Part 2

4.7K 402 35
                                    

Maaf kalau ada typo🙏Vote sebelum membaca dan coment setelah membaca🤗
Happy reading😘

~~~

Teriakan demi teriakan menggema di sekeliling Ava, gadis muda tersebut ikut teriak tak jelas. Padahal dia tak mengenal satu pun anggota tim basket yang sedang bermain di tengah lapangan, tapi ada satu yang berhasil membuat Ava tak mengalihkan perhatiannya. Lelaki tampan dengan nomor punggung 08 tersebut berhasil menghipnotis Ava, tatapan matanya tak lepas dari sosok lelaki itu, dan punggungnya tertulis nama Adelard.

"Melvi!" teriakan itu kembali terdengar, tatapan mata Ava meneliti nama punggung yang tertulis Melvi, namun nihil. Tak ada yang namanya Melvi, lalu yang di teriaki gadis tadi anggota tim basket yang mana.

"Mbak, Melvi yang mana sih?!" tanya Ava pada gadis di sampinganya.

Tatapan terkejut dari gadis itu membuat Ava mengernyit heran, apakah ada yang salah dari pertanyaannya. Terlihat gadis di sampingnya sangat terkejut.

"Itu yang nomor punggung delapan, Dek." Ava mengikuti arah tunjuk gadis di sampingnya, namanya Adelard. Bukan Melvi, itu yang Ava tahu.

"Namanya bukan Melvi, Mbak." Ujar Ava terheran, sedangkan gadis itu berdecak kesal.

"Namanya Melvi Adelard Ivander Januarta,  kamu masa gak tau dia sih, Dek?" Ava menggeleng dengan wajah polos.

Memangnya Melvi artis yang harus di kenal orang banyak? Memangnya Melvi itu siapa? Mengapa orang-orang harus mengenalnya, menurut Ava itu hal yang tak penting. Tapi jika di lihat-lihat, Melvi memiliki wajah lebih tampan dari teman-temannya.

Tinggi, putih, hidung mancung, bibir segaris tipis, rambut hitam dan tubuh lumayan bagus untuk anak seusianya. Ava diam sembari menatap gerak-gerik Melvi, mulai dari mendribble bola, sampai melempar bola ke arah ring basket. Senyum manisnya tercetak saat Melvi berhasil memasukan bola tersebut.

Tanpa sengaja tatapan mata Melvi dan Ava bertemu, sorot mata tajam dan tak bersahabat. Ava meneguk ludahnya susah payah, memang tampan. Tapi asli Melvi adalah sosok yang mengerikan, dia berfikir seperti apa wujud istri lelaki itu di masa depan.

Mana ada wanita yang tahan dengan sifat Melvi, Ava yakin seribu persen jika Melvi adalah orang yang kaku, dingin dan menyebalkan. Di lihat dari saat dia berhasil memasukan bola kedalam ring, teman-temamnya berteriak senang. Sedangkan Melvi hanya tersenyum tipis, bahkan sangat tipis.

"Bukan kandidat calon suami yang baik," gumam Ava pelan, sedangkan gadis di sampingnya terkekeh pelan.

"Dia cowok baik Dek, walaupun wajahnya datar." Ava menoleh dan menaikan sebelah alisnya.

"Baik darimana, Mbak? muka datar gitu kok," bantah Ava tanpa mengalihkan pandangan dari Melvi.

"Kamu buktikan saja sendiri, dia cowok baik," Ava hanya mengangguk tanpa berniat menjawab, dia tak mau berurusan dengan lelaki seperti Melvi.

Dia teringat teman sekolahnya sering ghibah tentang Melvi, jadi yang namanya Melvi itu. Baru kali ini Ava tahu seorang Melvi.

Melvi, semoga Tuhan menjodohkan elo sama cewek manja, cerewet, gak bisa diem, kekanakan. Biar mampus istri lo nanti, Ava terkekeh pelan saat doanya semoga di kabulkan dengan sang pencipta hidup.

~~~

Awan hitam dan angin yang berhembus kencang membuat Ava merinding, pertanda akan turun hujan dan juga petir sebentar lagi akan terdengar. Dia takut sekali dengan petir dan guntur. Jika Ava ada di rumah pasti dia akan menyelimuti semua anggota tubuhnya. Atau memeluk tubuh Kakaknya, entah kenapa dia sangat takut dengan hal itu.

Ava Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang