Part.01 ; Perubahan

547 37 3
                                    

Pagi yang cerah kali ini sangat cocok untuk berbelanja atau pun sekedar jalan-jalan. Seperti yang di lakukan tiga remaja ini.

"Huwaaa!! banyak banget sih pesanan mereka," kesal salah satu gadis dari ketiga remaja itu seraya menatap daftar pesanan yang amat sangat banyak.

"Yah... begitulah," jawab pemuda yang berada disampingnya seraya memasukkan tangannya kedam saku jaket.

Ketiga remaja itu tengah berjalan menuju toko 'serba-serbi' yang berada di ujung jalan, tak jauh dari rumah mereka, sehingga mereka memilih untuk berjalan kaki. Sesampai disana, mereka segera berbagi tugas agak mereka tak memerlukan waktu banyak untuk berbelanja.

"Kalian kebagian makanan yah, gw kebagian barang barang," usul sang pemuda berjaket coklat. Kedua gadis disampingnya mengangguk bersamaan

"Baiklah," jawab mereka serempak, lalu segera berpencar.

•••

"Baiklah apa lagi yang mau kita beli??" seorang gadis dengan balutan hijab berwarna hitam bertanya.

Gadis disampingnya nampak berpikir, sebelum menggeleng. "Hm... Kayaknya udah gak ada lagi deh," jawabnya seraya menyisipkan rambutnya kebelakang telinga.

Author, gadis dengan kerudung hitam itu mengangguk, namun sedetik kemudian ia terdiam dengan perubahan raut wajah yang tiba-tiba.

"Hm... Sha, kok perasaan gw gak enak ya?" ujarnya membuat Alesha menoleh.

"Perasaan lo aja kali," jawab Alesha acuh, toh ia tak merasakan apa-apa sedari tadi.

Author mengangguk kecil, mungkin itu hanya perasaannya.

"Kalian sudah selesai??" tanya Gempa seraya menghampiri kedua gadis yang mengobrol itu

"Sudah," jawab keduanya serempak

"Baiklah mari kita pulang, mereka pasti menunggu kita," seru Gempa seraya beranjak menuju kasir untuk membayar belanjaan mereka.

"Ihhh, gw udah gak sabar liat reaksi Icy pas tau gw beliin hadiah buat dia," girang Alesha

"Emang lo beliin dia apa??" tanya Gempa penasaran

Alesha mencibirkan bibirnya, "Ih Gempa kepo," serunya seraya menoleh kearah Gempa yang terlihat kesal.

"Serah."

•••

Kini ketiga remaja itu sudah berada didepan rumah Gempa, lebih tepatnya rumah BoEl bersaudara. Gempa membuka pintunya, mempersilahkan dua gadis itu untuk masuk.

"Kami pulang." Ketiga remaja itu berujar seraya melangkah masuk

"My baby Icyyy, liat Alesha bawa a-- ehhh?" Alesha menghentikan ucapannya kala menyadari ada sesuatu yang tidak beres

"Lah-- kok--?!"

"A--APEKAH?!"

Ketiga remaja itu nampak terkejut, melihat keadaan rumah yang sangat berantakan, padahal sebelum mereka pergi, rumah nampak bersih dan rapi.

"Rumahnya T~T" Gempa menghela nafas, sedih melihat rumah yang baru saja ia rapikan saat hendak pergi tadi kini sudah berantakan.

"Kok bisa jadi gini sih?" heran Author

"Pasti kerjaan TTM nih, mereka mana yah." Alesha beranjak, meninggalkan Gempa dan Author yang masih meratapi rumah.

Ia menelusuri setiap rumah, mencari keberadaan 6 teman-temannya yang mungkin saja tau kenapa rumah mereka menjadi kacau. Namun saat ia melangkah menuju ruang santai, ia dikejutkan dengan sesuatu.

"Mereka mana sih-- WHAT?!" Alesha berteriak kaget, tak percaya dengan apa yang ada didepannya.

Karena suara nyaring and cempreng milik Alesha. Gempa dan Author segera menghampirinya, penasaran kenapa Alesha berteriak.

"Ada apa sih Sha? Kok teriak?" tanya Author heran

"I-tu mereka..." Alesha tak bisa berkata-kata lagi selain menunjuk 6 anak-anak kecil yang menatap mereka bingung.

Author menoleh, matanya melotot melihat 6 bocil didepannya. "Hah?! Kok bisa?!"

"Alesha, ada ap-- LOH?!" Gempa tersentak kaget, tak percaya dengan apa yang ia lihat dengan mata kepalanya itu.

"Me-mereka mengecil?" Author bertanya dengan nada yang terbata, masih tak percaya

"Ba-gaimana bisa?" heran Gempa

"... Kok?"

Author yang tengah terkejut kembali dikejutkan oleh seseorang yang menarik rok panjangnya. Ia menunduk melihat siapa yang menarik rok nya itu. Seorang anak laki-laki pemilik mata ruby itu menatapnya.

"Thoy thoy!" serunya

"Eh- Hali??"

"Thoy dong dong!!" Sikecil Halilintar berseru seraya mengangkat tangannya, meminta untuk digendong oleh gadis itu.

Author segera mengangkat tubuh mungil laki-laki itu, menatapnya dengan lekat sebelum akhirnya ia mendekap nya dengan lembut. Author segera beranjak menuju Alesha yang tengah menghampiri Ice kecil.

"Les! Les!"

"Icyyy? Apa yang terjadiii? Kenapa Icy jadi kecil gini?" tanya Alesha beruntun seraya memeluk tubuh kecil Ice

Author memutar bola matanya malas, melihat Alesha yang terus menanyai Ice yang tak mengerti apa-apa.

Matanya mencari keberadaan Gempa. Saat menemukan dimana Gempa berada, gadis itu terkekeh. Gempa dikerumuni oleh empat bocil sekaligus yang merengek minta digendong. Pemuda itu nampak kebingungan, bingung bagaimana cara menggendong keempat saudaranya itu sekaligus.

"Duh... Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Author seraya melirik Alesha

Alesha menatap Ice yang berada di gendongannya, lalu mulai berpikir, "emh, kurasa kita harus merawat mereka," jawabnya

"Aku tau tapi, sampai kapan?"

"Entahlah." Alesha mengangkat bahunya acuh seraya mencubit cubit pipi chubby pacarnya itu. Mumpung sekarang pemuda itu menjadi kecil.

"Hah, pokoknya kalian harus bantuin gw buat rawat mereka," seru Gempa

Author menoleh, melihat Gempa yang kesusahan bergerak karena menggendong 4 anak sekaligus itu membuatnya terkekeh geli. Sungguh Gempa sudah cocok menjadi seorang ayah.

"Yah Lesha pasti bakal bantu buat jagain Ice," jawab Alesha senang

"Bukan cuma Ice." Gempa nampak kesal, seraya melirik saudara-saudara nya yang lain.

"Gem Gem!"

"Gem Gem!!"

"Gem!"

"Gem Gem."

"Thoy Thoy."

"Les Les."

Hah, entahlah bagaimana nasib mereka nanti. Bayangkan merawat enam anak kecil yang hyperaktif diusia mereka yang masih dibilang butuh mengawasan ketat. Mungkin ini akan menjadi hari yang melelahkan bagi mereka bertiga. Ya semoga saja tidak ada hal aneh











TBC

Baby Cool & Baby TroubleMakker☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang