CHAPTER 6 ~ RENCANA

8 2 0
                                    

Malam hari semua orang berhenti beraktifitas untuk beristirahat sejenak karena telah seharian bekerja keras untuk mendapatkan pundi pundi uang dalam menghidupi keluarganya.

Tak sedikit pula yang masih melakukan aktifitas pada malam hari, baik itu berkendara, bekerja malam, pergi ketempat tempat nongkrong dan sebagainya.

Diluar rumah terlihat hujan lebat sekali, itu membuat banyak orang yang sedang beraktifitas seperti berkendara menghentikan sejenak kendaraan mereka terutama kendaraan sepeda motor. Sehingga warung warung pinggir jalan sepertinya banyak dihinggapi oleh orang orang yang sedang berteduh karena hujan.

Disebuah rumah, seorang ayah dan anaknya sedang duduk disebuah meja makan kecil yang sederhana, sedang menikmati makan malam mereka setelah pulang dari makam seseorang yang mereka sayang.

Suasana terasa hangat meskipun hanya mereka ber dua yang makan diruangan tersebut tapi tampaknya sang anak sangat antusias menceritakan prestasi2 yang tadi ia sambet diacara kelulusan sekolahnya dan itu membuat sang ayah fokus mendengarkan anaknya berceloteh meskipun mulutnya masih terisi dengan nasi, hhhaa... sangking antusiasnya si anak bercerita membuat mulutnya tersedak. Ayah anak tersebut tersenyum sambil menyodorkan minum untuknya sambil menasehati anaknya agar makan yang benar dan tidak terburu buru.

Setelah beberapa lama makananpun akhirnya habis tak tersisa, setelah itu mereka minum dan langsung bergegas keruang keluarga untuk menonton tv sejenak, ya meskipun rumah mereka terlihat sederhana tetapi rumah itu masih ada tvnya, agar rumah mereka tidak terlalu sepi begitu ujar sang ayah.

Sang anak sedang tiduran dikaki ayahnya sambil menonton tv dengan memakan cemilannya.

Sang ayah menasehati anaknya."Nak kalo makan sambil duduk jangan sambil tiduran gak baik ahh". Begitu ujar sang ayah.

Dan langsung dituruti oleh sang anak. Anak tersebut langsung duduk disamping ayahnya sambil bersender dipundak sang ayah.

"Yah nanti aku mau dilanjut ke SMA mana ya?" Tanya sang anak sambil memakan cemilan yang tadi mereka beli setelah pulang dari makan sang ibu.

"Eummm kemana ya, ayah juga belum tau si nak dimana sekolah yang bagus buat kamu".

"Jangan yang bagus bagus juga gak ppah Yah takutnya mahal bayarnya, yang penting Reyhan bisa sekolah dengan lancar". Kata sang anak sambil memberikan senyuman pada ayahnya.

"Gak ppah nak yang penting kamu dapat pendidikan yang bagus dan sekolah bagus agar pembelajaran kamu juga bisa didukung dengan fasilitas terbaik". Sang ayah keukeuh dengan pendiriannya.

Karena ayahnya fikir anaknya harus sekolah disekolah yang bagus agar proses pembelajarannya didukung dengan fasilitas yang bagus pula, dengan begitu anaknya bisa lebih lancar belajarnya.

Ya walaupun ayahnya harus bekerja lebih keras lagi untuk mendapatkan uang tambahan agar memenuhi kebutuhan keluarga dan tentunya sang anak.

Tapi tidak papah yang penting anaknya bisa belajar dengan baik tanpa pusing memikirkan pembayaran ini dan itu, yang harus anaknya lakukan adalah belajar belajar dan belajar agar ia bisa menggapai apa yang ia impikan dari dulu.

"Yaudh kamu sekarang kembali kekamar kamu, ini sudah malam waktunya tidur" ucap sang ayah pada anaknya.

"Oke Yah, ayah juga yaa". Jawab sang anak dan langsung diangguki oleh sang ayah.

Setelah itu mereka kembali kekamarnya masing masing untuk beristirahat.

Sementara itu dikamar sang anak, anak tersebut belum juga tertidur, ia hanya duduk dikasurnya sambil memandang ke jendela kamarnya, menatap hujan yang belum reda juga dari tadi bahkan mungkin lebih lebat lagi hujannya, ia jadi merindukan sang ibu.

Sepucuk Surat dari AYAH (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang