putra sedang libur dan seperti biasa dia pulang ke rumahnya di Batu. Hari itu aku tak tau jika Putra sedang di batu, karna memang tak ada hal yang mencurigakan dari pagi. Siangnya dia mengirimiku sebuah foto dan aku tetap tak mengetahui jika Putra sedang di Batu. Haripun berganti sore, seperti biasa Putra yang tau aku belum makan apapun seharian akan mengomel, namun tak lama ku dengar suara motornya memasuki gang kosku dan dia mengirimiku pesan singkat

Putra : aku dibawah tuan putri

Tara : ngapain?

Putra : cepet ganti baju, gausa bedakan! ayo makan!

Tara : ini perintah?

Putra : iya, perintah komandan. Harus dilaksanakan

Tara : siap komandan, tunggu sebentar ya

Putra : pokoknya aku telfon kamu harus sudah disebelahku

Tara : iya bawel diem dulu ah hihi

Aku segera mengganti pakaianku dan bersolek sedikit untuk bersiap menemui tuanku. Kira-kira 10 menit setelah telfon dimatikan ku lihat hpku berdering tanda ada telfon masuk dari sang komandan.

Putra : lama banget si

Tara : ihh sabar duluu

Putra : keburu laper tuan putri

Tara : makanya kalo mau ngajak pergi kabarin dulu

Putra : kek orang penting aja harus ada janji temu

Tara : iya dong

Putra : hitungan ke 8 harus udah turun yaaa

Tara : eh tunggu duluuu

Putra : satu

Tara : ntar ihh masi bedakan

Putra : duaaaaaa

Tara : ih bentar laaa

Putra : tiga empat lima

Tara : ntar ya gustiii, aku bagus pake lipstik apa liptint?

Putra : enam

Tara : iya iya, ni kunci kos duluuu

Putra : enam seperempat

Tara : enam setengah

Putra : enam seperdelapan

Aku berlari turun untuk segera menemui tuanku, dan yaa tepat di hitungan ke 7 aku sudah ada didepannya. Sambil ku atur nafasku, kulihat tuanku menahan tawa melihat mukaku yang sangat sebal dibuatnya.

Tara : kenapa ketawa?

Putra : delapan, baguss udah ada disini sebelum hitungan ke delapan

Tara : seneng banget ngerecokin orang dandan ihh

Putra : kan aku sudah bilang gausa bedakan

Tara : ihhh masa iya jalan sama kamu ga bedakan, yang bener aja

Putra : diem ih, aku laper. ayo naik

Kami pun pergi ke sebuah tempat makan tak jauh dari kosku. Ketika sudah sampai aku segera turun dan menunggunya untuk memarkir motor kesayangannya itu. Sengaja ku pasang wajah yang cemberut karna memang aku sangat kesal padanya.

Putra : cantik banget tuan putriku

Tara : bohong

Putra : gini aja, natural cantiknya

Tara : gausa ngerayu deh ndan

Putra : beneran, gini aja ya biar aku aja yang suka

Tara : kok gitu?

Putra : aku gamau kalo banyak yang suka kamu

Tara : iyaa ndan

Sambil menunggu pesanan makanan kami datang, ku lihat Putra sangat antusias menceritakan hari-harinya sebagai seorang polisi. Aku memang tidak begitu paham kehidupan polisi, namun aku mencoba menjadi pendengar yang baik untuknya. Ia bercerita betapa lelahnya ia ketika pam bola atau jaga lalu lintas. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutku ketika aku mendengar betapa lelahnya ia menjaga negara. Tapi polisiku, kamu hebat. Meski banyak orang mencaci profesimu, kamu tetap ada, mengayomi dan melindungi rakyat mu.

Setelah selesai makan, Putra mengajakku untuk berkeliling kota Malang.

Putra : jalan dulu yok

Tara : kemana?

Putra : ya ke idjen, ya ke mana gitu

Tara : cari angin?

Putra : makan angina

Tara : masuk angin dong

Putra : eh tunggu dengerin dulu

Tak ku sangka Putra tanpa sungkan kentut didepanku, dan dia tersenyum

Tara : ihhh sayang, jorok banget si

Putra : hahahaha

Tara : kok ketawa ihhh kamu

Putra : gapapa, lega akhirnya (sambil memegang perutnya)

Tara : jorok ihhh kamu

Putra : baru permulaan ini, tunggu tembakan kedua dan ketiga yaa

Tara : jorok ih kamunyaa

Putra : gapapa, yang penting kamu saying

Tara : siapa yang bilang?

Putra : kamu

POLISI ITU PACARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang