Gadis belia yang berusia 16 tahun tengah menatap pantulan diri nya sendiri pada cermin dihadapan nya. Bukan, dia bukan sedang bersolek atau make-up untuk memoles wajah nya. Tapi ia tengah mempersiapkan mental untuk bersosialisasi di sekolah baru nya. Dia cukup gugup untuk pagi ini.
Rambutnya yang hitam dan lebat, dia kuncir kuda. Sesekali tangan nya kembali menepuk-nepuk wajah nya agar bedak tabur yang ia gunakan merata. Bukan bedak bayi, namun bedak tabur biasa. Bibirnya terlihat lembab setelah ia oleskan sedikit lipbalm.
Dia menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya. "Ayo Alita, kamu pasti bisa! Jangan gugup pliss, jangan gugup" gadis itu bermonolog dengan cengiran khas nya untuk menutupi kegugupan nya itu.
Alita, Alita Kinanthi ia adalah murid baru. Dia dan bunda nya baru saja pindah di perumahan ini. Memulai kehidupan baru tentu tidak mudah bagi Alita. Alita adalah seorang introvert. Alita agak kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang baru.
"Al, Alita turun nak. Sarapan nya sudah siap" Suara wanita paruh baya itu cukup terdengar di kamar Alita yg berada di lantai atas.
Mendengar panggilan bunda nya, Alita lalu turun tidak lupa dengan tas ransel nya.
"Wah, anak bunda sudah siap ke sekolah baru rupa nya" Afni Kinanthi, Bunda dari seorang Alita Kinanthi.
"Hehehe" Alita hanya menjawab seperti itu untuk menutupi kegugupan nya.
Jujur saja, Alita masih gugup. Sangat gugup.
"Halah, kamu ga usah kaya gitu Al. Bunda tau kamu gugup. Jadi, bunda masak sarapan yg banyak buat ngilangin kegugupan mu itu. Ayo makan yang banyak, bareng bunda" ujar Afni penuh kasih sayang dengan sedikit nada becandanya.
Bunda, selalu tahu apa yang Alita rasakan. Alita tidak bisa menutup-nutupi hal apapun dari bundanya.
"Nasi goreng, telur ceplos setengah matang favorit anak ku tercinta"
Alita hanya tersenyum menanggapi perkataan bundanya.
Sarapan bersama bundanya sudah menjadi kebiasaan buat Alita. Ayah nya telah meninggal saat Alita berusia 7 tahun. Setelah itu Afni, menjadi tulang punggung keluarga. Afni seorang pegawai kantor biasa. Dengan gaji yang cukup untuk menghidupi ia dan Alita. Cukup untuk kebutuhan sehari-hari serta biaya sekolah Alita.
"Besok anak nya om Tiyo akan tinggal disini bersama kita" Kalimat itu membuat Alita berhenti dari kegiatan makan nya.
"Om Tiyo akan ke luar kota. Jadi dia menitipkan anak nya kesini" Lanjut Afni menjelaskan.
"Oh" Ujar Alita singkat menanggapi.
Om Tiyo yang dimaksud bunda nya itu adalah Satrio Airlangga. Om Tiyo adalah kekasih bunda nya saat ini. Afni dan Tiyo sudah menjalani hubungan sekitar 2 tahun belakangan. Alita sama sekali tidak melarang itu. Selama itu membuat bunda nya bahagia, Alita akan merestuinya.
"Anak nya om Tiyo laki-laki, Al. Kamu gapapa kan?" Tanya bunda nya lagi untuk memastikan apakah putri nya akan baik-baik saja.
"Laki-laki bun?"
"Iya laki-laki seumuran kamu, tapi tenang aja Al. Katanya om Tiyo anak nya itu pendiem kok" Afni kembali menjelaskan kepada Alita.
"Ya udah" Ujar Alita pasrah menyetujui.
"Ya udah apa nih?" Afni menggoda putri sematawayang nya.
"Gapapa bunda" Jawab Alita menahan rasa sebal nya.
Jujur saja Alita pasti sangat merasakan tidak nyaman jika harus satu atap dengan orang asing.
"Terima kasih anak bunda yang manis" kata Afni dengan tangan nya yg mencolek dagu Alita. Mengajak Alita bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALITA
Teen FictionBagi kalian, diperjuangkan oleh satu pria mungkin sudah biasa. Atau diperebutkan oleh dua pria? tiga? atau bahkan empat? Apakah dengan diperebutkan kalian merasa sangat beruntung? Tidak bagi Alita, Alita Kinanthi. Alita hanya seorang gadis biasa yan...