Part 16

5.4K 352 79
                                    

Maaf kalau ada typo🙏 Jangan lupa vote sebelum membaca dan coment setelah membaca. Kalau tanya apa untungnya vote dan komen? Tentu untung karena saya jadi semangat nulis, sama-sama enak, kan?
Happy reading🤗

~~~

Tatapan mata Ava menajam saat mendengar perkataan Vano, kekasih? Rumor macam apa yang tengah beredar di tengah-tengah pekerjaan Melvi. Vano yang merasa aneh dengan sepupunya berdeham pelan, dehaman Vano menyadarkan Ava dari lamunannya.

"Btw, kamu temannya Melvi, Va? Setahuku dia gak punya teman cewek," tukas Vano menatap Ava dengan serius, helaan napas panjang Ava semakin membuat Vano kebingungan.

"Melvi, dia pacarku Van," gumam Ava pelan, Vano yang mendengar pengakuan Ava menggeleng tak percaya.

Mana mungkin sepupunya menjalin hubungan khusus dengan Melvi, cowok dingin dengan wajah datar, cuek tapi juga baik. Melvi hanya manusia biasa yang memiliki sisi positive dan negative, dia bukan lelaki dengan sejuta pesona. Dia bukan lelaki idaman seperti kisah-kisah novel remaja, dia juga bukan lelaki dengan sejuta sifat baiknya.

Dia hanya lelaki biasa dengan wajah datar, sifat cuek, namun dia juga baik dan tak tega saat melihat orang lain kesusahan. Jadi, Melvi hanya lelaki biasa dengan wajah tampan tanpa ada kata di atas rata-rata.

"Tapi, rumornya dia sama Reva pacaran Va." Gelengan Vano membuat wajah Ava semakin mendung, sedekat apa sebenarnya Reva dan Melvi.

"Tapi Ava pacarnya Melvi, bukan Reva." Bantah Ava, Vano menatapnya semakin bingung.

"Tapi keadaan disini bilang kalau Melvi dan Reva menjalin hubungan, Va." Kata Vano meyakinkan sepupunya.

Ava menahan air matanya agar tak terjatuh, sekuat tenaga Ava menahan isakannya. Vano yang melihat itu segera menarik tubuh Ava kedalam pelukannya.

"Princess gak cengeng Va, hapus air matanya." Bisik Vano, Ava mengangguk dan tersenyum sendu.

"Gak nyangka, baru nembak sekarang." Ujar seseorang yang lewat depan Ava dan Vano, tentu dua remaja tersebut bingung siapa yang di bicarakan.

"Eh, siapa sih?" Tanya Vano kepada fotografer yang berlalu di hadapannya.

Lelaki jangkung dengan kaca mata tersebut menghentikan langkahnya, dia menatap Vano dan Ava secara bergantian.

"Reva, dia nembak Melvi. Bukannya mereka udah pacaran dari lama, ya?" Tanyanya sembari menggaruk tengkuknya, Vano dan Ava saling tatap sebelum air mata lolos dari mata indahnya.

"Dia dimana?"

"Ruang pemotretan, lo kesana mau kesana Van?" Vano mengangguk dan menarik lengan Ava, beberapa kali Ava tak sengaja menabrak sesorang yang berjalan dari arah berlawanan.

Fikirannya kacau, banyak pertanyaan berkecambuk di dalam dirinya. Sampai di ruangan yang di tuju, Vano melepas genggaman tangannya. Dia beralih menatap Ava dengan tatapan mata sangat lembut.

"Apapun yang terjadi, dengarkan dulu mereka bicara. Jangan di potong," Ava mengangguk pelan, air matanya lagi-lagi menetes.

Usapan lembut ibu jari Vano membuat gadis mungil tersebut tersenyum tipis, beruntung tadi dia bertemu Vano. Jika tidak, entah apa yang akan terjadi.

Vano tersenyum meyakinkan, saat dia berjalan kedalam, banyak orang yang melihat adegan adu mulut antara Melvi dan Reva.

Vano terus menggenggam lengan Ava, tatapan mata orang-orang fokus pada siapa yang baru datang.

"Terima gue Mel, apa bagusnya Ava?!" tanya sekaligus bentak Reva dengan mata memerah, tubuh Ava menegang mendengar ucapan itu.

Dia masih menunggu reaksi Melvi, Vano merangkul bahu Ava untuk berjaga-jaga agar gadis itu tak berlari menjauh darinya. Atau melakukan hal yang lebih gial.

Ava Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang